Cinta dan kasih sayang manusia tidaklah datang dan hadir dengan sendirinya. Cinta harus diupayakan untuk hadir menjumpai kita. Dan tidak semua orang akan didatangi oleh cinta. Cinta dan kasih sayang berjalan dalam mekanisme proses sebab akibat. Cinta kasih sayang adalah hasil atau akibat dari sebuah sebab, dari sebuah tindakan yang dilakukan sebelumnya.
Cinta haruslah kita dekati agar ia juga mendekat pada diri kita. Barang siapa yang mendekati Tuan Pemilik cinta dan kasih sayang maka dia pasti akan didekati oleh cinta dan kasing sayang dari Sang Tuan dan para hambaNya. Karena Dialah pemilik cinta yang memiliki sifat penuh kasih sayang pada hambaNya. Mintalah cintaNya dengan cara melakukan tindakan (memberi) yang dapat mengundang cinta dari-Nya. Karena demikianlah mekanisme cinta, ada aksi dan ada reaksi. Ada memulai ada mengikuti, ada memberi ada mendapat.
Jika kita ingin dicinta oleh-Nya maka cintai Dia dan mendekatlah padaNya. Maka Dia akan membalasnya dengan balasan cinta yang berlebih. Jika kita mendekatnya dengan melangkah maka dia akan mendekat pada diri kita dengan berlari. Sebagaimana sabda Rasulullah saw :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِى ، فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى ، وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).
Jika kita ingin dicintai Allah, maka dekatilah Allah dengan cara mengimaninya sepenuh hati dengan sesungguh-sungguhnya cinta tanpa menduakannya. MeyakiniNya bahwa Dia Maha melihat, Maha Mendengar dan Maha Teliti dalam mencatat. Dimanapun kita berada, disana ada Allah yang Maha Mengetahui. Lalu beribadahlah dengan ihsan dan lakukanlah amal shalih dengan ikhlas. Maka dengan jalan itu, Allah akan menurunkan cinta-Nya.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, ar-Rahman akan jadikan untuk mereka wudda.” (QS. Maryam : 96)
Apakah itu wudda? . Wudda artinya Hubbun (rasa cinta) sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Adapun tafsirnya disampaikan oleh Qatadah:
يَجْعَلُ لَهُمْ وُدّاً فِي قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Dia menjadikan untuk mereka rasa cinta di hati orang-orang mukmin.” (Zâdul Masîr fî Ilmit Tafsîr (III/148) oleh al-Hafizh Ibnul Jauzi)
Sementara Mujahid menafsirkannya:
مَحَبَّةً فِي النَّاسِ فِي الدُّنْيَا
“Rasa cinta di kalangan manusia di dunia.” (Tafsîr Ibnu Katsîr V/269)
Sehingga karena dirinya benar-benar mendekat pada Allah swt dengan penuh kesungguhan maka hal itu mampu mengundang cinta Allah swt. Sebagaimana sabda Nabi saw :
إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ عَبْدًا نَادَى جِبْرِيلَ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبَّهُ، فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، فَيُنَادِي جِبْرِيلُ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ القَبُولُ فِي أَهْلِ الأَرْضِ
“Apabila Allah mencintai seorang hamba maka Dia akan memanggil Jibril, ‘Sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah ia.’ Lalu Jibril mencintainya lalu Jibril berseru di kalangan penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah ia.’ Penduduk langit pun mencintainya lalu diletakkan penerimaan untuknya di bumi.” (HR. Al-Bukhari no. 6040 dan Muslim no. 2637)
Demikian pula, jika kita ingin dicinta oleh Allah dan penduduk langit maka tebarkan cinta dan kasih pada penduduk dunia. Sebagaimana sabda Nabi :
الرَّاحمُونَ يَرحمُهُم الرّحمنُ تبارك وتعالي ارْحَموا مَنْ في الأرض يرحمْكُم من في السَّماءِ
“Sayangilah makhluk yang ada dibumi, niscaya yang ada dilangit akan menyayangimu”.( Hadits Shahih, Riwayat ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, Lihat Shahiihul jaami’ no. 896).
