KANAL24, Jakarta – PT Cirebon Power, sebuah perusahaan independen power producer (IPP) memastikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Cirebon II berjalan sesuai rencana. Progres pembangunan pembangkit berkapasitas 2 1.000 MW ini sudah mencapai 61 persen.
Presiden Direktur Cirebon Power Hisahiro Takeuchi, mengatakan meski jarang ditemui kendala diharapkan peran aktif dan dukungan dari semua pihak agar target Commersial Operation Date (COD) dapat tercapai pada 2022 mendatang. Dengan beroperasinya PLTU ini maka dipastikan pasokan listrik kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN akan semakin kuat.
“Konsentrasi kami saat ini pada pekerjaan konstruksi fisik, dan manufacturing beberapa fasilitas utama pembangkit. Semuanya berjalan dengan optimal, untuk memenuhi target operasional atau COD pada tahun 2022,” jelas Hisahiro dalam keterangannya di Jakarta, Senin (16/9/2019).
Cirebon Electric Power sendiri merupakan konsorsium yang terdiri dari lima perusahaan. PT Marubeni menjadi pemilik saham mayoritas sebesar 35 persen, PT Indika Energy Tbk [INDY] sebesar 25 persen. Lalu, Samtan Ltd 20 persen, Korea Midland Power Co Ltd sebesar 10 persen dan Jera Power 10 persen. PLTU ini disebut-sebut sebagai pembangkit ramah lingkungan karena menggunakan teknologi batubara ramah lingkungan dengan teknologi ultra super critical. Dengan begitu dipastikan bisa meningkatkan efisiensi hingga 40 persen untuk membakar batubara kalori 4.000-4.600 kcal/kg.
Terkait dengan investasi pada proyek ini yaitu sebanyak USD2,1 miliar. Sementara untuk dapat mengoptimalkan produksi listrik, PLTU ini diperkirakan akan mengkonsumsi sekitar 3,5 juta ton batubara dalam setahun. Sementara itu di pembangkit yang pertamanya, yang saat ini sudah beroperasi, PLTU Cirebon 660 MW, Cirebon Power menggunakan teknologi ramah lingkungan Super Cricital (SC) yang sudah berdiri semenjak tahun 2012.
Hisahiro menambahkan, pihaknya komitmen untuk pelestarian lingkungan melalui tekonologi. Bahkan, Cirebon Power juga mengincar pembangunan energi baru terbarukan. Karena selain keramahan lingkungan, renewable energy adalah kebutuhan dan peluang di masa depan.
Hisahiro mengatakan, pihaknya sedang menjajaki PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) karena memiliki lahan yang cukup. Menurutnya, Teknologi renewable adalah masa depan yang pasti dan akan menjadi kebutuhan dunia.
“Saat ini kami juga mulai melakukan studi dan kajian untuk menjajaki peluang itu (energi baru terbarukan), apalagi kami memiliki lahan yang cukup luas dan memungkinkan untuk dikembangkan,” kata Hisahiro.
Hisahiro mengatakan, salah satu bentuk pembangkit energy baru terbarukan yang mudah dibangun bagi mereka adalah PLTS . “Kami lebih mudah membangun PLTS karena memiliki lahan yang cukup luas,” pungkasnya. (sdk)