KANAL24, Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) tidak menampik bahwa arah bisnis perseroan ke depan dimungkinkan akan lebih efisien.
Saat ini BBRI sudah sangat terbantu dengan adanya agen-agen BRI (Brilink) yang tersebar hingga ke pelosok desa. Bahkan kecenderungan transaksi melalui agen Brilink terus meningkat.
Direktur Utama BBRI, Sunarso, mengatakan jumlah agen Brilink per Desember 2019 sudah mencapai sekitar 442 ribu agen. Dibandingkan tahun 2015 lalu, jumlah ini meningkat pesat karena saat itu hanya ada sekitar 75 ribu agen.
Dari sisi transaksi seperti simpan, transfer, tarik tunai dan lainnya juga meningkat drastis. Tercatat pada tahun 2015 transaksi yang terjadi melalui agen Brilink masih sangat kecil, namun kini sudah sekitar Rp673 triliun.
Dengan potensi menjanjikan itu keberadaan bank-bank cabang di daerah dimungkinkan untuk dikurangi sehingga bisa menciptakan efisiensi usaha. Di saat yang sama peran dan jumlah agen Brilink akan terus digenjot karena terbukti memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi keseluruhan transaksi BRI secara nasional.
Selain mengurangi jumlah bank – bank cabang, pihaknya juga akan meningkatkan layanan kepada nasabahnya melalui digital sehingga bisa lebih mudah, murah dan aman.
“Mungkin suatu saat nanti tidak perlu cabang, dan mungkin pekerjaan di kantor akan diganti mesin. Artinya masyarakat sesungguhnya mulai nyaman bertransaksi melalui agen. Itu tanda-tanda bahwa fungsi cabang bisa bergeser ke agen,” kata Sunarso dalam Kompas Talk via live streaming, Kamis (4/6/2020).
Meski arah kebijakan ke depan akan mengurangi jumlah bank cabang, namun dipastikan BBRI tidak akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Sebab seluruh pekerjaan, baik yang tergantikan oleh agen Brilink atau oleh mesin, tetap membutuhkan manusia sebagai controller dan juga planner .
“Lalu bagaimana pekerja kita, kita tegaskan sampai saat ini tidak ada PHK. Nanti mereka akan ditransformasi jadi marketing untuk bisa mengedukasi masyarakat terkait layanan banking,” ujarnya. (sdk)