Dalam setiap peristiwa di masa lalu pasti menyisakan pelajaran bahwa disana ada tindakan dan perilaku serta harapan atas masa depan.
Pada perjalanan sejarah masa lalu, terdapat kisah pilu, kesedihan dan kebahagiaan, ada cerita kesuksesan dan kegagalan. Berbagai kisah di masa lalu pada hari ini mungkin bisa menjadi hiburan, tontonan dan cerita indah bagi generasi masa depan.
Namun amatlah naif manakala kita tidak mampu menjadikan setiap tapak-tapak sejarah itu sebagai sebuah pelajaran berharga untuk kita menapaki langkah hari ini dan esok dalam merangkai masa depan yang lebih baik. Manakala tapak sejarah hanya menjadi pemanis cerita kehidupan tanpa adanya proses kontemplasi reflektif yang mampu menyadarkan maka tidaklah menutup kemungkinan bahwa kegagalan dan kesedihan masa lalu akan hadir kembali dalam wujud yang jauh menakutkan. Karena itulah, setiap kita diminta untuk banyak melakukan thawaf sejarah dan melihat dengan hati penuh kesadaran untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Sebagaimana Firman Allah swt:
قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِكُمۡ سُنَنٞ فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ
Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagai-mana kesudahan orang yang mendustakan kebenaran (rasul-rasul). (QS. Ali ‘Imran : 137)
Dalam memahami pesan di balik realitas dibutuhkan kecerdasan spiritual untuk menemukan dan memaknai berbagai tapak sejarah itu agar keburukan tidak terjadi, sementara kebaikan dan harapan-harapan yang pernah ada dapat terus dimimpikan pada generasi yang akan datang.
Kisah pilu sejarah memberikan pelajaran bahwa kedurhakaan, pengkhianatan, penentangan, adalah jalan kenistaan dan kehancuran. Sementara ketaatan, amanah dan ketundukan adalah jalan menuju kebahagiaan dan kemuliaan.
Setiap kita pasti akan menjadi sejarah. Namun pertanyaannya, apakah kita akan menjadi bangkai sejarah atau monumen sejarah. Lalu cerita apakah yang akan kita tinggalkan bagi generasi dan anak cucu kita, romansa kebaikan atau lakon keburukan ?. Hal Itu ditentukan oleh pilihan sikap kita hari ini.
Ada sebuah kalimat yang tertulis di dinding museum tsunami Aceh memberikan pesan mendalam pada generasi masa depan khususnya pada siapa saja agar dapat belajar dengan baik pada sejarah, bahwa kesenangan dan kenikmatan dunia adalah sementara dan berbatas waktu, sementara terus belajar dari peristiwa masa lalu akan mendewasakan kita untuk banyak belajar dan mempersiapkan diri dalam menapaki masa depan. When the past teach you more about future.
Yakinlah bahwa tangisan masa lalu adalah senyuman untuk masa depan. Karena di balik setiap peristiwa, kesulitan dan kesusahan, pasti ada kemudahan dan hikmah yang terpendam. Selamat menyingkap rahasia misteri sejarah untuk menyingkap misteri masa depan.
Semoga Allah swt memberikan kelembutan hati dan keluasan hikmah untuk dapat menemukan mutiara di balik kesedihan haru biru dari tapak langkah sejarah yang pernah kita lalui. Semoga Allah swt memberikan kesabaran dan melimpahkan kebaikan atas masa depan diri kita. Aamiiin…
Akhmad Muwafik Saleh, Dosen FISIP UB dan Motivator