Kanal24, Malang – Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Brawijaya (UB) berkolaborasi dengan beberapa fakultas di UB mengembangkan propolis dan asap cair yang dinanokan. Dosen FKG dan peneliti, drg. Miftakhul Cahyati, Sp.PM bersama timnya mengembangkan obat untuk menyembuhkan luka-luka rongga mulut, yaitu Nano Propolis. Ia dan timnya sengaja mengembangkan Nano Propolis karena saat ini Nanoteknologi berkembang pesat.
“Nano Propolis yang kita combine dengan asap cair dari hasil penelitian ini dapat membantu penyembuhan pada luka-luka rongga mulut, salah satu contohnya sariawan yang sering dialami pasien dan obat ini cukup efektif dibandingkan dengan obat standar yang selama ini beredar,” terang drg. Miftakhul Cahyati saat ditemui Kanal24.
Drg. Miftakhul Cahyati dan timnya berupaya untuk mengembangkan obat-obat yang berbasis herbal dengan pengembangan teknologi nano dengan hasil yang cukup memuaskan. Drg. Miftakhul Cahyati juga menyampaikan bahwa ia dan timnya akan mengembangkan kembali sebagai produk yang bisa dibawa ke pasaran.
Uji Nano Propolis pada hewan coba (dok.drg. Miftakhul Cahyati, Sp.PM)
Penelitian dan pengembangan Nano Propolis dilakukan oleh FKG yang berkolaborasi dengan beberapa fakultas di UB, yaitu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Peternakan (Fapet), dan Fakultas Teknologi dan Pertanian (FTP).
“Awalnya kami mengembangkan formula ini dari awal sekali karena memang selama ini belum ada formula tentang pembuatan Nano Propolis dan Asap Cair,” kata drg. Cahyati.
Penelitian dan pengembangan Nano Propolis dan Asap Cair ini dari awal sekali, sehingga didapatkan formula paten yang bisa dikembangkan untuk produk-produk kesehatan lainnya. Menurut drg. Miftakhul Cahyati, selama ini Propolis dikonsumsi secara langsung dan Asap Cair digunakan untuk bumbu dapur. Setelah digabungkan, Propolis dan Asap Cair dapat meningkatkan efektivitas dari Propolis.
Dalam penelitian ini diinisiasi pada hewan cupa dan tujuannya diperuntukkan untuk pengobatan pada manusia. Sedangkan, untuk pengobatan pada hewan, peneliti juga sudah ada penelitian pendahulu. Penelitian tersebut dilakukan pada masa pandemi Penyakit Kuku dan Mulut (PKM) pada hewan dan akan dikembangkan lagi serta melakukan uji secara klinis pada hewan.
“Untuk saat ini, penelitian Nano Gel Propolis dan Asap Cair sudah dipatenkan dan yang akan dikembangkan sebagai obat herbal. Sedangkan untuk hewan itu nantinya akan ada penelitian lanjutan,” ungkap drg. Cahyati.
Sterilisasi juga dilakukan pada produk Nano Propolis dan Asap Cair. Sterilisasi dilakukan untuk diedarkan ke pasaran secara komersial sebagai salah satu alternatif pengobatan selain pengobatan yang berisi bahan-bahan kimia yang sudah ada.
Tim peneliti Nano Propolis dan Asap Cair mengembangkan produk tersebut sebagai alternatif pengobatan karena Propolis selama ini juga sudah dipatenkan untuk penyakit-penyakit rongga mulut yang membandel. Jadi, peneliti dari UB ini mengembangkan produk tersebut dalam bentuk obat oles.
“Kita sedang menginisiasi kerjasama, sedangkan mitra untuk produsen dari Propolis dan Asap Cair, kita sudah ada mitra kolaborasinya. Nantinya kita akan mengembangkan lagi ke industri obat-obatan,” pungkas drg. Cahyati. (nid/din)