Kanal24, Malang – Hari ini (13/2/2025), Universitas Negeri Malang (UM) resmi mengukuhkan Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP. sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sosiologi Pendidikan Luar Sekolah di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Pengukuhan ini digelar dalam Sidang Terbuka Senat Akademik UM di Graha Cakrawala UM, dihadiri berbagai tokoh nasional, akademisi, serta civitas akademika.
Dalam pidato pengukuhannya yang bertajuk “Pendidikan sebagai Pilar Pembangunan Manusia Menuju Indonesia Emas 2045: Dari Refleksi Empiris ke Konseptualisasi Teoritis,” Prof. Muhadjir mengungkapkan bahwa Surat Keputusan pengangkatannya sebagai Guru Besar sebenarnya telah diterbitkan pada 30 September 2014. Namun, ia baru menyampaikan pidato pengukuhannya setelah lebih dari satu dekade.
“Hari ini, setelah 10 tahun, 4 bulan, dan 19 hari sejak SK Guru Besar saya diterbitkan, saya baru menyampaikan pidato guru besar. Ini bukan syarat sah jabatan akademik guru besar, tetapi lebih sebagai tanggung jawab akademik saya,” ujarnya.
Refleksi Pendidikan dan Kebijakan Strategis
Prof. Muhadjir menekankan pentingnya pendidikan sebagai elemen kunci dalam pembangunan sumber daya manusia menuju Indonesia Emas 2045. Dalam pidatonya, ia menguraikan tiga meta problem pendidikan: kualitas, kuantitas, dan relevansi.
Mengutip William Dunn dalam buku “Public Policy Analysis: An Introduction,” ia menyebut bahwa penyelesaian masalah pendidikan membutuhkan pendekatan kebijakan yang komprehensif, bukan solusi tunggal.
“Pendidikan harus menjadi fondasi utama dalam memprakirakan skenario masa depan Indonesia. Baik optimis, moderat, maupun pesimistis, pendidikan tetap menjadi pilar untuk membangun SDM unggul,” jelas Prof. Muhadjir.
Sebagai mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Muhadjir juga mengenang kebijakan strategis yang digagasnya, seperti Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan zonasi pendidikan. “Zonasi pendidikan tidak hanya untuk PPDB, tetapi juga untuk memastikan pemerataan kualitas pendidikan, sebaran guru, hingga infrastruktur pendidikan,” tuturnya.
Pidato Menjelang Purna Guru Besar
Prof. Muhadjir menganggap pidatonya ini lebih sebagai refleksi perjalanan akademik menjelang purna tugas guru besar. Ia menekankan perbedaan mendasar antara pidato pengukuhan awal dan menjelang pensiun.
“Pidato saat pengangkatan menjawab ‘Mengapa diangkat menjadi guru besar?’ Sedangkan pidato ini menjawab, ‘Apa saja yang telah dikerjakan selama menjadi guru besar,’” ungkapnya.
Kiprah dan Inovasi Muhadjir Effendy di Dunia Pendidikan
Muhadjir dikenal sebagai figur yang membawa perubahan besar dalam sektor pendidikan. Sebagai Mendikbud, ia menggagas program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017. Program ini menekankan pembangunan karakter siswa melalui pendekatan berbasis sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Selain memperkenalkan sistem zonasi, elama masa jabatannya, Muhadjir mempercepat distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP), yang telah membantu lebih dari 18,69 juta siswa. Selain itu, revitalisasi pendidikan vokasi menjadi salah satu fokusnya untuk meningkatkan daya saing lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Di tingkat internasional, Muhadjir menjabat sebagai Presiden Southeast Asian Ministers for Education Organization (SEAMEO) periode 2017-2019, yang memperkuat posisi Indonesia dalam kerja sama pendidikan dan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara.
Dukungan dan Kehadiran Tokoh Nasional
Acara pengukuhan ini turut dihadiri oleh Menteri Kelautan Sakti Wahyu Trenggono, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, beberapa pimpinan universitas, dan sejumlah tokoh nasional.
Rektor UM, Prof. Hariyono, menyampaikan apresiasi terhadap dedikasi dan kontribusi Prof. Muhadjir. “Prof. Muhadjir adalah sosok inklusif yang terus memperjuangkan keberagaman dan kebenaran sebagai bagian dari pendidikan karakter,” ujarnya.
Pengukuhan ini menjadi momentum penting untuk mengingatkan semua pihak tentang peran pendidikan sebagai pilar utama menuju visi Indonesia Emas 2045. Dengan refleksi dan pengalaman yang dibagikan Prof. Muhadjir, harapan besar diletakkan pada generasi penerus untuk melanjutkan perjuangan dalam membangun SDM unggul di masa depan. (din)