KANAL24, Jakarta – Merger bank syariah anak usaha tiga bank BUMN ditargetkan rampung pada Februari 2021. Merger ini akan meningkan penetrasi bisnis perbankan syariah di Indonesia.
Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaedi, mengatakan legal merger PT Bank BRI Syariah Tbk. (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) ditargetkan selesai Februari 2021.
“Ini akan menghasilkan bank syariah yang besar, lebih dari 50% market share industri perbankan syariah nasional,” kata Darmawan dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Senin (26/10/2020).
Darmawan menegaskan merger ini akan membuat Himbara memiliki anak usaha perbankan syariah yang kompetitif. Keberadaan bank syariah yang besar sangat dibutuhkan mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.
“Sehingga bisa kompetitif bersaing dengan layanan perbankan syariah dari negara tetangga,” ujar Darmawan.
Komposisi pemegang saham pada bank syariah hasil penggabungan adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) 51,2%, PT Bank Negara IndonesiaTbk (BBNI) 25,0%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) 17,4%, DPLK BRI-Saham Syariah 2% dan publik 4,4%. Struktur pemegang saham tersebut berdasarkan perhitungan valuasi dari masing-masing bank peserta penggabungan.
Total aset dari bank hasil penggabungan akan mencapai Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Dengan demikian bank hasil penggabungan akan masuk ke dalam top 10 bank terbesar di Indonesia dari sisi aset dan top 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.
Baca Juga:
Total Aset Merger Bank Syariah Capai Rp214,6 Triliun
Bank hasil penggabungan ini pun akan tetap menjadi perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan ticker code BRIS.
Darmawan menegaskan bagi Bank Mandiri, BNI, dan BRI, merger anak usaha mereka bank syariah tentu akan sangat bermanfaat. Penetrasi pasar keuangan syariah di masyarakat Indonesia akan bisa lebih dalam. “Mengingat market share perbankan syariah nasional selama ini masih kecil,” tutur Darmawan.
Kontribusi anak usaha Bank Mandiri.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri, Ahmad Siddiq, juga membeberkan kontribusi bisnis anak usaha Bank Mandiri hingga kuartal III 2020. Total aset perusahaan anak mencapai Rp218,1 triliun atau tumbuh 12,4% YoY. Total kredit perusahaan anak mencapai Rp122,6 triliun atau tumbuh 7,8% YoY.
“Total DPK perusahaan anak mencapai Rp130,0 triliun atau tumbuh 21,2% YoY,” kata Sidiq.
Total income perusahaan anak mencapai Rp20,8 triliun atau tumbuh 2,3% YoY. “Total kontribusi perusahaan anak mencapai 13,5% terhadap total laba konsolidasi Bank Mandiri,” tutup Sidiq.