KANAL24, Malang – Disetiap sesi terakhir ramadhan, kita menjumpai dua realitas kaum muslimin, ada sebagian yang berbondong-bondong mendatangi mall dan pusat pembelajaan untuk membeli baju baru persiapan lebaran dan sebagiannya lagi mendatangi masjid untuk membeli akhirat. Anda termasuk yang manakah dari dua realitas ini..??
Beruntunglah apabila kita termasuk golongan yang kedua, sekelompok ummat yang banyak menghabiskan waktu malamnya untuk bersujud kepada Allah swt menjemput malam-malam terindah bertemu dengan malam seribu bulan.
Itulah lailatul qadr, malam istimewa yang diberikan hanya bagi ummat muhammad dan tidak diberikan kepada ummat nabi-nabi sebelumnya.
Seribu bulan atau delapan puluh tiga tahun lebih dan itupun masih jauh lebih baik lagi yang mungkin umur ummat muhammad tidak banyak yang mampu menembus usia tersebut hanya diperuntukkan bagi mereka yang menjadikan malam-malamnya dipenuhi dengan sujud kepada Allah swt. Pintu ampunan Allah dan rahmadNya terbuka lebar bagi siapa saja ingin membersihkan dirinya dari dosa yang mengkarat.
Demikianlah disaat nabi saw sedang berkumpul dengan para sahabatnya, nabi tersenyum, kemudian ditanya oleh para sahabat, “mengapa engkau tersenyum”, nabi menjawab, “telah diperlihatkan kepadaku, saat orang sedang di padang makhsyar ada seorang nabi membawa pedang yang masuk ke sorga tanpa pengikut satupun, namanya Syam’un.
Dialah Nabiyallah Sam’un al Ghazi (dikenal juga dengan nama syamsyawn, atau shimson dalam bahasa ibrani, atau samson dalam alkitab) yang perkasa dan tak terkalah seorang taat pada Allah selama 1000 bulan malam-malamnya digunakan untuk sujud ibadah pada Allah swt dan siang harinya digunakan untuk berpuasa. Beliau berambut panjang, memiliki mukjizat dapat melunakkan besi, seorang nabi bani israil di tanah Romawi, berperang melawan kedhaliman penguasa yang tidak mau beriman pada Allah.
Namun karena tipu muslihat penguasa dengan memperalat istri nabi, akhirnya nabi syam’un as dikalahkan setelah diketahui kelemahannya oleh istrinya, yaitu ada pada rambutnya. Sehingga beliau disiksa dan diikat ditiang istana. Namun berkat pertolongan Allah swt diselamatkan dari makar musuhnya. Sehingga untuk menunjukkan rasa syukurnya nabi syam’un bersumpah untuk beribadah selama 1000 bulan yang malamnya digunakan untuk bersujud beribadah pada Allah dan siangnya diisi dengan berpuasa.
Demikian yang diceritakan oleh Rasulullah dihadapan para sahabatnya, sehingga bertanyalah para sahabat, “apakah engkau tahu (yaa Rasul), apakah gerangan pahalanya..?”. Nabi menjawab : “tidak…”. Sehingga akhirnya Allah swt mengutus malaikat jibril untuk membawakan wahyu kepada Rasulullah saw, dengan Firman-Nya yaitu surat Al Qadar. Demikian asal usul _(asbabun nuzul)_surat yang menceritakan seribu bulan itu (lailatul qadar).
Dengan turunnya ayat al qadar itulah, nabi menyuruh kepada sahabatnya agar mereka berburu malam lailatul qadar itu (lailatul qadar) mulai masuk tengah malam hingga terbit fajar agar mendapatkan pahala sebagaimana yang Allah berikan pada nabi syam’un al ghazi.
Dan apabila telah terbit fajar di malam qadar, maka malaikat Jibril berkata: “Wahai para malaikat, kumpul kemari”. Para malaikat berkata “Ya Jibril, apa yang Allah perbuat untuk kaum muslimin di malam ini dari ummat Nabi Muhammad SAW ? “
Jibril menjawab “Sesungguhnya Allah memandang kepada mereka dengan penuh kasih sayang, Allah memaafkan serta ngampuni dosa-dosa mereka, kecuali empat kelompok. “Para malaikat bertanya “Siapa empat kelompok itu ? “. Jibril menjawab ” Pertama, orang yang membiasakan diri minum arak, mabuk-mabukan. Kedua, Orang yang durhaka kepada orang tua. Ketiga, orang yang memutus silaturrahmi. Keempat, orang yang bertengkar, yaitu pertengkaran dengan sesama yang belum damai dalam jangka waktu tiga hari.
Sehingga siapa yang berpuasa dan malam-malam harinya digunakan untuk beribadah kepada Allah, banyak digunakan bersujud, membaca alquran, mendekat kepada Allah dengan berdiam diri di rumah Allah, masjid (i’tikaf) seraya mengikhlaskan diri dan berharap ampunan dan kasih sayang Nya, maka mereka kaum muslimin akan mendapatkan malam lailatul qadar yang pahalanya melebihi daripada ibadah selama seribu bulan sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Syam’un al Ghazi.
Tentu, malam seribu bulan tidak akan diberikan kepada mereka yang tidur, tidak pula kepada mereka yang berlaku keji dan mungkar selama puasa, yang tidak menjaga lisannya, tidak menjaga pandangannya, tidak menjaga perilakunya, tidak berbohong, tidak berlaku dhalim dan curang pada sesamanya.
Namun, malam seribu bulan hanya akan diberikan kepada hambaNya yang meletakkan pengharapan-Nya kepada Allah swt secara utuh dan sungguh-sungguh, lisannya basah dengan dzikir dan bacaan alquran, pikirannya hanya tertuju pada Allah swt, dan tindakannya hanya semata untuk berjuang di jalan Allah swt.
Semoga kita termasuk dalam golongan para pemburu malam yaitu manusia yang mendapatkan lailatul qadar dan semoga dosa-dosa kita diampuni oleh Allah swt serta dimasukkan dalam golongan orang-orang shalih yang selamat dunia dan akhirat. Aamiiiin…
Penulis Akhmad Muwafik Saleh. Dosen Fisip UB dan motivator