Segala sesuatu sudah ada ketetapannya (taqdir) yang telah Allah swt putuskan jauh sebelum kejadian sesuatu, lalu mengapa kita tergesa-gesa, isti’jal dalam melakukan atau mewujudkan sesuatu? . Orang yang suka tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu seakan hendak mengejar taqdir yang telah ditetapkan. Sementara taqdir adalah rahasia yang Allah tetapkan atas sesuatu sehingga tanpa harus tergesa-gesa pun maka sesuatu itu pasti akan terwujud sebagaimana yang telah ditetapkanNya. Sebagaimana dalam peribahasa “tak akan (takkan) lari gunung dikejar, hilang kabut tampaklah dia; jangan tergesa-gesa dalam mengerjakan (mencapai) sesuatu yang telah pasti.
Padahal dalam ketergesaan hanya akan mengurangi fokus dalam diri kita dan mengacaukan pikiran serta perasaan hingga apa yang akan dilakukan menjadi tidak dapat terwujud dengan sempurna. Demikian pula ketergesaan akan mengurangi kepekaan dan sensitifitas kita atas lingkungan yang ada di sekitar. Hal ini tentu dapat membahayakan bagi dirinya dan sekitarnya karena hilangnya sensitifitas akan mengakibatkan rendahnya kepedulian, melupakan hal pokok atau utama hingga seakan kita meniadakan realitas sekitar. Sebagai contoh, disaat seseorang tergesa-gesa saat akan berangkat kerja ke kantor. Maka akan sangat mungkin dia kelupaan atas sesuatu hingga tidak peduli pada apa yang ada di sekitarnya saat dalam perjalanan yang pada akhirnya meniadakan kendaraan yang ada di sekitar yang kemudian berakibat terjadinya kecelakaan.
Sikap tergesa-gesa hanya akan merugikan diri sendiri. Untuk itu, mengapa Allah swt melarang seseorang tergesa-gesa dalam perjalanan menuju shalat di Masjid disaat imam telah memulai shalatnya ?. Hal ini dikarenakan dapat membahayakan dirinya sendiri baik fisik, psikologis dalam pelaksanaan perintah agama. Bahaya fisik akan sangat mungkin terjadi karena ketergesaan mengurangi rasa fokus hingga bisa terjadi kecelakaan fisik, misal terjatuh dan sebagainya. Bahaya psikologis karena hal itu akan mengurangi rasa khusyuk saat melaksanakan ibadah bahkan pula akan ada banyak syarat dan rukun dalam shalat yang tidak terpenuhi semisal, niat yang sungguh dengan menghadirkan hati, khusyuk dalam shalat, tuma’ninah dalam gerakan, pikiran yang menerawang hingga apa yang dibaca tidak dapat dipahaminya dengan baik. Itulah kiranya mengapa sikap tergesa-gesa dalam menuju shalat dilarang dalam agama. Sebagaimana dalam riwayat dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ الإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلاَةِ ، وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ وَالْوَقَارِ وَلاَ تُسْرِعُوا ، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا
“Jika kalian mendengar iqomah, maka berjalanlah menuju shalat. Namun bersikap tenang dan khusyu’lah. Gerakan imam yang kalian dapati, ikutilah. Sedangkan yang luput dari kalian, sempurnakanlah.” (HR. Bukhari no. 636 dan Muslim no. 602)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِذَا ثُوِّبَ لِلصَّلاَةِ فَلاَ تَأْتُوهَا وَأَنْتُمْ تَسْعَوْنَ وَأْتُوهَا وَعَلَيْكُمُ السَّكِينَةُ فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا كَانَ يَعْمِدُ إِلَى الصَّلاَةِ فَهُوَ فِى صَلاَةٍ
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda : “Apabila kamu telah diseru untuk shalat, maka janganlah berangkat dengan berlari-lari, tetapi pergilah kamu ke tempat shalat itu sedang kamu harus tenang dan bersikap sopan, apa yang kamu dapatkan (dari shalatnya Imam), maka shalatlah kamu (seperti itu) dan apa yang kamu tertinggal sempurnakanlah, karena sesungguhnya seorang dari kalian apabila sudah berniat untuk pergi shalat maka ia berada di dalam shalat”. (HR Muslim)
Seseorang yang suka tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu seakan ingin mendahului taqdir, ketetapan Allah swt. Padahal Allah swt telah menetapkan segala sesuatunya dengan sempurna. Tidak ada satupun peristiwa yang lepas dari ketetapanNya. Sehingga mengapa kita ingin mendahuluinya? . Karena cepat atau lambat seseorang dalam melakukan sesuatu maka pastilah tetap sampai sebuah akhir tindakan, yaitu hasil, apakah baik atau buruk. Sementara baik dan buruk suatu hasil dan itulah yang dinamakan taqdir. Lalu mengapa kita harus tergesa-gesa dalam melaluinya? . Maka cukuplah disaat kita melakukan sesuatu, lakukan dengan tenang, bersemangat, penuh keyakinan dan kerjakan yang terbaik atau profesional serta istiqomah. Sebab hasil atas sesuatu tidak akan pernah mengkhianati proses.
