Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada bulan Februari 2020 lalu telah melakukan kunjungan menarik di sebuah kampung di Bantul, tepatnya di Kampung Plumbungan, Sumbermulyo, Bambanglipura Bantul. Kampung yang dulunya adalah sama seperti kampung biasanya, disulap menjadi kampung wisata anggur dan sudah mulai terkenal di kalangan masyarakat dan wisatawan.
Inovasi ini diprakarsai oleh kelompok wanita tani di kampung tersebut. Gustia, ketua Kelompok Wanita Tani setempat, mengisahkan awal mula terciptanya kampung anggur ini. Awalnya memang kampung ini adalah kampung biasa, tanaman di sekitar rumah ada tanaman keras, pisang, dan sayuran. Ibu PKK dan KWT setempat awalnya melakukan kegiatan penanaman tanaman toga dan sayuran yang harus mengganti karena satu kali masa tanam. Lalu ada seorang warga bernama Pak Rio yang sudah memiliki tanaman anggur, maka ibu-ibu ini berinisiatif untuk mencoba menanam lebih banyak anggur di rumah-rumah dan belajar bersama Pak Rio.
Percobaan pertama yang dilakukan adalah menggrafting anggur itu 100 bibit, dan yang berhasil hanya 37 bibit. Dalam waktu 8-1 tahun pohon anggur itu bisa tumbuh dan berbuah dengan baik. Setelah percobaan pertama ini berhasil, maka disosialisasikanlah ke seluruh warga terutama PKK dan KWT, dasawisma, dan melalui perorangan. Akhirnya semuanya ikut menanam karena sudah terbukti anggur yang ditanam selain memperindang rumah juga menghasilkan uang.
Anggur yang ditanam adalah varietas Linel yang berasal dari Ukraina, cepat berbuah, adaptasi dengan lingkungan bagus, perawatannya mudah. Awal tahun 2020 anggur Linel ini sudah diberikan sertifikat khusus untuk Kabupaten Bantul dengan nama Satria Tamansari 1. Proses menanam hingga panen berkisar antara 8-12 bulan sudah bisa dinikmati hasilnya. Pada tanaman anggur yang sudah berumur 2 tahun bisa menghasilkan 60 tandan dan masing-masing tandan paling besar 2,9 kilogram.
Sistem penjualannya adalah dari rumah ke rumah, dipetik sendiri dipilih sendiri, dan dibayarkan kepada pemilik rumah. Harganya tiap kilogram anggur Rp 100.000,00. Dengan cara ini sangat menarik wisatawan untuk datang ke kampung ini. Dan warga pun tentu merasa senang, karena di tiap rumah ada tanaman anggur ini pun menjadi sumber penghasilan mereka yang menjanjikan di balik ramainya kunjungan wisatawan yang datang.
Kampung ini semakin berkembang dan terkenal sebagai kampung wisata. Seiring berjalannya waktu, kegiatan PKK dan KWT ini melihat potensi wisatawan yang datang membuat mereka berinovasi lagi untuk membuat souvenir. Sungguh luar biasa perempuan-perempuan ini ya.
Black Ivory Coffee, Kopi Gajah dengan Harga Fantastis
Lihat, bagaimana perempuan juga punya peran dalam dunia pertanian. Perempuan juga punya cara untuk membuat perubahan terhadap lingkungan. Tak cukup hanya demi sebuah profit, tapi mengajak seluruh elemen masyarakat untuk ikut menikmati hasilnya.
Semangat terus untuk pertanian Indonesia. Bu Gustia optimis mengatakan, Pertanian Indonesia Maju!
Penulis : Martina Mulia Dewi Mahasiswa Prodi Agribisnis FP UB