Oleh : Akhmad Muwafik Saleh*
Sebuah Pesan yang menarik dari firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada surat al-baqarah ayat 184 di dua kata pertama setelah Allah menjelaskan tentang kewajiban berpuasa yaitu kata : “Ayyaman ma’dudaat…”. Tentu kata ini tidak cukup hanya dimaknai dengan,… “pada hari-hari yang ditentukan”, namun seakan ada satu Pesan yang ingin disampaikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala bahwa puasa Ramadan dilaksanakan hanyalah pada beberapa hari saja, sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah yaitu 29 atau 30 hari (sebulan). Walaupun sejatinya tidaklah genap 1 bulan, sebab kita berpuasa hanyalah dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Yang hal itu berarti hanya setengah hari saja dari 24 jam sehari. Berarti kita berpuasa sejatinya tidaklah 30 hari, melainkan hanya 15 hari saja. Sehingga pantaslah Allah mengatakan “Ayyaaman ma’duudaat” yang maknanya : “hanyalah beberapa hari saja yang telah ditentukan”.
Oleh karena itulah, seakan Allah ingin berpesan kepada kita bahwa pergunakan waktu dengan sebaik-baiknya, maksimalkan dalam beribadah dan optimalkan kesempatan baik dalam puasa Ramadhan itu dengan sesungguh-sungguhnya (imaanan wa ihtisaaban) agar janglan sampai pahala dan bonus besar yang Allah berikan tersebut hilang begitu saja.
Dengan kata “ayyaaman ma’duudaat”, Allah swt seakan ingin menyampaikan pesan bahwa Jangan sampai seseorang kecolongan dalam puasa Ramadhan dengan hal-hal yang dapat menghilangkan pahala puasanya. Karena itulah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengingatkan kepada kita tentang fenomena ini. sebagaimana dalam sabdanya :
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْع وَالْعَطْش
Artinya, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga” (HR An-Nasa’i).
Puasa Ramadan tentu dimaksudkan tidak hanya sekedar menahan lapar dan haus saja, namun lebih daripada itu, harusnya puasa Ramadan dapat menahan segala hal yang melewati panca indra. Mulai dari pandangan mata (semisal gambar, video dsb yang dapat merusak pahala puasa), pendengaran (semisal mendengarkan hal-hal yang sia-sia), melalui mulut (berupa ucapan kalimat yang dapat menyakitkan, kebohongan, dusta), atau perbuatan yang dilakukan oleh tangan termasuk menulis di media sosial serta yang segala tindakan yang dilakukan oleh kaki atau perbuatan nyata. Bahkan pula apa yang terlintas di dalam pikiran dan bersemayam pada hati, berupa penyakit-penyakit hati seperti marah, dendam, iri dengki dan sebagainya. Semua itu harusnya dipuasakan, ditahan selama bulan Ramadhan, sebagai latihan agar terbiasa memproduksi pesan dan tindakan yang baik dan bermakna di luar bulan Ramadhan.
Prinsipnya selama puasa Ramadhan seharusnya seorang muslim menjaga dirinya dari segala hal yang dapat mengurangi, menghilangkan dan membatalkan pahala puasanya. Nabi saw bersabda :
خمسٌ يُفطِرن الصّائِم: الغِيبةُ، والنّمِيمةُ، والكذِبُ، والنّظرُ بِالشّهوةِ، واليمِينُ الكاذِبةُ
Artinya, “Lima hal yang bisa membatalkan pahala orang berpuasa: membicarakan orang lain, mengadu domba, berbohong, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu” (HR Ad-Dailami).
Jadi Apa saja yang dapat menjadi pencuri pahala puasa ramadhan kita ?. Antara lain :
- HP / Smartphone
Apa yang disampaikan oleh Nabi saw di atas adalah beberapa hal yang dapat menghilangkan puasa. Menariknya di zaman sekarang ini, semua yang disampaikan oleh Nabi tersebut di atas, telah diwakili oleh satu benda kecil yang bernama handphone atau smartphone.
Semua itu telah diperankan dengan sempurna oleh Medsos melalui HP. Seseorang bisa berlama-lama di saat berselancar dengan handphonenya melalui berbagai akun medsos. baik sekedar membaca WhatsApp, menikmati YouTube, Instagram, Tik Tok dan sebagainya. Namun anehnya, mereka mudah bosan dan cepat mengantuk pada saat membaca Alquran. Padahal membaca Alquran, sejatinya adalah sedang berinteraksi dan berdialog dengan Allah, yang dengannya kemudian dimudahkan Jalan solusi hidup atas berbagai persoalan yang dihadapi, Pikiran menjadi terang, hati menjadi tenang. Namun mengapa seseorang tidak dengan sungguh-sungguh melakukannya ?, sementara di saat bermain handphone, mereka merasa nyaman, jauh dari rasa bosan. Ataukah setan telah memalingkannya ?. Inilah pencuri utama selama bulan Ramadhan.
- Pencuri puasa yang kedua adalah aktifitas Nongkrong, ngobrol, hahahihi bersama teman-teman dengan alasan buka puasa bersama (bukber) yang jauh dari dzikir dan baca alquran. Terkadang aktivitas buka puasa bersama yang dilakukan oleh anak-anak muda, hanyalah sekedar alasan saja. Mereka berkumpul di cafe, tempat makan, untuk saling ngobrol, curhat, cerita kesana-kemari, sambil menunggu berbuka. Sementara mereka jauh dari dzikir, taklim, untuk menambah ilmu dan membaca Alquran. Namun tentu berbeda jika sebaliknya.
- Yang terakhir dari pencuri puasa adalah Tidur. Tidak sedikit orang yang berpuasa, namun menghabiskan waktu dan kesempatan terbaiknya di bulan Ramadan, dipergunakan untuk tidur seharian. Memang, tidurnya orang berpuasa itu ibadah. Manakala dimaksudkan, Jika dengan bangunnya dapat mengurangi pahala puasa karena dikhawatirkan berbuat bermaksiat kepada Allah swt. Namun demikian harus disadari, bahwa puasa Romadhon dengan segala tantangan dan cobaannya, harusnya seorang muslim mampu menghadapi berbagai godaan dan cobaan duniawi selama puasa Ramadhan. kemudian mengalihkan dan menggantinya dengan amalan-amalan kebaikan semisal taklim, mengaji Alquran berzikir, dan berdoa kepada Allah. Karena mengurangi sedikitnya tidur adalah tindakan cerdas untuk menyambut dengan penuh semangat Nafahat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala di bulan Ramadhan ini.
Oleh karena itu, marilah kita menjaga diri kita dari para pencuri puasa. Lalu mengoptimalkan waktu kita sebaik-baiknya, melalui amalan-amalan kebaikan, seperti memperbanyak membaca Alquran, berinteraksi dengan orang-orang saleh dan mengambil manfaat daripadanya. berdzikir kepada Allah menjelang waktu berbuka, dan melaksanakan salat tarawih untuk menegakkan perintah yang Ramadan serta lebih bersemangat lagi menjalankan qiyamul Lail di sepertiga malam di bulan Ramadan untuk menjemput Lailatul Qadar Semoga Allah menerima puasa kita amin ya robbal alamin… (AMS)
*)Akhmad Muwafik Saleh, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UB, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Tanwir al Afkar Malang