Sikap tergesa-gesa tidaklah akan mampu merubah taqdir. Karena taqdir adalah ketetapan Allah, sementara Allah swt tidak suka pada hambanya yang tergesa-gesa. Tergesa-gesa tidaklah mampu membuat apa yang telah ditetapkan menjadi berubah. Sebagaimana dikatakan dalam syair :
وقيل : فلا تعجل بأمرك واستدمه فما صلى عصاك كمستديم
Jangan tergesa menangani perkaramu, senantiasalah begitu!. Tiadalah yang bisa meluruskan tongkatmu, seperti yang meluruskannya selalu.
Tidaklah sebuah tongkat berubah menjadi lurus (karena sebelumnya memang sudah lurus) karena sebab ketergesaan. Demikian kira-kira maksud dari makna kalimat syair di atas. Semuanya telah ada ketetapan taqdirnya. Tugas kita hanyalah bagaimana tongkat itu kita pergunakan demi kebaikan. Allah swt Sang Penguasa Taqdir tidak mencintai hamba yang suka tergesa-gesa.
Namun demikianlah sifat manusia, yaitu ingin cepat-cepat tercapai dan terwujud semua apa yang diinginiya. Firman Allah swt :
خُلِقَ الْإِنْسَانُ مِنْ عَجَلٍ ۚ سَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ
Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepada kalian tanda-tanda (azab-Ku), Oleh karena itu, janganlah kalian minta kepada-Ku untuk mendatangkannya dengan segera! (al-Anbiyâ’ :37)
Karena itu cukuplah tenang dan mantapkan hati serta langkah kita dalam mewujudkan maksud atau niat dan tujuan apapun. Karena ketenangan adalah dari Allah swt dan ketergesaan dari syetan. Sebagaimana sabda Nabi:
التَّأَنِّي مِنَ اللهِ، وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
Ketenangan datangnya dari Allâh, sedangkan tergesa-gesa datangnya dari setan. (HR. Abu ya’la dan Baihaqi)
Oleh karena itu sikap tergesa-gesa sangatlah dilarang oleh Allah swt sebagaimana disebutkan dalam Firmannya dalam QS. Al-Qiyamah ayat 16. Sehingga dikatakan dalam kaidah fiqhiyah :
مَنْ اسْتَعْجَلَ شَيْئًا قَبْلَ أَوَانِهِ عُوقِبَ بِحِرْمَانِهِ
Barang siapa yang tergesa-gesa untuk mendapatkan sesuatu sebelum waktunya, maka dia akan dihukum dengan keharamannya (tidak mendapatkannya).
Untuk itu lakukan sesuatu dengan tenang, bahagia, sabar, mantap dan yakin atas segala apapun yang akan kita lakukan. Yakinlah bahwa ketetapan Allah swt tidaklah salah sasaran, Allah maha teliti dan maha perencana. Semua realita yang kita alami pasti ada hikmah dari Allah swt yang dititipkannya melalui realitas apapun. Semoga Allah swt memberikan sifat sabar dalam diri kita dalam mewujudkan sesuatu. Aamiiin…