Kanal24, Malang – Dalam rangkaian kegiatan DSI Series Guest Lecturer “Web Security” yang digelar Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (Filkom UB) pada Selasa, 16 September 2025, mahasiswa memperoleh wawasan mendalam mengenai pentingnya keamanan web dari perspektif internasional. Acara yang berlangsung di Auditorium Algoritma Gedung G Lantai 2 ini menghadirkan Ts. Dr. Zubaile Bin Abdullah dari Fakulti Sains Komputer dan Teknologi Maklumat, Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM) sebagai pemateri utama.
Dr. Zubaile menekankan bahwa keamanan web bukan sekadar aspek teknis dalam teknologi informasi, melainkan juga menyangkut faktor manusia sebagai titik lemah yang paling sering dimanfaatkan oleh penyerang siber. Oleh karena itu, literasi keamanan digital harus ditanamkan sejak dini agar generasi muda terbiasa menjaga privasi dan data mereka.
Baca juga:
UB Dorong Hilirisasi Inovasi Lewat AI Center
Ancaman Umum dan Pentingnya User Awareness
Dalam paparannya, Dr. Zubaile menjelaskan berbagai bentuk serangan umum terhadap web, mulai dari misconfiguration, phishing, hingga kelemahan akibat sistem yang tidak diperbarui. Ia menekankan bahwa sekalipun sebuah sistem dibangun dengan teknologi canggih, kelemahan dari sisi pengguna tetap menjadi celah terbesar yang mengancam keamanan.
“The weakest link is a human,” tegasnya. Menurutnya, kesadaran pengguna (user awareness) merupakan elemen paling penting dalam menjaga keamanan web. Tanpa pengetahuan yang memadai, pengguna sering kali membagikan informasi pribadi secara sembarangan, mengunggah data sensitif, atau terjebak dalam skema penipuan online.
Ia juga menambahkan bahwa upaya membangun kesadaran ini harus dilakukan secara bertahap, dimulai sejak sekolah menengah. Di level ini, siswa diajarkan prinsip-prinsip dasar keamanan digital, seperti tidak sembarangan mengunggah foto, tidak menyebarkan informasi tanpa verifikasi, dan memahami risiko berbagi data pribadi.
Peran Universitas dalam Membangun Generasi Tangguh
Menurut Dr. Zubaile, universitas memiliki peran strategis dalam mengajarkan mahasiswa tentang keamanan data dan privasi. Mahasiswa tidak hanya diajarkan teori, tetapi juga praktik bagaimana melindungi informasi sensitif dari potensi kebocoran atau penyalahgunaan.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa mahasiswa harus menjadi agen penyebar literasi digital, terutama bagi keluarga dan komunitas sekitar. “Mahasiswa UB harus bisa menjadi penyampai dan juga benteng pertahanan bagi keluarga serta teman-temannya,” ujarnya. Hal ini penting mengingat target serangan siber kini sering menyasar kelompok rentan, seperti orang tua yang kurang paham teknologi.
Pentingnya Kolaborasi di Tingkat ASEAN
Selain menyoroti aspek pendidikan, Dr. Zubaile juga menekankan perlunya kerja sama regional di bidang keamanan siber. Negara-negara ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam menghadapi tantangan serupa dalam menjaga ruang digital mereka.
Ia menyebut bahwa kolaborasi dapat dimulai dari institusi akademik melalui penelitian bersama, pertukaran data serangan, hingga berbagi pengetahuan tentang strategi pertahanan siber. Dengan demikian, upaya menjaga keamanan digital dapat lebih komprehensif dan saling melengkapi antarnegara.
Baca juga:
Mahasiswa FILKOM UB Hadirkan Internet Sehat dan Absen Digital
Harapan bagi Mahasiswa Filkom UB
Dr. Zubaile berharap, melalui kuliah tamu ini, mahasiswa Filkom UB tidak hanya memperoleh pengetahuan teknis tentang web security, tetapi juga memahami tanggung jawab sosial dalam menyebarkan literasi digital. Dengan wawasan yang dimiliki, mereka diharapkan mampu menjadi garda terdepan dalam menghadapi ancaman siber, baik di lingkup akademik, masyarakat, maupun keluarga.
“Pengetahuan yang kalian dapatkan di kampus harus bisa dibawa pulang, dibagikan kepada orang tua, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya. (nid/dht)