KANAL24, Batu – Industri pariwisata global adalah sektor yang paling terpukul akibat pandemi Covid-19. Bahkan PBB melalui lembaga United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) melaporkan bahwa terdapat kerugian sebesar US$ 1.2 triliun dalam 4 bulan pertama di tahun 2020.
Kerugian diperkirakan ditaksir sebesar US$ 3.3 triliun sepanjang 2020 ini. Lebih jauh dalam laporan yang sama, diperkirakan bahwa akan ada peningkatan angka penggangguran di sektor industri pariwisata sebesar 20 persen sepanjang 2020.
Tak hanya di level global, kerugian akibat pandemi juga dirasakan oleh kelompok yang terlibat dalam pariwisata Songgoriti, Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu, Kota Batu. Hal tersebut terlihat melalui sepinya pengunjung selama beberapa bulan terakhir.
Ketua Paguyuban Villa Songgoriti, Indra Tri mengatakan sejak Maret hingga Agustus saat ini terasa sekali penurunannya, yang berdampak ke pendapatan. Demikian pula, sebelum muncul pandemi Covid-19, ragam bencana lain juga menjadi ancaman tersendiri bagi komunitas ini, seperti tanah longsor dan banjir bandang.
Dalam rangka memetakan situasi tersebut, kelompok riset Lingkungan dan Bencana Sosial, Sosiologi UB, bersama Komunitas Pengelola Wisata Kawasan Songgoriti melakukan pemetaan potensi bencana secara partisipatif di wilayah Songgokerto, rabu (19/8/2020).
Bertempat di Pine Park Songgoriti, Genta M. Rozalinna selaku dosen Sosiologi UB dan moderator dalam acara tersebut menyatakan bahwa model pemetaan ini berguna sebagai panduan bagi kelompok yang terlibat dalam industri wisata untuk memberdayakan diri, termasuk pula membuat kebijakan berdasarkan pada kebutuhan komunitas, di tengah pandemi Covid-19.
“Model pemetaan ini menawarkan sudut pandang dari pengelola wisata, berdasarkan pengalaman mereka terkait pandemi Covid-19 serta bencana lain seperti tanah longsor dan banjir bandang. Peta ini akan berguna sebagai data dasar bagi rencana-rencana mandiri yang bisa diputuskan oleh komunitas”, tegasnya.
Setelah disempurnakan, peta tersebut rencananya akan diserahkan kembali kepada komunitas wisata tersebut.
Beberapa kelompok yang terlibat dalam acara malam itu antara lain paguyuban Villa Songgoriti, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), perwakilan tokoh perempuan, sesepuh, tokoh masyarakat, juru kunci Candi Supo, dan juru kunci pemandian air panas Songgoriti. Secara bersama-sama mereka memberikan arsiran pada peta yang telah dicetak, seperti lokasi-lokasi yang memiliki tingkat marabahaya tertentu seperti longsor dan banjir, juga lokasi pintu masuk dan keluar tempat wisata.
Sedangkan potensi-potensi seperti lokasi villa, pusat transportasi, pusat informasi, lokasi pemukiman, sumber air bersih, cagar budaya, dan potensi lainnya juga digambarkan dengan warna-warna tertentu. Dalam kegiatan ini, dosen dibantu mahasiswa berkolaborasi dengan masyarakat dalam penyediaan informasi peta bencana.
Dalam rangka mengurangi penularan Covid-19, protokol kesehatan tetap dilakukan dalam rangkaian acara ini. Seluruh peserta wajib mencuci tangan sebelum dan setelah kegiatan, mengukur suhu tubuh, menggunakan masker, dan menjaga jarak dalam acara diskusi tersebut. (Meg)