Oleh : Akhmad Muwafik Saleh*
Berbahagialah bagi ummat Muhammad, karena setiap kesalahan dan dosa diberi kesempatan untuk bertaubat dalam banyak momentum. Solat lima waktu, Jumat , Puasa Ramadhan, Umroh, Haji adalah menjadi jalan pertaubatan. Kesemuanya ini ibarat terminal-terminal pengampunan dosa yang disediakan oleh Allah swt untuk ummat ini. Rugilah kiranya jika kita tidak mampu mengoptimalkan dan memanfaatkan kesempatan tersebut dengan baik dan penuh harap. Imaanan wa ihtisaban….
Betapa belas kasihnya Allah swt terhadap ummat muhammad. Jika ummat sebelumnya berbuat salah, baik sengaja atau tidak sengaja, walau hanya sekedar terbersit atau sudah dinyatakan dalam tindakan, maka Allah langsung memberinya siksa. Namun jika Ummat Muhammad berbuat salah, Allah swt masih memberinya kesempatan untuk bertaubat bahkan momentum bertaubat dibuat berlapis ibarat terminal-terminal pengampunan dosa.
Solat fardhu yang lima waktu, Allah menjadikannya sebagai pengampunan dosa atas tindakan yang dilakukannya dalam sehari itu, selama bukan perbuatan dosa besar.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ . قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا . قَالَ فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا
“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari no. 528 dan Muslim no. 667)
Demikian pula dengan Jumat, menjadi terminal pengampunan dan penghapusan dosa dalam kurun waktu seminggu. bahkan Ramadan disediakan khusus oleh Allah subhanahu wa ta’ala sebagai Terminal besar Pengampunan Dosa dalam setahunnya. sebagaimana sabda rasulullah shallallahu alaihi wasallam
وَعَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ ، وَالجُمُعَةُ إِلَى الجُمُعَةِ ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ ، مُكَفِّراتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الكَبَائِرُ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, dan Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa-dosa yang di antara semua itu, jika dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 233]
Momentum-momentum ini ibarat terminal-terminal waktu untuk Pengampunan Dosa bagi umat Muhammad yang disediakan khusus oleh Allah agar dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menghapus dosa dengan cara mengoptimalkannya melalui berbagai ibadah-ibadah terbaik. Sebagaimana sabda Nabi :
إن لربكم في أيام دهركم نفحات فتعرضوا لها لعل أحدكم أن يصيبه منها نفحة لا يشقى بعدها أبدا
Sesungguhnya Allah memiliki nafahat yang akan dicurahkan sepanjang masa, karena itu berusahalah untuk mendapatkannya. Bisa jadi diantara kalian ada yang mendapatkan satu nafahat, sehingga dia tidak akan celaka selamanya. (HR. Thabrani)
Bahkan dalam setiap terminal waktu itu, disediakan pula kios kios Amal untuk Pengampunan Dosa hambaNya. Sebagaimana disebutkan oleh Nabi Muhammad dalam banyak sabdanya tentang berbagai amalan yang dilakukan di bulan Ramadan untuk menghapus dosa. semisal menghidupkan malam-malam Ramadhan, memberikan ifthar menu berbuka bagi orang yang berpuasa, bahkan puasa itu sendiri. semuanya itu menjadi jalan bagi Pengampunan Dosa. Rasulullah bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barang siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR. Bukhari)
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barang siapa melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan (shalat tarawih) atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni (HR. Muslim)
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” ( HR. Tirmidzi)
Lalu Mengapa banyak Amaliyah dalam agama ini berujung kepada pengampunan dosa ?. Hal ini karena Allah ingin memastikan bahwa kita tetap bersih sebagaimana semula saat awal penciptaan, sehingga kita dapat benar-benar kembali pulang ke kampung halaman kita dalam keadaan bersih tanpa noda dosa, juga Allah menginginkan agar manusia dapat sempurna dalam menjalani kehidupannya di dunia dan akhirat. Sebab dosa adalah penghalang bagi kesempurnaan dan kesuksesan manusia. Mengapa demikian ? karena perbuatan dosa menorehkan noda hitam pada hati manusia yang apabila noda itu dibiarkan maka akan menjadikan hati tertutup sehingga sulit untuk menangkap cahaya Hidayah, petunjuk, jalan keluar, jalan kemudahan.
