KANAL24, Ponorogo – Ketahanan pangan yang dicanangkan oleh Pemerintah membutuhkan dukungan ketahanan dalam bidang lain seperti ketahanan dan kemandirian dalam penyediaan pakan ternak. Hal ini menjadi perhatian dosen UB melalui Program Matching Fund Kedaireka LPPM Universitas Brawijaya memberikan Pelatihan Pembuatan Pakan Ternak kepada Gabungan Kelompok Ternak (Gapoknak) dan BUMDes Desa Selur Kecamatan Ngrayun Ponorogo, hari Sabtu dan Minggu (22-23/10/2022).
Pelatihan pakan ternak tersebut diikuti oleh Ketua kelompok ternak dari 46 kelompok ternak yang ada di Desa Selur dan perwakilan pengurus BUMDesa. Pelatihan diadakan dua tahap yaitu teori disampaikan di dalam ruang sedangkan praktek pembuatan pakan diberikan diluar ruang.
“Kami memilih pelatihan diadakan di Kandang Pinus milik Gapoknak yang berada di salah satu Dusun di Desa Selur. Populasi kambing yang dibudidayakan oleh Kelompok ternak sebanyak 16 ribu ekor yang tersebar di 4 dusun, “ kata Dr. Sugiarto Ketua Pelaksana.
Pelatihan dibuka oleh Dr. Sugiarto sebagai Ketua Pelaksana Program MF dan Suprapto, S. Sos. selaku Kepala Desa Selur. Dalam sambutannya Dr. Sugiarto menyampaikan bahwa pelatihan pembuatan pakan ternak ini merupakan salah satu dari serangkaian kegiatan program MF yang akan dilaksanakan oleh LPPM UB bermitra dengan Pemerintah Desa Selur di tahun 2022 ini. Pelatihan pembuatan pakan ini merupakan upaya pembekalan kepada 46 Kelompok Ternak yang ada di Desa Selur dalam menyediakan pakan secara mandiri namun tetap mampu memenuhi formulasi kebutuhan pakan sehat bagi ternak.
“Kami dari Tim Matching Fund UB berharap agar peserta sekalian memaksimalkan sumber pakan ternak dari sekitar pemukiman tanpa harus merambah hutan sehingga hutan tetap terjaga lestari.
Sementara itu, Kades Selur berpesan kepada peserta pelatihan untuk serius dalam mengikuti pelatihan karena tidak gampang mendatangkan pakar peternakan dari Universitas Brawijaya sebagai narasumber. Diharapkan pasca pelatihan nanti kelompok ternak mampu mengolah pakan ternak secara mandiri. “Mari kita manfaatkan pelatihan ini dengan serius dalam mengikuti setiap materi yang diberikan. Kesempatan seperti ini sangat langka, karena langsung disampaikan oleh ahlinya dari Universitas Brawijaya. Untuk itu, kalau ada yang kurang jelas bisa langsung ditanyakan ke pelatih. Tidak usah malu-malu atau sungkan dalam bertanya,” pinta Kades Suprapto.
Tim UB menghadirkan Dr. Ir. Agus Budiarto, MS., dosen dan pakar ternak kambing dari Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Dr. Agus Budiarto telah berpengalaman dalam budidaya dan pengembangan ternak kambing dan berpengalaman memberikan pelatihan peternakan di seluruh Indonesia. Dalam pelatihan ini peserta mendapat materi tentang teknologi pengolahan pakan ternak berupa pengolahan pakan hijauan dengan metode silase dan teknik pembuatan pakan non hijauan dengan metode pencampuran pakan kering.
“Pada prinsipnya teknologi pengolahan pakan yang dikembangkan adalah teknologi yang efisien, efektif, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Untuk menyusun sebuah ransum pakan ternak, peternak perlu mengetahui kandungan gizi pada berbagai jenis bahan baku pakan ternak yang akan dipakai. Hal ini sangat penting agar ransum pakan ternak yang disusun sesuai dengan kebutuhan hidup ternak baik energinya, proteinnya maupun vitamin dan mineralnya,” ujar Agus Budiarto. Lebih dari 2 jam Dr. Agus menyampaikan berbagai teknik pembuatan pakan ternak dari olahan bahan hijauan seperti rumput, ramban dan dedaunan hijau, maupun mencampur bahan kering seperti dedak, bungkil kelapa, bungkil kopi, jagung giling, bonggol jagung giling, konsentrat dan lainya yang banyak tersedia di Kawasan Selur. Prinsipnya pakan buatan tersebut harus mengandung nutrisi yang cukup bagi ternak.
Peserta yang notabenya adalah para peternak kambing Nampak antusias mengikuti pelatihan tersebut. Peserta banyak mengajukan pertanyaan tidak hanya seputar pembuatan pakan ternak, tetapi juga terkait kesehatan ternak. Format pelatihan yang santai dan dibumbui dengan guyonan segar membuat peserta tidak segan dalam mengajukan pertanyaan. “Mengapa bahan pembuatan silase harus dilayukan terlebih dahulu? Berapa lama silase bisa disimpan pak? Berapa bagian konsentrat yang harus dicampurkan tiap 50 kg pakan olahan kering dan apakah ada teknik khusus dalam proses mencampurnya?” begitulah sebagian pertanyaan yang diajukan peserta.
Untuk melengkapi kegiatan dalam program Matching Fund ini, akan dikembangkan sistem informasi manajemen ternak yang nantinya menggunakan aplikasi yang dapat diakses melalui perangkat komputer maupun android. Aplikasi ini akan memberikan gambaran tentang jumlah populasi ternak kambing dan sapi di desa Selur serta berapa kandungan nutrisi dalam pakan ternak olahan mandiri berbasis bahan lokal. Perkembangan populasi dan mutasi ternak dari dan keluar wilayah akan dapat dipantau melalui aplikasi ini dengan menggunakan teknologi QR Code yang disematkan di ear tag di masing-masing ternak. Kedepannya, aplikasi ini akan dikembangkan untuk kebutuhan perkembangbiakan ternak, agar tidak terjadi perkawinan sedarah antar ternak.
Pasca pelatihan diharapkan tercipta hubungan kemitraan yang berkelanjutan antara gabungan kelompok peternak (Gapoknak) di desa Selur dengan Universitas Brawijaya yang diwujudkan dalam kesepakatan kerja sama pengembangan Sekolah Lapang yang akan diajukan pemerintah Desa Selur kepada LPPM Universitas Brawijaya. Keberadaan Kandang Pinus milik Gapoknak Desa Selur yang selama ini menjadi tempat pembiakan dan percontohan ternak kambing PE (Peranakan Etawa) dan peranakan Boer diharapkan dapat menjadi pusat Sekolah Lapang ini. Ke depan predikat Goedang Mendo untuk Desa Selur akan dapat segera terwujud dengan dukungan peternak yang unggul dan Sekolah lapang yang digagas oleh tim MF LPPM UB, Pemerintah Desa Selur dan Gapoknak.
Di akhir pelatihan tim MF menyerahkan bantuan 96 drum biru kapasitas 150 liter kepada 46 kelompok peternak dan BUM Desa melalui Kepala Desa Selur sebagai mitra kegiatan untuk mendukung pembuatan pakan ternak olahan mandiri.(sdk)