Kanal24, Malang – Prof. Dr. Ir. Dewa Gede Raka Wiadnya, MSc. dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya (UB) telah mempresentasikan sebuah terobosan penting dalam bidang identifikasi spesies ikan. Dalam orasinya, ia menjelaskan bagaimana kombinasi dari berbagai teknik ilmiah dapat memberikan hasil yang lebih komprehensif dan meyakinkan dalam proses identifikasi spesies ikan.
Prof. Dewa Gede Raka menjelaskan bahwa pendekatan yang menggabungkan deskripsi morfologi, osteo-staining, otolith, dan DNA barcoding mampu menjadi alat yang sangat efektif dalam mengidentifikasi spesies ikan. Metode ini menjadi sangat penting mengingat ikan adalah kelompok vertebrata dengan jumlah spesies terbanyak, dan Indonesia sendiri merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman spesies ikan tertinggi di dunia.
“Keraguan maupun kesalahan identifikasi terhadap spesies ikan telah beberapa kali dilaporkan oleh ahli taksonomi dan eksplorasi sumber daya ikan. Deposit spesimen morfologi, osteo-staining, otolith, dan DNA yang bisa diakses secara cepat akan sangat membantu peneliti lain dalam melakukan validasi spesies yang sudah diidentifikasi maupun menjadi rujukan komparatif terhadap spesies yang akan diteliti,” kata Prof. Dewa Gede Raka (9/7/2024).
Ia juga memperkenalkan Brawijaya Ichthyological Depository (BID) sebagai inisiatif terbaru UB untuk memajukan teknologi kurasi spesimen ikan di Indonesia. BID menyajikan deskripsi spesies melalui teknologi DNA barcoding, osteo-staining, otolith, dan morfologi eksternal, yang masing-masing spesimen dikurasi dan diunggah pada laman BID dengan kode aksesi yang unik untuk memudahkan penelusuran oleh peneliti lainnya.
Walaupun BID masih memiliki kelemahan dibandingkan dengan Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) yang memiliki status resmi dan menjadi rujukan kurasi spesies pertama kali dijelaskan, BID tetap dikenal karena menyimpan topotipe spesimen. Saat ini, BID telah mengunggah 425 spesimen morfologis ke laman basis data ikan global dan 718 sekuens DNA ke GenBank. Dengan persiapan laman BID untuk mengunggah spesimen ikan yang sudah teridentifikasi, BID diharapkan dapat menjadi pendamping dan rujukan pembanding bagi peneliti eksplorasi sumber daya ikan.
Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Dewa Gede Raka menjelaskan pentingnya memahami etiologi hukum deposito durasi spesimen dan deskripsi spesies ikan di Indonesia. Ia memaparkan bahwa ikan menyusun lebih dari 48% vertebrata dan Indonesia merupakan negara dengan jumlah spesies ikan terbanyak, bersama Brasil dan Australia. Oleh karena itu, kesulitan dalam mendeskripsikan spesies ikan sering kali muncul.
Ia juga membagikan pengalamannya dalam menggunakan pendekatan teknologi yang beragam untuk mendeskripsikan spesies ikan. Dari pengamatan morfologi eksternal hingga teknologi osteo-staining dan otolith, ia menekankan bahwa kombinasi teknologi ini memberikan hasil yang lebih akurat dalam identifikasi spesies.
“Saya menyatakan bahwa empat teknologi sebagai penciri spesies untuk mendapatkan kepastian adalah morfologi eksternal, osteo-staining, bentuk tulang telinga, dan konfirmasi melalui DNA barcode,” ujar Prof. Wiadnya. “Dengan prosedur standar yang kami kembangkan, kami berharap dapat memfasilitasi validasi dan koreksi spesies ikan yang telah dideskripsikan.”
Dengan dedikasi dan inovasi yang terus dilakukan, Prof. Wiadnya dan tim dari Universitas Brawijaya berharap dapat memberikan kontribusi besar dalam bidang taksonomi ikan dan membantu menjaga keanekaragaman hayati laut Indonesia.
Prof. Dr. Ir. Dewa Gede Raka Wiadnya, M.Sc. merupakan profesor dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) yang dikukuhkan UB. Ia menjadi Profesor Aktif ke-22 di FPIK dan Profesor Aktif ke-216 di B serta menjadi Profesor ke-384 dari seluruh Profesor y ang telah dihasilkan oleh UB. (nid)