Kanal24, Malang – Tim peneliti PKM Karya Inovatif (KI) dari Universitas Brawijaya memperkenalkan “PostureCare”, sebuah alat inovatif yang menggunakan teknologi Internet of Things (IoT) untuk terapi kifosis postural pada anak-anak. Tim peneliti ini terdiri dari Mochamad Saiful Anwar (Ilmu Keperawatan), Farid Hardiansyah, Refaldi Ananta Afif, Stephania Angelica, dan Irfan Aditya (Teknik Elektro).
Inovasi ini dilatarbelakangi oleh kejadian pandemi COVID-19 yang telah mengubah perilaku masyarakat, terutama anak-anak yang kini lebih banyak duduk dan kurang berolahraga, sehingga meningkatkan risiko kelainan tulang belakang seperti skoliosis, lordosis, dan kifosis. Menurut WHO, terdapat sekitar 250.000 hingga 500.000 kasus gangguan tulang belakang setiap tahunnya.
“PostureCare hadir sebagai solusi untuk memantau dan mengoreksi postur tulang belakang anak-anak usia 7-11 tahun yang mengalami kifosis. Alat ini menggunakan sensor gyroscope MPU6050 yang ditempatkan di beberapa titik pada tubuh. Tiga sensor berfungsi mendeteksi kesalahan posisi tulang belakang, sementara satu sensor memonitor perubahan sudut tulang belakang harian pasca terapi,” kata Farid, Ketua Tim PKM-KI dalam keterangan yang diterima Kanal24 (27/6/2024)
Farid menjelaskan, mikrokontroler ESP32 memproses data sensor untuk menentukan output berupa modul getar, lampu LED, dan heater. Alat ini akan memberi peringatan melalui getaran dan cahaya jika terdeteksi posisi tulang belakang yang salah. Selain itu, dua polymade heater akan mengurangi nyeri dengan meningkatkan sirkulasi darah di daerah yang terkena, melalui proses thermotherapy. Data dari perangkat ini akan disajikan dalam grafik harian melalui aplikasi yang terhubung dengan WhatsApp bot, memungkinkan orang tua dan terapis untuk melacak kemajuan terapi secara langsung.
“Kami menerapkan Pendekatan Chronic Care Model dengan fokus pada kesejahteraan pasien dan keluarga. Salah satu fitur utamanya adalah pemberian kalimat motivasi yang berbeda setiap hari melalui WhatsApp bot dan aplikasi. Ini membantu dalam mendeteksi masalah secara dini, melibatkan keluarga secara langsung, dan mengatasi gangguan tulang belakang,” kata Isal, anggota tim dari Ilmu Keperawatan.
Dalam pelaksanaannya, pasien juga diberikan panduan dan buku harian “My Bone” untuk memantau aktivitas, perasaan, penggunaan brace, dan pola makan anak. Keluarga juga terlibat dengan memberikan stiker Bintang jika anak berhasil memenuhi misi harian. Setiap tiga hari, tim akan berkunjung ke rumah untuk memberikan terapi bermain sekaligus penghargaan dalam bentuk Bintang yang lebih besar. Keluarga juga mendapatkan edukasi, konsultasi, dan dukungan emosional melalui berbagai modul dan aplikasi.
“Saat ini kami sedang dalam proses mengajukan HAKI untuk lima item, yaitu tiga buah modul untuk keluarga, pasien, serta tenaga kesehatan, satu manual book, dan dua program komputer berupa WhatsApp Bot Care serta Aplikasi. Kami berharap PATEN yang diajukan sebanyak tiga draft juga disetujui dalam waktu dekat ini,” tambah Isal.
Pengembangan PostureCare ini telah direkomendasikan dan dikonsultasikan oleh 12 praktisi ahli, termasuk Dr. Muhammad Rezaalka Helto, Sp.BS (Dokter Spesialis Bedah Syaraf), Dr. Rifky Mubarak, SpKFR (Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis), dan Dr. Mukharradhi Nanza, M.Ked(Surg), Sp.OT (Spesialis Orthopedi Anak). Dukungan dari para ahli ini memperkuat kredibilitas dan efektivitas alat ini.
“Dengan PostureCare, diharapkan anak-anak baik dengan kifosis maupun tidak, dapat memperoleh tindakan pencegahan sekaligus penanganan yang optimal dan meminimalkan risiko komplikasi di masa depan. Inovasi ini menjadi jawaban terhadap tantangan kesehatan yang muncul akibat perubahan gaya hidup selama pandemi, membawa terobosan dalam terapi dan pemantauan kelainan tulang belakang khususnya pada Kifosis,” kata Farid.
Inovasi karya mahasiswa PKM KI ini berada di bawah bimbingan Ir. Nurussa’adah M.T. dari Teknik Elektro. Penelitian ini didanai oleh Kemendikbudristek dan Universitas Brawijaya selama empat bulan sejak April 2024.(din)