KANAL24, Malang – Semakin terbatasnya lahan pertanian karena alih lahan menjadi pemukiman menjadi persoalan tersendiri bagi dunia pertanian di Malang Raya. Selain semakin sempit penggunaan pestisida dan pupuk kimia juga menyebabkan kesuburan tanah semakin turun.
“Dua hal ini memang menjadi PR bagi kita semua. Terutama kesuburan tanah yang semakin turun berbanding lurus dengan hasil produksi yang sulit meningkat,” kata Prof Mochtar Lutfi Rayes dalam perbincangan dengan kanal24.co.id Rabu (1/7/2020).
Menurut Guru Besar FP UB ini perlu ada langkah serius dari pemerintah dan juga kalangan perguruan tinggi untuk menyikapi hal tersebut dengan basis keilmuan. Salah satunya adalah mempertahankan kualitas kesuburan tanah agar hasil produksi bisa tetap terjaga.
“Menjaga kesuburan tanah merupakan salah satu cara agar lahan tersebut bisa tetap produktif. Dengan pendekatan keilmuan saya pikir perlu untuk mengajarkan kepada petani kita untuk bisa menjaga kesuburan tanahnya,” lanjutnya.
Salah satu cara untuk itu menurut Prof Mochtar adalah dengan memproduksi mikroba agen hayati yang nantinya digunakan untuk menjaga tingkat kesuburan tanah.
Tidak mau hanya berpangku tangan saja bersama koleganya yaitu Dr. Aminuddin Affandi, MS, Prof. Mochtar mencoba melakukan serangkaian pelatihan kepada kelompok tani agar bisa memproduksi Agen Pengendali Hayati (APH).
“Pelatihan sudah dilakukan sejak tahun lalu persisnya 5 Agustus 2019 untuk kelompok tani Karya Tani di Desa Pulungdowo Tumpang dan di Desa Tegalweru Dau,” ujar Prof Mochtar.

Pada pelatihan yang dipandu oleh Dr. Aminuddin Affandhi itu kelompok tani di dua desa tersebut diberikan materi penjelasan tentang kualitas lahan dan juga berbagai produk yang ramah lingkungan bagi lahan mereka. Selain berupa penjelasan Aminuddin dan tim dari Jurusan HPT FP UB juga memberi ilmu praktek cara membuat laboratorium mini Agen Pengendali Hayati (APH).
Didepan sekitar 25 petani Aminuddin menjelaskan cara membuat laboratorium mini tersebut yang dapat di produksi sendiri oleh kelompok tani. Menurutnya cara membuat APH tidak sulit dan tidak memerlukan biaya yang mahal namun dapat berhasil maksimal.
Kedepan Aminuddin berharap para anggota kelompok tani ini bisa berjalan sendiri pasca pelatihan dan kualitas lahan mereka dapat selalu terjaga.
“ Ini merupakan salah satu upaya kami dari UB untuk membantu petani mempertahankan kulitas lahan dan produksi ditengah gempuran alih lahan yang terus terjadi,” pungkasnya. (sdk)