Kanal24, Malang – Dalam orasi ilmiahnya pada Sidang Pleno Terbuka Majelis Wali Amanat Universitas Brawijaya dalam rangka Dies Natalis ke-62, Minggu (5/1/2025), Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Viada Hafid, menegaskan pentingnya transformasi digital sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia menargetkan Indonesia dapat menjadi salah satu dari lima kekuatan ekonomi dunia pada tahun 2045, dengan pertumbuhan ekonomi minimal 6%, atau bahkan mencapai 8% seperti yang diharapkan Presiden Prabowo Subianto.
Meutya menjelaskan bahwa ekonomi global menghadapi lima tantangan utama: turbulensi geopolitik yang memengaruhi rantai pasok, ketidakpastian sistem keuangan akibat kebijakan moneter ketat, ketidakseimbangan pasar tenaga kerja pasca-pandemi, proteksionisme, dan fragmentasi ekonomi global.
Baca juga : Dies Natalis Ke-62, UB Transformasi Menuju Kampus Inklusif Global
“Setiap kemajuan teknologi yang sangat cepat menciptakan disrupsi, dan ketika disrupsi terjadi, muncul ketidakpastian,” ujarnya. Untuk itu, diperlukan langkah proaktif guna menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Transformasi Digital dan Potensinya
Menurut Meutya, transformasi digital memiliki potensi besar bagi ekonomi Indonesia, dengan nilai ekonomi digital diperkirakan mencapai $360 miliar pada 2030. Indonesia saat ini menduduki peringkat keenam global dalam jumlah startup, termasuk 15 unicorn dan 2 decacorn, yang memperkuat ekosistem inovasi di ASEAN. Ia juga menyoroti peran UMKM digital yang kini melibatkan 64,2 juta pelaku usaha, sebagai pilar utama memperkuat ekonomi dan memperluas pasar.
“Di Kota Malang, kami melihat banyak pelaku UMKM telah memanfaatkan teknologi digital, bahkan kecerdasan buatan, untuk mendukung bisnis mereka. Ini menunjukkan talenta digital Indonesia semakin kompeten,” tambahnya. Meutya menyebut Malang sebagai salah satu kota terbaik dalam indeks digitalisasi di Indonesia.
Pilar Penting dan PR Transformasi Digital
Transformasi digital Indonesia bergantung pada tiga pilar utama: infrastruktur, sumber daya manusia (SDM), dan pengelolaan data. Meutya menyoroti beberapa tantangan, seperti kecepatan internet yang masih tertinggal di angka 24 Mbps dibandingkan rata-rata global 76 Mbps, serta pusat data nasional yang masih kalah jauh dari Singapura. “Konektivitas digital harus menjangkau seluruh wilayah, hanya daerah yang menguntungkan secara ekonomi,” katanya.
Di sektor SDM, ia menekankan bahwa hanya 0,8% tenaga kerja Indonesia berada di sektor profesional digital, jauh di bawah rata-rata global sebesar 4%.
“Ini yang kami nanti akan bekerja sama dengan Universitas Brawijaya atas izin Pak Rektor dan seluruh jajaran. Karena ketersediaan dan kualitas SDM yang kompeten menjadi salah satu PR utama bangsa ini,” tutur Meutya.
Menurutnya upaya ini membutuhkan peningkatan kualitas pendidikan, termasuk integrasi teknologi dalam pembelajaran. “SDM digital yang kompeten akan mendukung tata kelola ekosistem digital agar lebih efektif, transparan, dan akuntabel,” tegas Meutya.
Komitmen Melawan Konten Negatif
Selain infrastruktur dan SDM, pemerintah juga fokus pada penguatan konten digital. Meutya mengungkapkan bahwa sejak Oktober 2024 hingga Januari 2025, pemerintah telah menutup lebih dari 700 ribu situs judi online.
Namun, ia menekankan bahwa pendekatan teknologi harus diimbangi dengan edukasi literasi digital dan kolaborasi masyarakat. Universitas Brawijaya turut mencanangkan gerakan melawan judi online dan pinjaman online ilegal sebagai bentuk kontribusi melawan ancaman ini.
Melalui orasi ilmiahnya, Meutya menegaskan bahwa transformasi digital harus inklusif, memberdayakan, dan terpercaya. Dengan strategi yang terukur, Indonesia diharapkan tidak hanya mendominasi sektor digital di ASEAN tetapi juga menjadi kekuatan ekonomi global yang berdaulat dan mandiri.