Kanal24
No Result
View All Result
  • Berita Terkini
  • Perspektif
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Login
  • Berita Terkini
  • Perspektif
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
No Result
View All Result
Kanal24
No Result
View All Result

Pencerahan (Budh), Meski Secercah Namun Dibutuhkan untuk Kebaikan Hidup (Bag. 1)

Adam Kukuh Kurniawan by Adam Kukuh Kurniawan
August 3, 2023
in Ekonomi
0
4
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oposisi Biner ‘Gelap-Terang’

Salah sebuah diantara berbagai realitas kategorisasi dua (binary oposition) adalah kategori ‘gelap (peteng, kresna) dan terang (padang, sukla)’. Dalam kehidupan nyata, suatu waktu orang berada atau dihadapkan dengan kondisi gelap, dan pada waktu lain pada keadaan terang. Apabila tengah berada dalam gelap, ada mutira kata bilang ‘jangan melangkah dalam gelap’, itu langkah tak bijak, bahkan bisa mencelakai diri. Terlebih lagi bila ‘bertindak gelap mata’, yang bukan hanya merugikan diri semdiri, namun amat mungkin membahayakan orang lain. Manakala berada di dalam gelap, orang berpengharapan ‘kapan terbit suasana terang’ – sebagaimana judul kumpulan surat R.A. Kartini ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’. Namun, kodisi terang itu janganlah terlampau terang, sebab bisa menyilaukan (mbloloki). 

Dalam kondisi silau demikian, orang justru mengharapkan hadirnya keredupan, Namun, suasana redup itu jangan sampai kebablasan hingga menggulitakan (peteng dedet). Terang-gelap ternyata keduanya dibutuhkan, meski juga dicoba untuk diminimalkan menjadi ‘suasana yang pas’, yakni cukup terang atau cukup redup, terang secukupnya atau gelap secukupnya. Gelap-terang adalah dua sisi dari sekeping mata uang. Keduanya berlainan bahkan berlawanan, namun berelasi atau saling melengkapi, seperti waktu siang dan malam, sebagaimana warna hitam dan putih.

Cercah Sinar, Pencerah bagi Kegelapan

Sebagaimana dikemukakan diatas, dalam kondisi gelap dibutuhkan seberkas sinar yang mampu memberi penerang. Alam kematian adalah alam yang gelap, sehingga panjatan doa bagi arwah pun menggunakan idiom ‘sinar terang (nur), sebagaimana tergambar pada kalimat ‘berilah jalan terang di alam kubur’. Sumber terang adalah ‘cahaya (sinar)’, yang lantaran cahaya itu, maka suasana gelap berubah menjadi terang. Entah serta-merta terang atau beragsur-angsur menjadi terang, seperti berangsur-angsurnya terang di pagi hari berkat terbitnya matahari. Di sore hari, petang juga beragsur-agsur datang, lantaran beringsutnya mentari di belahan barat bumi, yang dikemudian digatikam secara beragsur-angsur oleh terang sinar bulan pada malam hari. Bulan dan matahari adalah komponen jagad raya yang mejadi sumber bagi terang. Oleh karena itu, leyapnya bulan atau matahari yang menurut mitologi ‘gerhana (grahana, grahono, atau blendrong)’ terjadi lantaran ‘dimakan raksasa (kahalap tahu)’ adalah kondisi yang ditakutkan oleh makhuk hidup, sehingga berjuang untuk mengagalkan. 

Kedua sumber terang itu, yakni (1) bulan (candra, kirana, wulan, sasi, sasa, induja, atau ketana) dan (2) matahari (hari, surya, baskara atau baghaskara, adhitya, sang hyang E atau srengenge = sang E E dsb.), dalam ranah simbolik dijadikan lambang ‘pemberi terang’. Keduanya dapat disejajarkan dengan ‘ilmu (vidya)’, yang juga mampu menjadi penerang. Terkait itu, dapat difahami bila pada sadaran (stella) sisi atas dari arca Ganesya sebagai ‘Widyadewa” di situs Karangkates dilengkapi dengan pahatan yang berupa matahari dan bulan bersinar. Mahapahit sebagai pemerintahan pun menggunakan surya (matahari) – yang lazim dinamai ‘Surya Mahapahit’ – sebagai lambing bagi kerajaannya, untuk menggambarkan bahwa pemerintah berfungsi sebagai ‘pemberi tarang’ bagi rakyatnya. 

Sebenarnya, yang utama dari makna simbolik dari matahari, bulan atau pustaka ilmu bukanlah bendanya, melainkan sinar yang terpancar (prabha) darinya. Oleh karena itu, bisa pula dimengerti apabila dalam ikonografi (seni-pahat) sesuatu yang menjadi penerang, seperti dewata, matahari, bulan, ilmu (digambakan sebagai ‘pustaka’), ajaran atau hukum (dharmma), dan yang sejenisnya, acap dilengkapi dengan pahatan yang berupa pancaran sinar atau nyala api (flame). Pada arca dewata misalnya, pacaran sinar digambarkan melingkari kepala dewata (sirascakra) atau bahkan seluruh tubuhnya (disebut ‘prabhawali’). Malaikat, Santo, Nabi, makhluk adikodrati, dan hal-hal suci lainnya lazim pula digambarkan dengan disertai ‘pancaran sinar (nimbus, aureole, hallo). Bahkan, dalam kitab gacaran Pararaton tokoh Ken Dedes yang ditafsir oleh Dang Hyang Lohgawe maupun bobotoh Bangosamparan (ayah angkat Ken Angrok) sebagai ‘strinareswari (wanita utama)’ digambarkan ‘mubyar hamurup rahsyanya (kemaluannya memancakan sinar)’.    

