Setiap makhluk hidup yang mendiami suatu tempat pasti menghasilkan limbah. Baik limbah domestik maupun non domestik. Limbah yang tidak dikelola dengan baik akan berdampak negatif. Dampak tersebut utamanya pada kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan.
Fadli bersama rekannya memulai untuk mencari cara mengelola limbah. Berawal dari pendanaan yang mereka peroleh dilanjutkan dengan survei. Survei dilakukan ke berbagai warung makan. “Ada limbah plastik dan minyak jelantah. Limbah minyak jelantah ini biasanya langsung dibuang” ujar salah satu anggota Zerolim.
Minyak Jelantah
Minyak jelantah merupakan minyak goreng bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga. Sering kita temui minyak goreng hitam di warung makan. Minyak tersebut telah melalui beberapa kali pemakaian. “Umumnya hanya bisa digunakan 2-3 kali, karsinogennya meningkat” ujar mahasiswa asal Sragen itu. Terdapat beberapa indikator yang menandakan bahwa minyak harus diganti. Pertama, ketika minyak mengalami perubahan warna. Warna awal minyak sebelum digunakan jelas lebih jernih. Kedua, ketika aroma minyak bercampur dengan aroma lainnya.
Penggunaan minyak goreng berlebih dapat meningkatkan kandungan karsinogen. Karsinogen tersebut merupakan zat penyebab kanker. “Jangka pendeknya dapat menyebabkan asma, kolesterol dan radang tenggorokan” ujar pria kelahiran 1999 itu. Selain itu berdampak pada lingkungan sekitar seperti merusak ekosistem. Kemudian dapat menyumbat saluran air dan salinitas air tercemar.
Biodiesel
Minyak jelantah memiliki segudang manfaat misalnya saja parfum. Selain itu dapat dijadikan bahan baku biodiesel. Biodiesel ini digunakan sebagai alternative bahan bakar minyak. Minyak jelantah cukup banyak tersedia di Indonesia. Selain itu UCO (Used Cooking Oil) jauh lebih murah karena termasuk limbah. “Permintaan biodiesel ini jelas meningkat karena rencana Pak Jokowi akhir tahun ini yaitu bisa full biodiesel B100” ujar mahasiswa Agribisnis Brawijaya itu.
Zerolim
Empat mahasiswa Brawijaya berinisiatif membuat platform bernama Zerolim. Mereka menjadi perantara agen pengepul biodiesel dengan mitra penghasil minyak jelantah. Para mitra bisa mengisi format yang telah disediakan di website zerolim.id. Tim Zerolim akan melakukan penjemputan ke tempat mitra. Namun jangkauan penjemputan minyak hanya pada radius 10-15km dari gudang. “Saat ini baru di daerah Malang saja seperti Lowokwaru, Dau dan sekitarnya” ujar Fadli. Tidak hanya itu, mereka juga melakukan sosialisasi. Bahkan memiliki desa binaan yaitu di Jatimulyo.
Sampai saat ini, mitra zerolim mencapai lebih dari 30. Kemudian agen pengepul biodiesel sebanyak 3 agen. Terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh mitra Zerolim. Zerolim dapat membantu mengelola limbah, branding dan dapat menambah pendapatan mitra. Rencana ke depannya Zerolim akan merilis sebuah aplikasi. Aplikasi tersebut dapat memudahkan dalam mencari agen terdekat. Selain itu terdapat sistem poin yang mana dapat ditukar dengan merchandise Zerolim.
Harga minyak jelantah ini berkisar Rp 2.000 – Rp 3.000/kg. Minyak jelantah yang diterima juga melalui pengecekan terlebih dahulu. “Minyak sudah disaring dan bukan bekas menggoreng cabai dalam jumlah banyak” ujar pria 21 tahun tersebut. Minyak jelantah yang dihasilkan masyarakat berkisar 5liter/bulan. Pada skala usaha kecil bisa mencapai 50 liter minyak jelantah perminggunya. Setiap minggunya, Zerolim bisa mengumpulkan 200kg jelantah. Omzet yang dicapai sebesar 2,5-4jt perbulan.
Penulis : Nabila Ijtihatil Ismail, Mahasiswa Agribisnis FP UB