KANAL24, Malang – Biaya perkuliahan menjadi salah satu tantangan bagi Galih Devano, mahasiswa Administrasi Pemerintahan Fisip UB angkatan 2022. Mahasiswa asal Yogyakarta ini merupakan salah satu yang berasal kalangan tidak mampu di Universitas Brawijaya.
“Ayah saya sehari-hari juru parkir (jukir) kawasan pertokoan di Yogya sedangkan Ibu berjualan warkop diteras rumah,” kata Galih kepada kanal24.co.id
Dalam perbincangan dikantor redaksi kanal24, Galih menuturkan dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan membuat biaya kuliah seperti UKT menjadi salah satu kendala baginya untuk menuntaskan kuliah. penghasilan kedua orang tuanya di sektor informal tidak menentu tergantung dari ramai tidaknya suasana di Kota Yogya.
Upaya mengurangi beban orang tua dilakukan olehnya dengan mengajukan beasiswa sejak semester satu hingga lima. Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil.
“Sejak semester 1 saya ajukan beasiswa ke beberapa lembaga namun hingga semester lima belum ada yang tembus,” jelasnya.
Hal ini sedikit banyak menjadi pikiran bagi dirinya dalam menuntaskan perkuliahan di Fisip UB. Namun hal tersebut tidak menyurutkan langkahnya untuk tetap berusaha mengajukan beasiswa.
Sambil kuliah, Galih Devano juga aktif mengikuti berbagai organisasi di kampusnya sepeti menjaid staf di BEM Fisip dan pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan.
Pada semester lima, Galih mendapat informasi dari kemahasiswaan dan SIAM terdapat pembukaan beasiswa dari Dana Abadi UB. Tidak menunggu waktu lama Galih pun mendaftar dengan melengkapi berkas yang ada sesuai kemampuan.
Kali ini usaha Galih tidak sia-sia karena dirinya dinyatakan menjadi salah satu dari 62 mahasiswa yang menerima beasiswa dari Dana Abadi UB.
“Saya senang sekali ketika pengumuman dan ada nama saya, begitu juga orang tua saya karena beban mereka terkurangi dengan dukungan Dana Abadi UB,” ucapnya.
Beasiswa dana abadi tersebut sangat membantu Galih dalam pembiayaan pendidikannya di Fisip UB terutama dalam pembayaran UKT setiap semesternya.
Selain itu Dana Abadi UB juga memberikan pelatihan soft skil sebagai bagian dari pembinaan kepada penerima. Program ini membuat dirinya optimis dapat menuntaskan kuliah di Fisip UB tepat waktu.
“Pelatihan soft skil dan motivasi ini sangat bermanfaat bagi saya sehingga motivasi untuk menuntaskan kuliah tepat waktu kembali muncul. Tentunya dengan bekal lain melalui pelatihan soft skill,” ujarnya.
Galih berharap agar Beasiswa Dana Abadi UB dapat terus memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang kurang mampu agar asa mereka meraih sarjana tidak pupus ditengah jalan. Begitu pula dengan pembinaan program kepada penerima dapat lebih variatif sehingga para penerima beasiswa tidak hanya menerima materi namun juga memiliki soft skill yang dapat bermanfaat ketika menjadi lulusan kampus biru.
“Terima kasih Dana Abadi UB yang telah menjaga nyala api motivasi kami untuk menggapai mimpi sebagai sarjana lulusan UB,” pungkasnya. (sdk)