Demikianlah, dalam banyak simbol religi, mitologi dan kesucian, sinar dihadirkan untuk memberi gambaran megenai susuatu yang “mencerahkan (inlighting)’ atau sesuatu yang ‘memberi terang’, yakni penerangan terhadap kegelapan. Konsep ‘pencerahan’ digunakan pula dalam hal profan. Pada Periodisasi Sejarah Eropa misalnya, Zaman (Periode) Pencerahan dipakai untuk menyebut kurun waktu kebangkitan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pengganti periode sebelumnya, yang diamai ‘Zaman/ Periode Kegelapan, Dark Periode)’, dimana religi mendominasi hingga mengalahkan ilmu-pengetahuan. Dalam kosepsi Hindu pun terdapat konsep mengenai ‘zaman kegelapan (kaliyuga)’, namun dalam arti yang berlainan dengan itu, yaitu justru ketika religiusitas serendah-rendahnya. 

Ilmu pengetahuan atau aplikasinya sebagai teknologi menurut konsepsi Barat adalah kunci (baca ‘solusi”) untuk mencerahkan yang gelap. Serupa itu, dalam konsepsi Hindu ada sebutan ‘awidya (tak berilmu)’ untuk menyatakan ‘kegelapan”. Dikonsepsikan bahwa ‘kegelapan (awidya) dialami oleh mereka yang berada dalam kebodohan’. Oleh karena itu pencerahan terjadi pada orang-orang yang dalam dirinya memiliki pengetahuan (widya).  Islam pun menempatkan ilmu (‘ilm)psda posisi sentral, sebagamina tergambar pada ibarat penegasannya “tunyiylah ilmu hingga ke Negeri Cina”. Semua itu menunjukkan bahwa pencerahan adalah upaya dan kondisi yang penting bagi kehidupan, yakni untuk mengatasi kegelapan dalam kehidupan. 

Bersambung ke bag. 2

M. Dwi Cahyono, Dosen Sejarah UM dan Budayawan Malang

 

Post Views: 513
Previous Post

Khofifah Berbagi Ilmu Silaturahmi

Next Post

Pencerahan (Budh), Meski Secercah Namun Dibutuhkan untuk Kebaikan Hidup (Bag. 2)

Adam Kukuh Kurniawan

Adam Kukuh Kurniawan

Next Post

Pencerahan (Budh), Meski Secercah Namun Dibutuhkan untuk Kebaikan Hidup (Bag. 2)

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest

ISLAM DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN

August 4, 2023

Yuk Kenali Istilah Dalam Karate

August 3, 2023

AYAT-AYAT KREATIFITAS DAN INOVASI PELAYANAN

August 4, 2023
UB dan Perusahaan Happy Asmara Kembangkan Produk Lokal Go Global

UB dan Perusahaan Happy Asmara Kembangkan Produk Lokal Go Global

June 3, 2024
Permainan Interaktif Menjadi Media KKN FP UB Pupuk Minat Baca Anak Desa Kromengan

Permainan Interaktif Menjadi Media KKN FP UB Pupuk Minat Baca Anak Desa Kromengan

39
Dosen UB Kenalkan Teknologi Pembuatan Pakan Ternak dan Pupuk Organik ke Desa Plandirejo

Dosen UB Kenalkan Teknologi Pembuatan Pakan Ternak dan Pupuk Organik ke Desa Plandirejo

5
Layanan RSUB Kini Terintegrasi dengan Mobile JKN BPJS

Layanan RSUB Kini Terintegrasi dengan Mobile JKN BPJS

4

Review Film : Glass Onion: A Knives Out Story

3
Enam Pengaturan One UI 7 Samsung yang Perlu Diubah Sekarang!

Enam Pengaturan One UI 7 Samsung yang Perlu Diubah Sekarang!

June 29, 2025
Olahraga Rutin Picu Produksi Melatonin, Bantu Tidur Lebih Nyenyak

Olahraga Rutin Picu Produksi Melatonin, Bantu Tidur Lebih Nyenyak

June 28, 2025
Satu Negara, Dua Pemilu: Mengurai Implikasi Putusan MK 2029

Satu Negara, Dua Pemilu: Mengurai Implikasi Putusan MK 2029

June 28, 2025
Sulap Kamar Kos Jadi Cozy Estetik dengan 5 Dekorasi Ini

Sulap Kamar Kos Jadi Cozy Estetik dengan 5 Dekorasi Ini

June 28, 2025

Popular Stories

  • ISLAM DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Kenali Istilah Dalam Karate

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • AYAT-AYAT KREATIFITAS DAN INOVASI PELAYANAN

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • UB dan Perusahaan Happy Asmara Kembangkan Produk Lokal Go Global

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Kenali Sistem Swiss Manager Dalam Catur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berita
  • Tentang Kanal24
  • Galeri
  • Layanan
  • Pedoman Media Siber
Copyright Kanal24.com 2023

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Berita Terkini
  • Perspektif
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan

Copyright Kanal24.com 2023