Lalu dengan cara apa menebarkan cinta bagi penduduk bumi ? Pertama, dengan cara menebarkan salam kesalamatan, membuat penduduk sekitar selamat dari lisan kita, dan tangan kita, yaitu seseorang yang tidak suka mengganggu orang lain, semisal tidak mengganggu jalan orang lain (contoh: tidak parkir di sembarang tempat, tidak parkir kendaraan yang dapat mengganggu dan menyusahkan jalan orang lain, tidak mengganggu jalan trotoar, tidak suka menutup jalan untuk kepentingan pribadi, seperti mantenan dsb). Karena itulah ciri seorang muslim yang sejati. sebagaimana sabda nabi :
المسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ , و المهاجِرَ مَنْ هَجَرَ مَا نهَى اللهُ عَنْهُ
“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah .” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40 )
Dan dalam riwayat Tirmidzi dan An Nasa’i,
و المؤمن من أمنة الناس على دمائهم و أموالهم
“Seorang mu’min (yang sempurna) yaitu orang yang manusia merasa aman darah mereka dan harta mereka dari gangguannya.”
Kedua, dengan cara menyayangi orang lain termasuk pula peduli pada mereka dan membantu memenuhi kebutuhan mereka dan meringankan kesusahan atau kesulitannya serta jadilah pemaaf. Maka dengan cara ini tentulah kita juga akan disayang oleh Allah swt dan terlebih oleh para hamba-Nya. Sebaliknya jika kita cuek dan tidak mau peduli pada orang lain, tidak tergerak untuk membantu kesulitan orang lain dan tidak mau berkasih sayang pada sesama bahkan pendendam tidak suka memaafkan maka tentulah Allah akan jauh dari cinta Allah swt dan manusia di bumi tidak akan sayang pada kita.
Dari Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah bersabda kepada Abdul Qais.
إنَّ فِيْكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا الله: الْحِلْمُ وَاْلأنَاة.
Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua sifat yang dicintai Allah, Al Hilm (pemaaf) dan Anah (murah hati).
Ketiga, cintai dan sayangilah anak-anak dan hormatilah yang lebih tua. Karena pada mereka ada hak. Anak-anak adalah kalangan yang masih belum mengetahui banyak hal sehingga banyak melakukan kesalahan dan perlu mendapatkan bimbingan serta perhatian. Salah satu bentuk perhatian adalah dengan menciumnya. Sebagaimana sabda Nabi :
2 ـ عن أبي هريرة ـ رضي الله عنه ـ قال : قبل رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ الحسن بن عليّ ، وعنده ـ الأقرع بن حابس التميمي ، جالساً ، فقال الأقرع : إن لي عشرة من الولد ما قبلت منهم أحداً ، فنظر إليه رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ ، ثم قال : ” من لا يرحم لا يرحم ” .رواه البخاري .
Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah saw menciumi Al Hasan bin Ali, di hadapan Al Aqra’ bin Habis At Tamimiy yang sedang duduk. Lalu Al Aqra’ berkata: Sesungguhnya aku memiliki sepuluh anak, dan aku belum pernah menciumi seorang pun. Lalu Rasulullah saw memandanginya dan bersabda: “Barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi” (HR. Al Bukhari)
Selain mencintai yang lebih muda, juga menghormati yang lebih tua. Menghormati senior bisa dengan mendengarkan pendapatnya dan belajar dari pengalamannya, mendahulukannya dalam beberapa hal dan meminta masukan serta arahan dalam mengambil langkah keputusan, tidak meninggikan suara, berlaku santun dan tawadhu di hadapan mereka. Nabi bersabda :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرِنَا
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Bukan dari golongan kami orang yang tidak menyayangi anak kecil dari golongan kami, dan tidak mengetahui hak orang yang lebih besar dari golongan kami.”
Demikianlah cinta, ia tidak akan hadir tanpa kita upayakan. Undanglah cinta dengan sikap dan perilaku kita agar diri kita diliputi kasih sayang dari sesama. Semoga Allah mencintai kita dan meridhoi setiap usaha amal ibadah diterima oleh-Nya. Aamiiin…
KH. Akhmad Muwafik Saleh Dosen Fisip UB Malang dan Penulis Produktif