Kanal24, Malang – Ramadhan menjadi momen istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia, termasuk bagi mahasiswa internasional yang tengah menempuh studi di Universitas Brawijaya (UB). Abdullah, mahasiswa asal Nigeria, dan Biyan Alaqab, mahasiswa asal Yaman, berbagi pengalaman mereka kepada Kanal24 pada Selasa (11/03/2025) saat menjalani bulan suci di lingkungan kampus UB.
Adaptasi Waktu dan Tradisi Baru
Bagi Abdullah, Ramadhan di Malang memberikan pengalaman yang cukup berbeda dari negaranya. Perbedaan waktu sekitar enam jam membuatnya harus menyesuaikan jadwal sahur dan berbuka. “Waktu sahur cukup menantang karena jika tidur pukul 11 malam, harus bangun lagi pukul 3 pagi,” ujarnya. Namun, ia mengakui bahwa suasana Ramadhan di UB sangat indah dengan cuaca yang sejuk serta ketersediaan makanan yang melimpah.
Baca juga:
Atur Waktu dan Tetap Produktif Selama Ramadhan
Biyan Alaqab, mahasiswa asal Yaman yang telah berada di UB selama enam semester, merasakan bahwa Ramadhan di Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan di negaranya. “Karena mayoritas penduduknya Muslim, suasana Ramadhan di sini tidak jauh berbeda dengan di Yaman. Kami tetap melaksanakan tarawih dan berbuka bersama,” ungkapnya. Namun, perbedaan yang cukup mencolok adalah kebiasaan berkumpul dalam keluarga besar yang lebih sering ia lakukan di tanah airnya.

Kemeriahan Berbuka Puasa di UB
Salah satu hal yang membuat Abdullah kagum adalah tradisi berbagi makanan di UB. “Di sini, ada orang-orang yang membagikan kupon yang bisa ditukarkan dengan makanan gratis di Masjid Raden Patah. Ini berbeda dengan di Nigeria, di mana kami harus mengantre untuk mendapat makanan,” ujarnya.
Biyan juga mengapresiasi sistem berbuka puasa di kampus yang memudahkan mahasiswa dalam mendapatkan makanan. “Saya mencoba menghindari makanan pedas, tetapi saya sangat suka nasi Padang,” ujarnya sambil tersenyum. Ia mengaku merindukan makanan khas Yaman seperti Busa dan Capsa yang sulit ditemukan di Indonesia.
Kehidupan Akademik Selama Ramadhan
Menyesuaikan diri dengan jadwal akademik selama Ramadhan juga menjadi tantangan tersendiri. Abdullah bersyukur karena para dosen memberikan kesempatan baginya untuk berbicara dan berbagi pengalaman di kelas. “Dosen-dosen di sini luar biasa. Mereka menjelaskan materi dengan metode yang sangat jelas, dan saya sangat menikmati perkuliahan di Fakultas Hukum UB,” katanya. Salah satu dosen yang paling ia kagumi adalah Bu Diyah.
Biyan juga merasakan manfaat dari sistem perkuliahan di UB selama Ramadhan. Dengan durasi kelas yang hanya satu jam, ia merasa tetap bisa fokus meskipun harus bangun lebih awal. Biyan yang awalnya tertarik dengan kriminologi, kini ia semakin mendalami hukum internasional, hukum lingkungan, dan kejahatan khusus.
“Fasilitas di UB sangat lengkap dan mendukung, sehingga saya merasa tidak perlu ke luar kampus untuk mendapatkan semua yang saya butuhkan,” tambahnya.

Rindu Kampung Halaman
Meskipun menikmati pengalaman Ramadhan di UB, baik Abdullah maupun Biyan tetap merindukan suasana kampung halaman. Abdullah mengenang tradisi ‘Tashe’ di Nigeria, di mana para orang tua berkumpul untuk bercerita dan berbagi kisah sejarah kepada generasi muda saat malam Ramadhan. “Saya sangat merindukan momen itu,” ujarnya.
Baca juga:
5 Lagu Ramadhan 2025 yang Menenangkan Hati
Sementara itu, Biyan mengungkapkan kerinduannya terhadap keluarganya di Yaman. “Buka puasa bersama keluarga adalah momen yang paling saya rindukan. Selain itu, beberapa makanan tradisional yang biasa saya nikmati di rumah sulit saya temukan di sini,” katanya.
Ramadhan di UB memberikan pengalaman yang berharga bagi mahasiswa internasional. Suasana yang ramah, ketersediaan makanan yang melimpah, serta sistem akademik yang mendukung menjadikan mereka merasa nyaman dan tetap dapat menjalankan ibadah dengan khidmat. Meski ada rindu yang membekas di hati, kebersamaan dengan teman-teman baru serta pengalaman baru yang didapat membuat Ramadhan mereka di UB tetap berkesan dan penuh makna. (nid/din)