Kanal 24, Malang – Suasana Hotel Trio Indah 2 Malang pada Jumat (11/09/2025) terasa berbeda. Deretan stan makanan dan jajanan khas tempo dulu berjajar rapi, lengkap dengan pernak-pernik nostalgia yang mengingatkan pengunjung pada masa kecil. Acara ini bertajuk Pasar Legenda Stadsklok Kajoetangan, sebuah inisiatif dari Paguyuban Kayutangan Stadsklok Malang (Paleska) untuk menghadirkan kembali nuansa Malang di masa lalu.
Koordinator UMKM Paleska, Imam Wahyudi, menjelaskan bahwa acara ini bukan sekadar bazar. Lebih dari itu, Pasar Legenda adalah usaha untuk mewariskan budaya lama kepada generasi muda. “Kegiatan ini terinspirasi dari keberadaan pasar di kawasan Kayutangan pada zaman dahulu. Kami ingin menghadirkan kembali suasana itu, sekaligus memberi ruang bagi UMKM untuk berkembang,” ujarnya.
Baca juga:
Greenwashing Ancam Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia

Sebanyak 47 mitra UMKM ikut serta dalam acara ini, sebagian besar bergerak di bidang kuliner. Selain stan makanan, acara juga dimeriahkan dengan penampilan musik band, barongsai, hingga dangdut tembang kenangan yang menambah semarak suasana. Imam berharap acara ini bisa rutin digelar dan suatu saat benar-benar bisa dilaksanakan langsung di kawasan Kayutangan.
Menjual Nostalgia Lewat Jajanan Khas
Salah satu peserta yang menarik perhatian adalah Nunung, pemilik UMKM Serabi Solo. Ia membawa serabi khas Solo dengan berbagai varian rasa, mulai dari original, coklat, nangka, keju, hingga pandan. “Saya memilih serabi karena sekarang sudah jarang ditemui. Banyak orang yang kangen jajanan ini, apalagi bagi perantau dari Solo yang tinggal di Malang,” katanya.
Nunung mengaku sempat terkendala cuaca karena hujan membuat jumlah pengunjung menurun. Meski begitu, ia tetap optimistis dagangannya bisa habis terjual hingga akhir acara. “Harapannya sih sesuai target, meskipun memang saya lebih sering jualan di event-event saja, bukan di toko tetap,” tambahnya.
Tak jauh dari stan serabi, ada Nanda Danawasila yang menawarkan minuman es gandul dan jigor. Minuman segar berbahan dasar es serut dan sirup ini memang identik dengan suasana jadul. “Awalnya saya hanya jual jigor, lalu coba tambahkan es gandul karena sesuai dengan tema pasar tempo dulu. Ternyata banyak yang suka,” jelas Nanda.
Menurutnya, keunikan minuman jadul seperti ini justru membuat pengunjung penasaran. Meski terkadang harus bersaing dengan cuaca yang kurang bersahabat, ia merasa puas karena bisa mengenalkan kembali minuman tradisional kepada generasi muda.
Cemilan dan Mainan Masa Kecil
Selain makanan, ada pula stan unik milik Eko Wiyono yang membawa konsep “cemal cemil vintage”. Di sana pengunjung bisa menemukan permen rokok, gulali, permen susu, cokelat payung, hingga mainan bola bekel. Semua barang ini menghadirkan sensasi nostalgia yang kuat, terutama bagi pengunjung dewasa.
“Produk kami menjual kenangan. Tujuannya bukan hanya untuk usaha, tapi juga edukasi bagi anak-anak sekarang agar tahu jajanan dan mainan tempo dulu,” kata Eko. Ia menambahkan, produk semacam ini jarang ditemui sehingga Pasar Legenda menjadi ruang yang tepat untuk memperkenalkannya.
Bagi Eko, kehadiran event dengan konsep jadul sangat penting. Selain menjadi peluang bagi UMKM, acara seperti ini juga menjaga ingatan kolektif masyarakat terhadap budaya masa lalu. “Kalau bisa, event seperti ini sering diadakan lagi supaya makin banyak orang yang bisa merasakan suasana tempo dulu,” ujarnya.
Ruang Kenangan dan Kebersamaan
Pasar Legenda Stadsklok Kajoetangan bukan hanya ajang jual beli, melainkan juga ruang kebersamaan. Pengunjung bisa bernostalgia, sementara para pelaku UMKM mendapat wadah untuk memperkenalkan produknya. Dengan konsep jadul yang kental, acara ini memberi warna baru dalam geliat pariwisata dan ekonomi kreatif di Malang.

Baca juga:
Guyub Gembira, BPU Bangun Kekompakan Lewat Fun Games
Meski masih dalam tahap awal, semangat para pelaku UMKM patut diapresiasi. Mereka membawa produk khas dengan cita rasa dan kenangan yang melekat. Dari serabi Solo, es gandul, jigor, hingga permen dan mainan jadul, semua menjadi pengingat bahwa tradisi tidak boleh hilang ditelan zaman.
Imam Wahyudi berharap, ke depan Pasar Legenda bisa benar-benar hadir di kawasan Kayutangan, agar masyarakat bisa lebih merasakan suasana asli pasar tempo dulu. “Kalau tahun ini sukses, semoga tahun depan bisa lebih besar lagi dan memberi manfaat lebih luas bagi UMKM serta masyarakat,” tutupnya.
Dengan adanya Pasar Legenda, Malang tidak hanya mempertahankan identitas budayanya, tetapi juga menghidupkan kembali kenangan kolektif yang mungkin sudah lama terlupakan. Bagi pengunjung, acara ini bukan sekadar berbelanja, melainkan perjalanan pulang ke masa lalu. (han)