Kanal24, Malang – Saat ini, krisis pangan menjadi salah satu permasalahan yang cukup mengkhawatirkan. Melihat hal ini, Dosen Fakultas Pertanian (FP) Universitas Brawijaya (UB), Prof. Dr. Ir. Yogi Sugito, MS., memberikan pandangan mendalamnya terkait dengan krisis ketahanan pangan dan pentingnya diversifikasi pangan dalam wawancara eksklusif bersama Kanal24 pada Selasa (21/11/2023).
Prof. Yogi yang telah lama memiliki ketertarikan dalam aspek pertanian dan ketahanan pangan, mengapresiasi terhadap upaya yang telah dilakukan dalam menjaga ketersediaan pangan di Indonesia. Namun, ia juga menyampaikan keprihatinannya terhadap fakta bahwa pertumbuhan penduduk yang belum terkendali menjadi tantangan serius.
“Dalam beberapa tahun terakhir, pertambahan penduduk Indonesia mencapai sekitar 5 juta per tahun. Ini merupakan beban tambahan terhadap kebutuhan pangan nasional, yang seiring waktu semakin meningkat,” ungkap Prof. Yogi.
Profesor dengan pengalaman yang luas ini juga membahas masalah penyusutan lahan pertanian di Indonesia, khususnya lahan sawah. Menurutnya, lahan sawah, terutama untuk tanaman padi, terus menyusut sejak era Orde Baru.
“Pertumbuhan infrastruktur seperti jalan tol, pabrik, dan pemukiman telah mengakibatkan hilangnya lahan pertanian yang sangat dibutuhkan,” tambahnya.
Dalam pandangannya, permasalahan ini semakin diperparah oleh penggunaan bahan kimia dalam pertanian modern.
“Revitalisasi pertanian dengan menggunakan bahan kimia memang meningkatkan produktivitas untuk sementara, tetapi seiring waktu, lahan pertanian menjadi rusak dan produktivitas turun,” jelas Prof. Yogi.
Melihat hal ini, Prof. Yogi memberi solusi dengan menekankan pentingnya diversifikasi pangan sebagai langkah yang krusial. Diversifikasi pangan adalah kunci untuk menghadapi krisis ini. Konsumsi beras per kapita di Indonesia masih sangat tinggi. Masyarakat perlu didorong untuk beralih ke sumber karbohidrat lain seperti jagung, singkong, dan tanaman pangan lainnya.
Prof. Yogi mengingatkan bahwa diversifikasi pangan telah sukses diterapkan di beberapa negara, seperti Kolombia di Amerika Latin.
“Kita bisa belajar dari pengalaman negara-negara tersebut dalam mencapai ketahanan pangan berkelanjutan,” ujar Prof. Yogi.
Dalam konteks pembangunan pertanian berkelanjutan, Prof. Yogi menyoroti pentingnya teknik budidaya yang tepat. Ia menekankan bahwa pemilihan tanaman harus disesuaikan dengan karakteristik lahan, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal tanpa merusak lingkungan.
“Dalam jangka panjang, konsep pertanian berkelanjutan dengan teknik budidaya yang tepat sangat penting. Jangan memaksakan tanaman tertentu pada suatu lahan jika tanaman itu tidak cocok. Itu hanya akan merugikan kelestarian lahan dan lingkungan sekitar,” tegasnya.
Prof. Yogi juga menyoroti pentingnya menggunakan teknologi pertanian modern yang ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia. Ia juga menambahkan bahwa pemerintah perlu mendukung petani untuk beralih ke teknologi pertanian yang lebih organik dan berkelanjutan.
Prof. Yogi menyampaikan juga bahwa pembangunan pertanian yang berkelanjutan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
“Kita semua perlu berperan dalam mempromosikan dan menerapkan diversifikasi pangan agar kita dapat mengatasi krisis ketersediaan pangan dan mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan,” pungkas Prof. Yogi. (nid/skn)
Comments 1