Kanal24, Malang – Pameran seni rupa bertema “Ngaebut” berhasil menarik perhatian pengunjung sejak dibuka di Universitas Negeri Malang (UM) pada Kamis (02/01/25). Pameran menampilakan karya yang mengkolaborasikan seni dan waktu.
Jeconiah Oresa Reyner Ariel Melvern, mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Seni Rupa UM sekaligus penanggung jawab acara menjelaskan bahwa tema ‘Ngarya Ngebut’ berasal dari dua kata kunci yang berhubungan erat: “ngarya” dan “ngebut.” Menurutnya, “ngarya” merepresentasikan semangat berkarya secara maksimal, sementara “ngebut” mencerminkan hubungan erat antara karya seni dan konsep waktu.
“Kami melihat bahwa dalam proses pembuatan karya seni, waktu menjadi elemen penting yang memengaruhi hasil akhir. Dengan tema ini, kami ingin menggambarkan bagaimana waktu dan usaha intensif para seniman menciptakan karya yang penuh makna,” ujar Jeconiah.
Pameran ini melibatkan dua mahasiswa Pendidikan Seni Rupa UM, salah satunya berasal dari Kota Malang dan lainnya dari Batu. Meski hanya melibatkan dua seniman, pameran ini memamerkan 11 karya seni yang beragam.
“Meski kolaborasinya terbatas pada lingkup sesama mahasiswa jurusan kami, karya yang dihasilkan tetap mampu mempresentasikan keberagaman ide. Contohnya, karya yang menceritakan tradisi bersih desa di Kota Batu menonjolkan aspek antropologi, sementara karya berbasis kotak-kotak memperkenalkan inovasi teknis baru dalam penggunaan kanvas,” jelas Jeconiah.
Sebagai penanggung jawab, Jeconiah menangani berbagai persiapan, termasuk peminjaman lokasi dan pengaturan karya seni. Untuk menjangkau audiens lebih luas, promosi dilakukan melalui media sosial dan grup WhatsApp, meskipun masih berfokus pada kalangan pelajar.
“Kami berusaha menyebarkan informasi lewat grup WhatsApp di lingkungan kampus dan media sosial. Harapannya, karya-karya ini dapat menginspirasi pelajar lain untuk terus mengeksplorasi kreativitas mereka,” ungkapnya.
Pameran ini menampilkan karya yang mengeksplorasi aspek budaya dan inovasi. Salah satu karya yang menarik perhatian adalah lukisan bertema tradisi bersih desa di Kota Batu. Karya ini tidak hanya menonjolkan seni visual, tetapi juga mengundang audiens untuk memahami lebih dalam budaya lokal.
Sebaliknya, karya berbasis kotak-kotak memberikan pendekatan inovatif dengan memanfaatkan sisi kanvas yang tidak biasa terlihat, menjadikannya bagian integral dari karya seni.
Menurut Jeconiah, pameran ini berhasil memancing rasa ingin tahu dan antusiasme pengunjung. Banyak dari mereka tertarik untuk memahami proses kreatif di balik karya, bahkan memberikan ide untuk pengembangan lebih lanjut.
“Misalnya, pada karya berbasis kotak-kotak, pengunjung bertanya bagaimana teknik ini bisa diterapkan dalam bentuk lain. Antusiasme ini menunjukkan bahwa pameran kami berhasil mendorong audiens untuk berpikir kreatif dan terbuka terhadap eksperimen baru,” ujarnya.
Selain itu, karya yang mengangkat tradisi bersih desa juga memicu diskusi tentang budaya lokal. Jeconiah percaya bahwa pameran ini tidak hanya menampilkan estetika seni, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai budaya yang penting.
Melalui pameran ini, Jeconiah berharap mahasiswa seni rupa, baik di UM maupun di institusi lain, terus termotivasi untuk mengembangkan potensi mereka di bidang seni. Dengan menjadikan seni sebagai medium eksplorasi budaya dan inovasi, Jeconiah optimistis bahwa generasi muda dapat menciptakan dampak positif di tingkat lokal maupun nasional.
“Pameran ini hanyalah langkah kecil. Semoga ke depan semakin banyak karya seni yang dapat menginspirasi masyarakat dan membawa kebudayaan lokal ke panggung yang lebih luas,” tutupnya.
Pameran ‘Ngarya Ngebut’ tidak hanya menunjukkan dedikasi dan kreativitas mahasiswa, tetapi juga menjadi bukti nyata bagaimana seni mampu menjadi jembatan antara tradisi, inovasi, dan edukasi. Dengan audiens yang terus bertambah, pameran ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus berkreasi dan memperkaya dunia seni rupa di Indonesia. (nid/bel)