KANAL24, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengapresiasi PT Coca Cola Amatil Indonesia yang terus menambah investasi, dan meningkatkan produksinya di Indonesia.
Komitmen ini dinilai akan memberikan efek berganda bagi perekonomian nasional, khususnya bagi Jawa Timur dimana pabrik Coca-Cola berada. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa industri makanan dan minuman (mamin) masih prospektif meski PepsiCo, produsen minuman asal Amerika Serikat (AS) menyatakan tidak lagi berproduksi di Indonesia.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Abdul Rochim mengatakan industri minuman di dalam negeri secara keseluruhan masih menunjukkan kinerja yang positif. Ini tercermin dari pertumbuhannya pada semester I tahun 2019 sebesar 22,74 persen.
Sementara itu industri mamin konsisten sebagai kontributor terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional. Pada paruh tahun ini, industri ini tumbuh mencapai 7,4 persen dan berkontribusi hingga 36,23 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas.
Untuk realisasi investasinya pada semester I tahun 2019, kata Abdul Rochim, nilai penanam modal asing (PMA) industri mamin sebesar USD687,91 juta. Dan untuk nilai investasi penanam modal dalam negeri ( PMDN ) sebesar Rp20 triliun. Kemenperin menegaskan akan terus menjaga iklim investasi sektor ini agar terus tumbuh dan bisa memberikan sumbangsih yang lebih besar terhadap PDB.
“Setelah beroperasi di Indonesia selama 27 tahun, diharapkan Coca-Cola semakin memperkuat komitmennya dalam membuka lapangan kerja, memajukan industri, dan berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi negara dengan tetap memperhatikan prinsip industri hijau,” kata Abdul Rochim dalam keterangannya, Kamis (3/10/2019).
Seiring bergulirnya era industri 4.0, dia mendorong pelaku industri di dalam negeri agar dapat memanfaatkan teknologi terkini untuk menciptakan inovasi. Hal ini sejalan dengan inisiatif Making Indonesia 4.0 yang mendorong industri untuk bertransformasi ke arah digital sehingga dalam proses produksinya menjadi lebih efisien serta menghasilkan produk yang berkualitas.
Produk Coca-Cola telah dipasarkan kepada lebih dari 44.968 pelanggan ritel langsung dan 785.000 pelanggan ritel tidak langsung baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Abdul Rochim berharap akan ada lebih banyak perusahaan yang mengikuti jejak Coca-Cola untuk mengembangkan investasinya dan menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi.
“Selain itu, kami menyambut baik langkah Coca-Cola Indonesia yang telah menambahkan investasi di sembilan pabrik produksi, dengan 38 lini produksi dan sembilan lini produksi botol preform , serta telah menyerap tenaga kerja lebih dari 9000 karyawan,”ujar Rochim.(sdk)