Indonesia harus tahu, ternyata kopi luwak bukan kopi termahal di dunia. Memang harganya juga sangat tinggi. Tapi ada yang lebih fantastis lagi, yaitu black ivory coffe, atau kopi gajah.
Salah satu contohnya adalah produk di atas yang saya ambil dari salah satu produk Black Ivory Coffe Company. Itu harganya adalah $USD 110, hanya dapat 1 kemasan dan tiap kemasan seberat 35 gram. Kalau dirupiahkan saat ini bisa mencapai Rp1,6 juta. Hanya untuk secangkir kopi ya ini. Kalau kemarin harga kopi luwak tiap ½ kgnya adalah Rp 4,4 juta, kopi gajah harganya jadi Rp 22,9 juta. Hmm menarik kan?
Sama seperti luwak, ini adalah kopi fermentasi yang dibantu oleh gajah dalam prosesnya pembuatannya. Kalau kopi luwak dari Indonesia, kopi gajah berasal dari Thailand. Black Ivory Coffe Company ini adalah salah satu platform digital bisnis di Thailand yang menjual produk elit yang sudah dinikmati di hotel-hotel bintang lima.
Bukan hanya menjual produk kopi yang harganya fantastis, tapi di sana juga memiliki misi untuk menyelamatkan gajah-gajah Thailand dari konflik dengan manusia dan dampak negative lainnya. Konservasi terhadap gajah Thailand agar tidak tereksploitasi secara berlebihan.
Proses pembuatan Black Ivory Coffee ini dimulai dari pemilihan biji kopi terbaik yaitu dari kopi Arabica Thailand. Kemudian dicampurkan dengan makanan kesukaan gajah, misalnya saja pisang. Setelah diproses 12-72 jam diproses dalam perut gajah dan dikeluarkan, lalu dicuci dan dikeringkan. 33 kilogram biji kopi hanya dapat menghasilkan 1kg black ivory coffe, mungkin ini juga alasan kenapa mahalnya produk ini.
Kopi Luwak, Kopi Terbaik Indonesia
Entah bagaimana dengan rasanya, tapi yang pasti hasil fermentasi kopi dari hewan ini pasti punya cita rasa yang berbeda. Sampai harganya yang melejit selangit ini membuat orang geleng-geleng kepala.
Hmm menarik sekali ya bisnis perkopian ini. Akan tercipta apalagi ya inovasinya? Tapi yang paling penting manusia tidak boleh mengeksploitasi sumber daya secara tidak bijaksana. Hewan adalah makhluk hidup juga. Jangan sampai karena tergiur profit saja, sisi kemanusiaan itu hilang entah kemana.
Penulis : Martina Mulia Dewi Mahasiswa Agribisnis FP UB