Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) kembali melanjutkan komitmen dalam mengembangkan potensi desa melalui Program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) 2025. Dipimpin oleh Saparila Worokinasih, Ph.D selaku Ketua Pelaksana, MMD UB tahun ini akan melibatkan 1.000 mahasiswa yang disebar ke 76 desa di lima kabupaten di Jawa Timur.
Saparila menjelaskan bahwa MMD merupakan bagian dari mata kuliah wajib universitas dengan kode MKU 6005. Program ini menjadi sarana bagi mahasiswa untuk menunaikan kewajiban akademis berupa pengabdian kepada masyarakat atau yang biasa dikenal dengan KKN. “MMD ini adalah salah satu bentuk pengabdian yang dikemas dan dijalankan oleh seluruh program studi atau fakultas di Universitas Brawijaya,” ujarnya.
Baca juga:
Bincang Intelektual Bacadek FMIPA UB
Untuk MMD 2025, lokasi pengabdian mahasiswa akan mencakup Kabupaten Malang, Bojonegoro, Ngawi, Lumajang, dan Banyuwangi. Setiap desa akan ditempati oleh satu kelompok mahasiswa yang terdiri atas 13–14 orang, didampingi oleh satu dosen pembimbing lapangan.
Fokus pada Pemberdayaan Menuju SDGs Desa
Tahun ini, MMD UB mengusung tema besar “Pemberdayaan Masyarakat Desa Menuju dan Melampaui 18 SDGs Desa”. Setiap program kerja yang dilaksanakan mahasiswa di lapangan harus terhubung dengan 18 butir tujuan pembangunan berkelanjutan tingkat desa. “Semua kegiatan wajib mengikuti dan terkoneksi dengan 18 butir SDGs Desa, sehingga program ini tidak hanya temporer tapi juga strategis untuk pembangunan berkelanjutan,” lanjut Saparila.
Mahasiswa akan memulai kegiatan di desa pada 1 Juli 2025 hingga 1 Agustus 2025. Sebelum itu, proses survei lokasi dan persiapan program akan dilakukan mulai bulan Mei. Setelah masa pengabdian selesai, mahasiswa diwajibkan menyusun laporan akhir, seminar hasil, serta dokumentasi kegiatan sebagai bentuk pertanggungjawaban akademik.
Pastikan Program Berkelanjutan di Masyarakat
Menanggapi tantangan mengenai keberlanjutan program, Saparila menegaskan bahwa MMD UB bukan program sekali jalan. “MMD 2025 ini merupakan kelanjutan dari program MMD 2023 dan 2024. Kami selalu berupaya agar pengabdian ini menjadi bagian dari pengembangan potensi desa berbasis kebutuhan nyata masyarakat,” paparnya.
Menurutnya, keberlanjutan program diperkuat melalui kolaborasi erat dengan pemerintah daerah yang secara aktif meminta bantuan UB untuk menerjunkan mahasiswa ke wilayah mereka. “Banyak pemerintah daerah yang menginisiasi dan meminta mahasiswanya untuk mendukung pemberdayaan desa. Ini membuktikan bahwa program MMD UB mendapatkan kepercayaan luas,” jelasnya.
Baca juga:
Mencari Pemimpin Baru: FIA UB Hadirkan Empat Kandidat Unggulan
Mahasiswa Berdaya, Desa Berdaya
Lebih lanjut, Saparila berharap MMD 2025 menjadi momentum bagi mahasiswa untuk belajar berkolaborasi secara nyata di tengah masyarakat. “Target kami, Insyaallah seribu mahasiswa bisa terjun langsung dan membantu desa-desa untuk menjadi lebih berdaya. Memberikan dampak positif, menciptakan perubahan, dan membuktikan bahwa mahasiswa UB siap menjadi agen perubahan di tengah masyarakat,” tutupnya.
Dengan semangat gotong royong, kolaborasi, dan inovasi, MMD UB 2025 diharapkan tak hanya menjadi ajang pengabdian, melainkan juga menjadi fondasi pengembangan kapasitas diri mahasiswa serta akselerasi pencapaian pembangunan desa berkelanjutan di Indonesia. (nid/bel)