Kanal24 – Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena BookTok—komunitas pecinta buku di platform TikTok—telah mengubah lanskap industri penerbitan secara signifikan. Tagar #BookTok yang telah mencapai miliaran tayangan tidak hanya menjadi ajang diskusi buku, tetapi juga alat pemasaran yang mampu menghidupkan kembali buku-buku lama, melambungkan penulis baru, dan meningkatkan minat baca di kalangan anak muda. Uniknya, pergerakan ini didominasi oleh perempuan, baik sebagai pembaca, kreator konten, maupun penulis.
BookTok : Ruang Baru untuk Literasi
BookTok adalah komunitas digital yang berisi pembaca yang membagikan ulasan, rekomendasi, dan reaksi emosional terhadap buku. Kontennya sering kali menampilkan reaksi autentik—tangisan, tawa, atau ekspresi terkejut—yang membuat rekomendasi terasa lebih personal dibandingkan ulasan formal di media cetak.
Baca juga:
Perilang, Komunitas Kreatif Malang yang Terus Berkembang
Fenomena ini berkontribusi terhadap meningkatnya angka penjualan buku. Banyak penerbit kini mengakui bahwa keberhasilan sebuah buku tak hanya bergantung pada ulasan kritikus, tetapi juga pada seberapa viral buku tersebut di BookTok. Beberapa novel yang sempat tenggelam bertahun-tahun lalu, seperti It Ends With Us karya Colleen Hoover dan The Song of Achilles oleh Madeline Miller, kembali mendominasi tangga penjualan berkat sorotan dari komunitas BookTok.
Perempuan dan BookTok : Motor Penggerak Industri Buku
Salah satu aspek yang menarik dari BookTok adalah dominasi perempuan sebagai pendorong tren literasi ini. Sebagai pembaca setia, perempuan telah lama menjadi konsumen utama industri buku, terutama di genre fiksi romantis, fantasi, dan thriller psikologis. BookTok memperkuat posisi ini dengan memberikan platform bagi mereka untuk berbagi rekomendasi dan membentuk tren baru.
Banyak kreator BookTok perempuan yang kini memiliki pengaruh besar terhadap penerbitan buku. Nama-nama seperti @aymansbooks dan @emilythebooknerd, misalnya, sering kali membuat buku-buku tertentu langsung naik ke daftar best-seller hanya dalam hitungan hari. Keberadaan mereka membuktikan bahwa perempuan tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga aktor utama dalam membentuk ekosistem literasi digital.
Selain itu, banyak penulis perempuan yang mendapatkan eksposur lebih luas berkat BookTok. Colleen Hoover adalah contoh nyata bagaimana seorang penulis yang awalnya diterbitkan secara indie bisa mendominasi industri berkat viralitas di platform ini. Kesuksesan ini juga membuka jalan bagi banyak penulis perempuan lainnya untuk menjangkau audiens global tanpa bergantung sepenuhnya pada pemasaran konvensional.
Baca juga:
Peri Elang dan Asockama, Kolaborasi Komunitas Pengerajin Kabupaten Malang
BookTok : Masa Depan Literasi Digital
Popularitas BookTok membuktikan bahwa media sosial bukan hanya sekadar ruang hiburan, tetapi juga dapat menjadi katalisator dalam mempromosikan literasi. Dengan terus berkembangnya komunitas ini, kita mungkin akan melihat lebih banyak inovasi dalam cara buku dipasarkan dan dikonsumsi di masa depan.
Yang pasti, perempuan telah dan akan terus menjadi motor penggerak utama dalam tren ini. Dengan daya beli, kreativitas, dan kecintaan mereka terhadap literasi, industri buku kini berada dalam era di mana kekuatan komunitas lebih menentukan daripada strategi pemasaran tradisional.
BookTok bukan hanya sekadar tren sesaat, tetapi sebuah revolusi literasi digital yang membuktikan bahwa membaca tetap relevan di era teknologi. (hil)