KANAL24, Jakarta – Pemerintah akan terus memonitor perkembangan nilai tukar rupiah yang hingga saat ini terdorong ke arah penguatan didukung kondisi perekonomian eksternal dan internal. Namun demikian rupiah masih berpotensi mengalami tekanan kembali, karena situasi ekonomi global yang belum stabil.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah akan terus mencermati perkembangan geopolitik dan perekonomian global yang tidak menentu karena hal itu dapat mempengaruhi nilai kurs rupiah. Indeks RTI Business mencatatkanpenguatan rupiah pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (14/1) sebesar 0,01 persen ke level Rp13.670 per dolar AS.
“Kita lihat dalam satu tahun ini. Dinamika nilai tukar itu biasa, tapi kita akan terus menghitung berdasarkan perkembangan perekonomian dalam negeri dan global,” ujar Sri Mulyani di Gedung DPR RI Jakarta, Selasa (14/1/2020).
Sri Mulyani menambahkan, meski terjadi penguatan rupiah namun belum mempengaruhi APBN terutama dari sisi penerimaan migas. Namun pihaknya akan terus mencermati kondisi-kondisi yang berkaitan dengan anggaran negara.
Dia berharap perang dagang antara China dan Amerika Serikat segera berakhir, agar ada kepastian bagi ekonomi dunia, karena akan berimbas pada arus modal masuk atau capital inflow .
“Dengan harapan adanya perjanjian AS dengan RRT (Republik Rakyat Tiongkok), kemudian suku bunga yang rendah secara global, maka akan menyebabkan capital inflow ,” ujarnya.(sdk)