KANAL24, Malang – Pariwisata Indonesia diharapakan selain menyuguhkan keindahan alam dan kreatifitas masyarakatnya, juga dapat memberikan edukasi kepada wisatawan. Hal ini diungkapkan oleh Prof. Luchman Hakim, S.Si.,M.Agr.Sc.,Ph.D pada konferensi pers pengukuhan profesor (3/12/2019) di Universitas Brawijaya.
Menurut Luchman, pariwisata Indonesia saat ini masih melakukan eksploitasi besar-besaran kepada alam. Adanya eco tourism harusnya dibarengi dengan pemikiran global, bahwa wisatawan yang datang ke Indonesia adalah untuk mencari hal-hal yang“authentic” dari Indonesia itu sendiri. Profesor Bidang Ilmu Manajemen Lingkungan itu memberi contoh, wisata alam di Ledok Amprong di Kabupaten Malang yang batu-batu hitamnya dicat warna warni oleh warga agar menarik sebagai tempat berselfie wisatawan. Ini merupakan pemikiran yang harus diluruskan, bahwa sustainability lingkungan itu juga harus diperhatikan.
“Ketika batu-batu itu dicat, maka serangga-serangga tidak bisa menemukan rumahnya dan berdampak pada matinya serangga-serangga tersebut. Ketika serangga-serangga mati, maka tidak ada yang membantu dalam proses penyerbukan apel. Lalu otomatis akan berdampak pada kurangnya kunjungan wisatawan ke tempat tersebut. Ini yang saya rasa masyarakat perlu diedukasi,” terang pakar biologi itu.
Biologi salah satu kontributor utama dalam upaya-upaya pelestarian dalam menghadapi situasi dunia saat ini, yang mana mengalami krisis tentang lingkungan. Destinasi wisata bukan hanya tentang kepentingan ekonomi saja, melainkan tentang daya saing dan keberlanjutan. Indonesia masih tertinggal jauh dengan Malaysia, Thailand, dan Singapore dalam hal daya saing destinasi wisata. Dalam konteks sustainabilitas keberlanjutannya Indonesia juga bermasalah. Itulah kemudian, Luchman mencoba membuka dan mengangkat penguatan lingkungan dalam industri wisata alam di Indonesia yang berdaya saing dan berkelanjutan. Karena bagaimanapun ketika berbicara tentang pariwisata, lingkungan itu memainkan peranan penting. Alasan semua wisatawan yang datang ke sebuah tempat adalah mendapatkan kualitas lingkungan yang terbaik.
“Problem besarnya, kita masih kurang bisa memahami destinasi wisata sebagai sebuah entitas ekosistem. Pengelolaan destinasi wisata dengan menggunakan dasar-dasar keilmuan ekologi dan biologi konservasi sangat penting untuk meningkatkan daya saing dan keberlanjutan sebuah tempat wisata. Kita sering kali memisahkan bahwa pembangunan infrsatruktur hanya infrastruktur, kita melakukan pembedayaan masyarakat hanya masyarakatnya saja. Ketika berbicara atraksi wisata, kita berbicara hanya dititik atraksi itu saja tanpa kita menyadari bahwa sebenarnya kegiatan antara semua itu harus saling berkaitan,” jelasnya.
Pariwisata di Indonesia memerlukan sinergitas seluruh elemen masyarakat, kepastian kelestarian flora dan fauna setempat harus tetap diperhatikan. Destinasi wisata Indonesia harus berkualitas unggul, yang mana dapat menghadirkan kealamiannya. Penggabungan sains, teknologi, dan perspektif pariwisata alam sangat diperlukan untuk mendukung pariwisata Indonesia yang berdaya saing dan berkelanjutan. (meg)