Kanal24 – Festival Film Indonesia (FFI) kembali digelar tahun ini pada Selasa (22/11) di Balai Sidang Jakarta Convention Center. FFI tahun ini mengusung tema “Perempuan: Citra, Karya, & Karsa”. Makna yang mendalam tentang perempuan mewarnai malam penganugerahan yang hangat itu.
Dikutip dari website resmi FFI, penyelenggaraan Festival Film Indonesia bukan sekadar melahirkan proses kompetisi, tetapi juga sebagai peta untuk membaca dinamika perfilman Indonesia. Salah satu dinamika yang tergambar adalah andil besar perempuan dalam membangun ekosistem perfilman Indonesia. Oleh karena itu, FFI 2022 digelar dengan mengangkat tema “Perempuan: Citra, Karya & Karsa”.
Kata Citra melambangkan keindahan perempuan yang abadi, kata Karya melambangkan ciptaan yang lahir, dan kata Karsa melambangkan sumber kekuatan keindahan karya yang lahir dari perempuan. Perempuan sebagai insan adalah sumber kelahiran, sedangkan perempuan dalam perfilman Indonesia adalah sumber kelahiran karya.
Perempuan sejak dahulu telah menjadi ikon industri jasa dan kreatif, khususnya industri perfilman. Perempuan memberi warna pada industri ini dan mengelola kepopuleran karya-karya film yang dihasilkan. Sayangnya, peran perempuan sering terlupakan dan sering tak tercatat sebagai sebuah investasi besar dan penggerak pertumbuhan industri perfilman.
Di belakang layar, sejak awal tahun 1950-an hingga akhir tahun 1990-an tercatat hanya ada empat perempuan yang berhasil menapaki karier sebagai sutradara di industri perfilman. Mereka adalah Ratna Asmara, Sofia W.D., Chitra Dewi, dan Ida Farida.
Tahun 90-an bisa disebut sebagai era yang hilang. Jumlah produksi film di masa ini sangat rendah. Di era ini, tercatat tiga film Garin Nugroho yang melibatkan produser perempuan yaitu Cinta dalam Sepotong Roti (1991) dan Surat Untuk Bidadari (1994) yang diproduseri oleh Budiati Abiyoga, serta Daun di Atas Bantal (1998) yang diproduseri oleh Christine Hakim.
Setelah mati suri selama satu dekade, perfilman Indonesia kembali bangkit dengan dinamika baru yang memberi peluang bagi semua orang, termasuk perempuan. Jumlah perempuan di industri perfilman Indonesia semakin meningkat dibanding era sebelumnya.
Perempuan mengisi semua lini kreatif dan produksi yang dulunya didominasi oleh laki-laki, seperti sutradara, produser, penulis skenario, penata kamera, penyunting gambar, pengarah artistik, dan lain-lain. Mira Lesmana, sebagai contoh sutradara perempuan populer di era sekarang.
Beberapa sutradara sekaligus produser perempuan saat ini diantaranya, Nia Dinata, Shanty Harmayn, Lola Amaria, Upi, Djenar Maesa Ayu, Tyas Abiyoga, Ucu Agustin, Sheila Timothy, dan lain-lain. Karya-karya mereka tidak perlu diragukan lagi, film-film produksi tokoh perempuan ini telah menyabet banyak penghargaan baik di tingkat nasional maupun internasional.
Dalam salah satu rangkaian acaranya, FFI juga memberikan penghargaan kepada aktris senior lintas generasi Almh. Rima Melati. Ia mendapatkan penghargaan seumur hidup “Lifetime Achievement” oleh Komite Festival Film Indonesia 2022. Hadir perwakilan keluarga Rima Melati untuk menerima penghargaan bergengsi itu.
Festival Film Indonesia tahun 2022 ini juga membawa perempuan menjadi duta. Tahun ini, Marsha Timothy, Cut Mini, Prilly Latuconsina, dan Shenina Cinnamon berperan sebagai duta FFI. Mereka sebagai ikon dari FFI tahun 2022.
Festival Film Indonesia tahun 2022 ini tentunya mengikutsertakan perempuan di setiap rangkaiannya. Penghargaan terhadap perempuan dijunjung tinggi, khususnya di dunia perfilman Tanah Air. (azk/raf)