Kanal24, Malang – Tim Dosen dari Departemen Psikologi Universitas Brawijaya, mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan psikoedukasi bertema “Melindungi Generasi Emas: Meningkatkan Peran Guru dan Orang Tua dalam Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Sekolah Dasar Inklusi”.
Tim dosen Departemen Psikologi UB yang terdiri dari Ulifa Rahma, S.Psi., M.Psi., Psikolog, Yuliezar Perwira Dara, S.Psi., M.Psi., Psikolog, dan Ratri Nurwanti, S.Psi., M.Psi., Psikolog, ini menggelar kegiatan di SDN Sumbersari 2 Malang dan dihadiri oleh guru, shadow teacher, serta orang tua siswa inklusi (12/6/2024).
Psikoedukasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan guru serta orang tua dalam mencegah dan menangani kekerasan seksual pada anak, terutama pada siswa inklusi yang lebih rentan terhadap kekerasan.
Kegiatan diawali dengan pengisian pretest untuk mengukur pengetahuan dan sikap peserta. Setelah itu, peserta diberikan pemahaman mengenai berbagai aspek kekerasan seksual, seperti definisi dan dampaknya, kerentanan anak inklusi, bentuk kekerasan seksual, tempat terjadinya, pelaku potensial, tanda-tanda kekerasan, serta strategi pencegahan dan penanganan.
Metode penyampaian materi meliputi ceramah, contoh video, dan sesi diskusi, yang bertujuan agar para guru dan orang tua lebih waspada dan tanggap dalam menghadapi potensi kekerasan seksual.
Dalam presentasinya, Ulifa Rahma menekankan pentingnya kolaborasi antara guru dan orang tua dalam mencegah kekerasan seksual pada anak.
“Kolaborasi yang erat antara guru dan orang tua dapat menjadi benteng pertama dalam melindungi anak dari kekerasan seksual. Penting bagi kita semua untuk mengenali tanda-tanda kekerasan seksual dan menerapkan strategi pencegahan serta penanganan yang efektif,” ujar Ulifa Rahma.
Yuliezar Perwira Dara menambahkan pentingnya edukasi berkelanjutan dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas guru dan orang tua.
“Pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan akan membantu kita semua menjadi lebih proaktif dalam melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan seksual,” jelas Yuliezar.
Usai sesi materi, tim pengabdian berdiskusi dengan orang tua dan guru serta mengadakan post-test untuk mengevaluasi peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta. Kegiatan ini mendapat respons positif dari para peserta yang mengapresiasi informasi dan strategi yang diberikan.
Diharapkan, melalui kegiatan seperti ini, sekolah dan rumah dapat menjadi tempat yang lebih aman dan nyaman bagi anak-anak inklusi untuk tumbuh dan berkembang tanpa ancaman kekerasan seksual.
Kegiatan ini merupakan langkah nyata dari Universitas Brawijaya dalam melindungi generasi emas dan membangun lingkungan yang lebih aman dan inklusif bagi semua anak.(din)