Dampak dari dosa terhadap berbagai aspek kehidupan kita. Antara lain :
Dosa menjadi penghalang Jalan rezeki kita bagaimana sabda Nabi :
إن الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه ولا يرد القدر إلا الدعاء ولا يزيد فى العمر إلا البر
“Sesungguhnya seseorang terhalang dari rezeki karena dosa yang dilakukan. Tak ada yang menolak takdir melainkan do’a, dan tak ada yang menambah umur melainkan kebaikan.” (HR. Ahmad)
Demikian pula, dosa menghambat kecerdasan dan menutup kreativitas pikiran. sebagaimana yang disampaikan oleh Imam As Syafi’i saat berkeluh kesah kepada gurunya Imam Al waqi :
شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي
“Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin).
Dosa berdampak gelap suram di wajah dan menjauhkan seseorang dari rasa cinta manusia. Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya perbuatan maksiat itu meninggalkan bekas hitam di wajah, noda hitam di dalam hati, lemah pada fisik, sempit dalam rizki, dan kebencian dalam hati manusia.”
Bahkan apabila dosa dilakukan secara komunal oleh banyak orang dan terjadi pembiaran atas perilaku maksiat atau dosa tersebut, maka akan berdampak secara sosial yaitu mengundang datangnya bencana, sebagaimana diinformasikan oleh Allah sang pencipta alam semesta ini :
{ فَكُلًّا أَخَذۡنَا بِذَنۢبِهِۦۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ أَرۡسَلۡنَا عَلَيۡهِ حَاصِبٗا وَمِنۡهُم مَّنۡ أَخَذَتۡهُ ٱلصَّيۡحَةُ وَمِنۡهُم مَّنۡ خَسَفۡنَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ وَمِنۡهُم مَّنۡ أَغۡرَقۡنَاۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيَظۡلِمَهُمۡ وَلَٰكِن كَانُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ يَظۡلِمُونَ }
Maka masing-masing (mereka itu) Kami azab karena dosa-dosanya, di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan ada pula yang Kami tenggelamkan. Allah sama sekali tidak hendak menzhalimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzhalimi diri mereka sendiri. (QS.Surat Al-Ankabut: 40)
Untuk itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala menginginkan agar manusia dapat hidup sejahtera dan nyaman dalam menjalani kehidupannya. Untuk itulah Allah memberikan momentum dan menyediakan berbagai terminal-terminal pemberhentian untuk menghapus dosa-dosa itu, melalui salat lima waktu, Jumat, Ramadhan dengan kios-kios yang disediakannya, berpuasa qiyamul Lail, bersedekah, memberikan makan orang berpuasa, dan banyak lagi lainnya
Allah swt melalui lisan RasulNya yang mulia memberikan informasi dan arahan bahwa dosa adalah noda hitam yang akan menutupi hati kontrol aktivitas dan motherboard kehidupan manusia.
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِى قَلْبِهِ فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ فَإِنْ زَادَ زَادَتْ فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَهُ اللَّهُ فِى كِتَابِهِ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang beriman jika melakukan dosa, maka akn ditorehkan di dalam hatinya noktah hitam, maka jika ia bertobat, melepaskan (maksiat tersebut) dan meminta ampun niscaya cemerlang (kembali) hatinya, (tetapi) jika ia bertambah maka akan bertambah (noktah hitam tersebut), dan itulah penghalang yang Allah telah sebutkan di dalam Al Quran
كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya: “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” QS. Al Mutahffifin: 14. (HR. Ibnu Majah)
Solusi yang disampaikan oleh Nabi adalah dengan bertaubat, menarik diri dari perbuatan dosa dan beristighfar, meminta ampun kepada Allah. Karena dengan demikian kotoran dapat dibersihkan, noda dapat kembali putih, sehingga jalan hidup yang didambakan, berupa ketentraman, kemudahan dan petunjuk akan selalu diperoleh.
Bahkan bagi mereka yang mengistiqomahi jalan tobat, selalu beristighfar, maka Allah swt menjanjikan kemudahan atas segala kesulitan yang dihadapi sebagaimana dalam sabdanya :
من لزم الاستغفار جعل الله له من كل هم فرجا ومن كل ضيق مخرجا ورزقه من حيث لا يحتسب
“Barangsiapa yang senantiasa beristighfar maka Allah menjadikan kesedihannya berubah bahagia, tiap kesempitannya ada jalan keluar, dan diberi rezeki dari jalan yang tidak disangka.” (HR. Ibnu Majah).
*)Akhmad Muwafik Saleh, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya, Pengasuh Pondok Pesantren Tanwir al Afkar