KANAL24, Jakarta – Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) mengaku tidak puas dengan capaian pertumbuhan industri makanan den minuman (mamin) yang hanya tumbuh 8,33 persen pada triwulan III 2019 lalu. Seharusnya angka pertumbuhan bisa lebih dari itu walaupun hanya selisih sedikit.
Pasalnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mematok agar pertumbuhan industri mamin hingga akhir tahun bisa sampai 9 persen.
Ketua Umum GAPMMI, Adhi S Lukman, mengatakan berat untuk mencapai target pertumbuhan hingga 9 persen tahun ini. Meski ragu-ragu dia tetap berharap agar pertumbuhan bisa terakselerasi dalam waktu 3 bulan mendatang. Dijelaskannya salah satu penyebab industri ini tidak lagi ekspansif karena beberapa regulasi pemerintah masih menghambat industri mamin.
“Kita pernah sampai 9 persen lebih ya tapi sekarang karena ada regulasi yang menghambat dan biaya-biaya Indonesia yang tinggi salah satunya, kenaikan UMP (upah minimum provinsi),” kata Adhi S Lukman dalam konferensi pers SIAL Interfood di Kemenperin, Senin (11/11/2019).
Adhi meminta agar pemerintah fokus untuk meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat. Sebab dengan meningkatnya daya beli, industri makanan minumuman pun akan terdorong tumbuh. Sisa-sisa APBN tahun ini perlu direalokasikan untuk memberikan tambahan pendapatan masyarakat khususnya untuk kalangan menengah ke bawah. Adhi sendiri masih tidak yakin apabila tahun depan, pertumbuhan industri mamin bisa mencapai double digit.
“Kita berharap tahun depan harusnya bisa lebih tinggi kan presiden sudah menginstruksikan bahwa banyak sekali yang perlu kita garap termasuk pemberian insentif vokasi, inovasi dan lainnya, ini mudah-mudahan mendorong. Apalagi industri mamin itu inovasi penting sekali sehingga pemerintah perlu memberikan dorongan bagi industri mamin supaya bisa tumbuh lebih cepat lagi,” sambungnya.
Sementara itu Dirjen Industri Agro Kemenperin, Abdul Rochim, mengakui bahwa industri mamin akan sangat berat mengejar target pertumbuhan sebesar 9 persen tahun ini. Meskipun tren pertumbuhan sudah cukup baik, namun karena tingkat pertumbuhan di triwulan I 2019 cukup rendah yaitu akan berpengaruh pada nilai pertumbuhan kumulatif.
“Saya berharap masih di atas 8 persen. Kayaknya agak berat kalau di angka 9 persen, apalagi dipengaruhi semester I (2019), pertumbuhan di triwulan III sudah mulai bagus. Tapi karena di semester satunya masih kurang bagus sehingga ngejarnya di 9 persen rada berat,” ujar Abdul Rochim.
Dijelaskannya bahwa salah satu faktor yang bisa mendorong konsumsi rumah tangga di sisa waktu tahun ini adalah momentum natal dan tahun baru. Namun daya dongkraknya diperkirakan tidak akan sebesar ketika puasa – lebaran. Oleh sebab itu tetap sulit bagi industri mamin mengejar target 9 persen.
“Masih (faktor pendorong) peningkatan dari produksi sama yang kemarin belum produksi bisa produksi, pabrik baru gitu. Untuk season natal dan tahun itu juga salah satu yang juga bisa menaikan pertumbuhan,” pungkasnya.(sdk)