KANAL24, Malang – Pendekatan Mobilisasi dan Orkestrasi (MO) adalah pendekatan baru di era digital yang sekarang sedang terjadi dan tidak dapat dihindari oleh masyarakat, corporate, atau yang lain. Salah satu corporate yang sedang menjadi topik hangat yakni Net tv.
Rhenald Kasali menganalisa segala sesuatu bisa menggunakan pendekatan tradisional atau pendekatan MO.
“Kalau pakai pendekatan tradisional, kita berpikir bahwa dunia kemarin dan dunia hari ini sama. Maka, anda menganalisisnya pakai marketing, produk, finance, lemahnya keuangan, dan leadership. Tapi, saya pakai pendakatan MO. Saya tidak mengatakan karena aspek marketing, tetapi saya mengatakan karna di era MO, caranya harus berbeda, ketika segala sesuatu yang utama, tidak lagi yang utama hari ini,” terang Rhenald Rabu (21/8/2019)
“Sekarang, lagi ada TV baru yang berbeda sajian programnya dengan TV-TV kemarin. Persoalannya bukan tentang program atau marketingnya, akan tetapi lebih pada iklan. Iklan sekarang diambil oleh dunia cyber. Muncul TV baru namanya youtube, Netflix, iflix, mereka tidak punya program sama sekali, karena bikin program itu mahal. TV harus bikin program 24 jam, setiap jam habis minimal 2 M, apalagi TV beli film lebih mahal lagi. Netflix tidak memiliki film siapa saja boleh naruh film disitu, pendapatan tergantung dari berapa banyak penontonnya. Youtube juga begitu, youtube tidak memiliki video sama sekali, yang menaruh video kita semua,”lanjutnya.
Guru Besar Fakultas Ekonomi UI itu melanjutkan, Youtube memobilisasi kita untuk menaruh video di youtube dan beroperasi tanpa biaya pembuatan produksi. Sementara stasiun TV konvensional, biaya produksinya mahal.
“Bisa dilihat kantornya net TV dimana, itu letaknya di “segitiga emas” Jakarta, tidak sanggup biayanya. Biaya produksi mahal, biaya sewa gedung mahal, dan biaya artisnya mahal. Tapi kalau jadi youtuber anda cuma mikir content yang mau anda sajikan dengan biaya produksi rendah, jadi itu yang sedang terjadi di net. caranya udah beda sekarang, jadi jangan hanya fokus jual 1 hal, tapi cari inovasi untuk jual berbagai hal, supaya bisa beradaptasi dengan jaman yang semakin maju,”pungkas profesor kelahiran Jakarta tersebut. (meg).