KANAL24, Malang – Kebutuhan garam di Jawa Timur yang mencapai 800 ton lebih setiap tahunnya belum sebanding dengan produksi garam lokal yang kurang dari 200 ribu ton. Sehingga setiap tahun impor garam terus terjadi untuk menutup kekurangan kebutuhan.
Peneliti garam UB Andi Kurniawan menyebut tiga sektor yang membutuhkan garam selama ini adalah industri, pengasinan ikan dan rumah tangga.
“Sektor industri yang membutuhkan pasokan paling banyak disusul sektor rumah tangga dan untuk pengasinan ikan,” kata Andi, Kamis (27/1/2022).
Menurut Andi selama ini pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi garam nasional dengan membuat roadmap produksi garam sejak tahun 2016 hingga 2035. Roadmap ini terbagi menjadi lima tahap dimana tahun ini masuk tahap kedua.
“Pada tahun 2020 hingga 2023 ini masuk tahap analisa manajemen gudang, teknologi pengolahan garam dan strategi kawasan garam terintegrasi,” lanjut dosen FPIK ini.
Dari roadmap tersebut pada tahun ini pembentukan sentra garam terintegrasi mulai dilakukan di beberapa daerah di Jawa Timur. Untuk pembentukan kawasan garam integrasi pada beberapa daerah Andi dengan tim PSPK UB telah merintis dengan menggunakan metode tunnel.
“Kami di UB sudah merintis penelitian ini sejak tahun 2018 dengan metode tunnel dan kami berharap ini dapat menjadi solusi bagi ketersedian sentra garam rakyat di Jatim,” imbuhnya.
Sentra produksi garam dengan metode tunnel besutan UB ini telah dilakukan di Tuban dan kini dalam proses untuk di Kabupaten Malang. Dengan potensi daerah pesisir selatan menurut Andi wilayah kabupaten malang layak untuk dikembangkan kawasan sentra garam rakyat.
“Daerah pantai selatan malang ini memiliki potensi untuk pengembangan sentra garam rakyat, namun harus ada kerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkannya. Visi nya harus sama yakni untuk meningkatkan produksi dan mengurangi garam impor,” pungkas Andi. (sdk)