Penulis: Rahmi Nurdiani, PhD. Dosen dan peneliti pada Research Group, BioSeafood Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UB
Dalam beberapa waktu terakhir, wacana mengenai susu ikan yang berbahan hidrolisat protein ikan telah mengundang berbagai reaksi di masyarakat. Banyak yang mempertanyakan apakah produk ini layak disebut “susu” jika tidak berasal dari kelenjar susu mamalia. Mari kita luruskan isu ini dengan penjelasan yang jelas.
Susu, dalam pengertian umum, adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia untuk memberi nutrisi pada anaknya. Namun, kata “susu” juga telah digunakan secara lebih luas dalam konteks produk nabati dan hewani lainnya, seperti susu almond, susu kedelai, dan susu oat. Inovasi dalam industri makanan telah melahirkan berbagai alternatif susu yang tidak selalu berasal dari kelenjar susu, tetapi tetap menawarkan nilai gizi yang bermanfaat.
Susu ikan, yang terbuat dari hidrolisat protein ikan, adalah produk yang kaya akan asam amino dan nutrisi penting lainnya. Proses hidrolisis memecah protein menjadi bentuk yang lebih mudah diserap oleh tubuh, menjadikannya sumber protein yang sangat baik. Meskipun tidak memenuhi definisi tradisional susu, produk ini layak mendapatkan sambutan konsumen sebagai alternatif minuman sehat di masyarakat. Dalam konteks ini, penting untuk menyadari bahwa istilah “susu” tidak selalu merujuk pada produk dari kelenjar susu. Sebaliknya, penggunaan istilah tersebut untuk susu ikan mencerminkan perkembangan baru dalam dunia nutrisi yang bisa memberikan manfaat bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang mencari sumber protein non-susu.
Dengan demikian, mari kita sambut inovasi ini dengan pikiran terbuka. Susu ikan bukan hanya sekadar tren; ia merupakan langkah maju dalam memberikan alternatif nutrisi yang berharga. Sebagai akademisi dan konsumen cerdas, kita perlu mendukung produk yang menawarkan manfaat kesehatan, terlepas dari asal usulnya.
Mari kita lihat susu ikan bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai peluang baru dalam dunia gizi modern. Dengan begitu, kita dapat mendorong penyediaan minuman yang lebih sehat bagi masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan keberagaman sumber protein yang tersedia.(sdk)