Kanal24, Malang – Pengembangan potensi lokal desa berbasis ilmu terapan menjadi strategi penting dalam memperkuat kemandirian masyarakat. Melalui pendekatan edukatif dan aplikatif, Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya (UB) hadir memberikan solusi konkret dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang digelar di dua desa wilayah Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, yakni Desa Pajaran dan Desa Argosuko.
Kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan Program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) 2025, di mana dosen dan mahasiswa UB secara aktif terjun langsung ke masyarakat untuk mendampingi, melatih, dan mengembangkan potensi lokal melalui program yang aplikatif, tepat guna, dan berkelanjutan.
Selama dua hari, tim dosen dan mahasiswa Vokasi UB menjalankan dua bentuk pengabdian yang berbeda, namun saling menguatkan. Di Desa Pajaran, pengabdian berfokus pada digitalisasi konten edukasi hewan ternak sapi dan kambing. Sedangkan di Desa Argosuko, penguatan dilakukan melalui pelatihan olahan pangan dari buah belimbing dan jambu biji merah.
Baca juga : UB Kembangkan Inovasi Digital Aset Wisata Desa Gubugklakah
Digitalisasi Hewan untuk Edukasi Anak dan Warga Desa
Desa Pajaran memiliki potensi besar di sektor peternakan, khususnya sapi dan kambing. Sayangnya, potensi ini belum dimanfaatkan sebagai sarana edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Untuk itu, tim Vokasi UB mengembangkan sistem informasi digital berbasis QR code yang ditempatkan di lokasi strategis seperti kandang komunal dan kantor desa.
Ketua tim digitalisasi, Susenohaji, SE., M.Si., Ak., menyatakan bahwa media edukasi ini tidak hanya menyampaikan informasi dasar tentang ternak, tetapi juga mengandung nilai sejarah dan budaya lokal.
“Pembuatan media edukasi ini sangat penting agar warga tetap mengingat sejarah orang-orang desa yang berjasa dalam membangun peternakan sapi dan kambing berbasis masyarakat, serta menghargai kekayaan desa yang sangat penting dengan mempelajari dan menggali informasi edukasi sapi dan kambing,” ungkap Susenohaji
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pendekatan ini akan membangun kebanggaan warga terhadap ternaknya, tidak hanya sebagai sumber ekonomi, tetapi juga sebagai bagian dari identitas dan kearifan lokal.
“Sehingga, warga akan menjadikan ternak sapi dan kambing bukan sebagai sumber ekonomi, tetapi juga kearifan lokal desa yang dijaga dan menjadi cerita legenda yang edukatif dan unik serta memberikan kebanggaan bagi warga dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga desa,” tambahnya.

Argosuko Bangun Wirausaha Desa dari Olahan Buah Afkir
Sementara itu, di Desa Argosuko, tim Vokasi UB mendorong pengembangan kewirausahaan desa melalui pelatihan pembuatan olahan pangan dari buah lokal yang selama ini belum dimanfaatkan optimal. Buah belimbing bangkok merah dan jambu biji merah kerap kali dijual dalam kondisi mentah atau bahkan terbuang saat tidak laku.
Untuk menjawab persoalan ini, tim dosen merancang pelatihan produksi es krim lilin berbalut coklat dan jellyjus dari buah afkir. Produk ini dipilih karena proses pembuatannya mudah, murah, dan pasar utamanya—anak-anak SD dan SMP—sudah jelas tersedia.
Pelatihan ini diikuti oleh 15 ibu rumah tangga dan difokuskan pada pembuatan produk dengan modal minim dan alat produksi sederhana. Selain pelatihan, peserta juga menerima hibah peralatan produksi seperti blender, sealer, pengemas, serta bahan baku utama pembuatan es dan jellyjus.
Baca juga : UB Implementasikan DIGI-TREE pada Program MMD
Ketua pelaksana kegiatan, Fitriana Rakhma Dhanias., SE., MSA., Ak., CFP, menyebutkan bahwa program ini menjadi langkah awal pembentukan jiwa wirausaha masyarakat desa.
“Pelatihan ini selain untuk menggali semangat wirausaha desa masyarakat, juga untuk meningkatkan nilai tambah buah-buahan lokal khas desa yang afkir agar memiliki nilai ekonomis,” ujar Fitriana.
Program ini disambut antusias oleh warga dan pemerintah desa. Perwakilan dari Desa Argosuko, Suparman, menyatakan bahwa pola pelatihan UB kali ini jauh lebih terarah dan realistis dibanding program sebelumnya.
“Pelatihan dari Universitas Brawijaya ini memiliki daya tarik luar biasa bagi warga, karena produk yang dibuat sangat mudah dan murah, serta pasarnya luas, sehingga mudah untuk dijual dan berkembang,” tuturnya.
Model pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan terintegrasi ini dianggap selaras dengan program prioritas desa dalam membangun kekuatan ekonomi warga.
Melalui pelibatan aktif dosen dan mahasiswa dalam Program Mahasiswa Membangun Desa 2025, Universitas Brawijaya menegaskan komitmennya dalam mendampingi masyarakat desa membangun masa depan yang mandiri dan berkelanjutan. Pendekatan berbasis digitalisasi edukatif dan inovasi produk lokal ini diharapkan menjadi contoh praktik baik dalam pengabdian masyarakat berbasis potensi riil desa.(Din)