Kanal24 – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan bahwa jumlah kematian manusia akibat infeksi virus H5N1 penyebab flu burung di Indonesia tertinggi di dunia.
“Jadi flu burung juga harus diwaspadai karena yang sakit itu hewannya, tapi dia bisa menular ke manusia,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi dalam Siaran Sehat yang diikuti di Jakarta (6/3/2023).
Imran mengungkapkan bahwa menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak kasus flu burung ditemukan pada tahun 2003 hingga tahun 2023, terdapat 871 kasus terkait flu burung yang mengakibatkan kematian pada manusia.
Dari jumlah kasus flu burung pada manusia sejak 2003 hingga 2023 yang tercatat sebanyak 871, sebanyak 458 di antaranya mengakibatkan kematian. Indonesia tercatat memiliki jumlah kematian terbanyak yaitu 168, diikuti oleh Mesir dengan 120 kematian, Vietnam dengan 64 kematian, Kamboja dengan 38 kematian, dan China dengan 32 kematian, merujuk pada data yang sama dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Semua kasus yang terpapar unggas terinfeksi, berasal dari kontak langsung,” kata Imran.
Imran menjelaskan bahwa flu burung merupakan penyakit zoonosis yang dapat menular dari hewan ke manusia. Meskipun kebanyakan penyakit zoonosis berasal dari kucing, anjing, atau kelelawar, flu burung disebabkan oleh unggas yang terinfeksi.
Cara penularan flu burung melalui kontak langsung dengan sekret atau tinja binatang yang terinfeksi, udara tercemar virus influenza, dan benda yang telah terkontaminasi virus, dengan masa inkubasi penularan selama satu sampai tujuh hari dan rata-rata penularan tiga hingga lima hari.
“Saat ini terdapat tujuh varian utama (clade), dengan 38 sub-clade, dimana 21 di antaranya dilaporkan pada manusia,” ujar Imran.
Imran meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap zoonosis dan memahami gejala infeksi flu burung pada manusia seperti demam, lemas, batuk, nyeri tenggorokan, otot, perut, dada, dan diare.
“Utamanya pasien mempunyai riwayat dengan unggas yang sakit atau mati mendadak,” katanya.
Imran menyoroti bahwa jika seseorang sudah mengalami gejala, maka penyakit tersebut dapat dengan cepat berkembang menjadi gangguan paru-paru yang parah seperti sesak nafas, pneumonia, sindrom distres pernapasan akut, dan perubahan neurologis seperti perubahan mental atau kejang.
Imran meminta kerja sama komprehensif dari semua pihak untuk menjaga kesehatan dan lingkungan serta menerapkan prinsip one health agar penyebaran flu burung tidak semakin meluas, serta meminta masyarakat untuk tidak panik dan segera membawa yang diduga terinfeksi ke fasilitas kesehatan.
“Tentu saja penyakit zoonosis ini meskipun tidak terlalu banyak membunuh seperti COVID-19 ya, tetapi dampaknya terhadap ekonomi kita cukup besar, terutama bagi para peternak,” katanya.
Sebanyak 195 rumah sakit (RS) rujukan telah disiapkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebagai langkah antisipasi terhadap kemungkinan mewabahnya virus H5N1 penyebab flu burung di Indonesia.
“Kita sudah menyiagakan 195 rumah sakit rujukan. Perawatan-perawatan di rumah sakit juga sudah kita siapkan. Meskipun kita berdoanya itu tidak dipakai (karena flu burung, red.),” kata Imran.
Kemenkes telah menyiapkan ratusan rumah sakit rujukan untuk PIE setelah mengetahui temuan kasus virus HPAI H5N1 clade 2.3.4.4b dan 2.3.2.1c di Kalimantan Selatan.
Kemenkes telah menyiapkan berbagai perawatan dan peralatan di rumah sakit rujukan untuk menangani kasus flu burung pada manusia.
“Kami sudah informasikan kepada RSPI Sulianti Saroso sebagai pembina masif informasi dalam hal infeksi untuk menyiagakan, membimbing rumah sakit-rumah sakit supaya bisa lebih aware,” katanya.
Obat Oseltamivir disiapkan oleh Kemenkes dan siap dikirimkan ke rumah sakit rujukan terkait untuk menangani clade baru, karena jenis obat Zanamivir dan Peramivir tidak tersedia di Indonesia.
Kemenkes telah menyiapkan 13 laboratorium rujukan, termasuk Laboratorium Nasional Prof. Dr. Oemijati dan 12 labkesmas, yang akan digunakan untuk keperluan primer seperti PCR Open System sebagai bagian dari langkah antisipasi.
“Dalam pemeriksaan spesimen, kami melibatkan BBTKL, Badan Litbangkes dan laboratorium regional yang ditunjuk sebagai laboratorium pemeriksaan spesimen influenza. Di surat juga kita sampaikan bahwa kita menyiagakan mulai dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), puskesmas, rumah sakit, laboratorium itu kita siapkan,” katanya.
Imran menyatakan bahwa Surat Edaran Dirjen P2P Kemenkes No. PV.03.01/C/824/2023 telah mengeluarkan pengumuman terkait kewaspadaan pada tenaga kesehatan terkait kasus flu burung clade baru 2.3.4.4b. Selain itu, aturan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2016 telah dikeluarkan untuk pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu terkait dengan penanganan kasus flu burung.
Kemenkes telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan di seluruh daerah termasuk mengadakan webinar dan membuat pedoman untuk menangani kasus flu burung pada manusia.
Ahli-ahli diundang untuk membahas masalah kesehatan hewan sehubungan dengan kasus flu burung, dan menghasilkan video dokumenter sebagai acuan bagi tenaga kesehatan yang menangani pasien flu burung. Selain itu, Kemenkes telah berkoordinasi dengan balai karantina hewan di perbatasan untuk melakukan skrining secara terus-menerus agar tidak ada unggas sakit yang dapat masuk ke Indonesia dan menyebarkan infeksi.
“Jadi mohon kalau sudah ada tanda-tanda gejala, segera dibawa ke fasilitas kesehatan. Tapi jangan panik, karena masyarakat nanti ikut panik semua. Jadi kita ketahui dulu masalahnya, kita periksa, dan kita sudah siapkan itu rumah sakitnya,” kata dia.