PAGI ini sambil mendengarkan melalui headphone petikan gitar dan vokalnya mas Felix Irwan mendendangkan lagu-lagu lawas melalui suaranya yang empuk bak kue KLEPON yang katanya tidak syar’i itu. Penulis tengah tertarik mengulik informasi melalui mesin pencarian berkenaan hal kecil apa sajakah yang membuat seseorang itu bisa BERHASIL, dalam hidup dan kehidupannya! Dan ingin merangkum seluruh informasi itu menjadi sebuah tulisan sederhana.
Sambil mengulik informasi tetap dengan sikap waspada menunggu orderan datang. Mangkal di markas besar yaitu di pangkalan Taman Bungkul Surabaya.
Sebelum saya melanjutkan tulisan ini. Saya ingin bercerita sedikit bahwasanya keberadaan orang-orang hebat itu faktanya banyak berada disekitaran kita, dan menurut informasi yang saya peroleh dari hasil browsing, orang-orang hebat itu setidaknya memiliki 5 perilaku kecil yang menjadi habitnya, yang telah menjadi tabiat atau perangai dalam kehidupannya sehari-hari, yang memengaruhi dirinya menuai keberhasilan besar yang gemilang di dalam kehidupannya.
Sejenak kemudian, penulis flashback ke belakang melihat keberhasilan senior dan yunior sewaktu kuliah dahulu, tapi hari ini penulis juga masih kuliah ya, doakan semoga lancar kuliahnya.
Kita kembali ke laptop. Kiranya memang harus saya akui bahwa saya membenarkan para senior dan yunior penulis tersebut memiliki perangai seperti yang ingin saya sampaikan pada tulisan ini lebih lanjut. Tentu saja melalui pengamatan yang panjang mengenai sepak terjang mereka, saat berinteraksi dahulu hingga kini.
Sehingga apabila kini keberhasilan dan keberkahan hidup dihampirkan Tuhan dalam hidup mereka, hal tersebut sudah semestinya terjadi, seperti dalam pepatah jawa yang berbunyi demikian, “Ngunduh Wohing Pakarti”. Mereka telah memanen sesuatu yang telah ditanamnya!!!
Apa saja sih, perilaku kecil nan ajaib tersebut, yang mampu secara signifikan mengantarkan seseorang itu ke puncak tangga keberhasilan? Yuk simak penjelasannya di bawah ini:
#Pertama : Suka berterima kasih
Terima kasih adalah kata paling ajaib di dunia. Terima kasih ini adalah sebuah perilku yang bajik. Dua kata yang selalu dinantikan bisa bergaung menggema di semesta yang luas ini, baik yang menerima juga yang memberi berkat. Di dalam kehidupan yang sementara ini, manusia diajarkan untuk mampu melakukan keduanya dengan penuh kesadaran. Setelah menerima karunia yang begitu banyak seyogyanya mampu mengasih kembali dengan ketulusan tak bertepi kepada dunia.
#Kedua: Tidak pelit berbagi
Pelit alias bakhil adalah sikap beracun yang mengakibatkan sakit penyakit yang sedemikian besar akan menghampiri pelakunya bila mewujud dalam sebuah tindakan nyata. Pamali, keberkahan sirna, keberlimpahan hidup menjauh, Sang pencipta pun tidak berkenan, terungkap dengan jelas dalam firmannya yang suci. Jadi tidak pelit untuk berbagi: baik harta, ilmu, tenaga, adalah pilihan tindakan rasional yang semestinya dilakukan manusia bila ingin sukses. Toh, pada hakekatnya diri kita ini adalah percikan sifat Tuhan. Sehingga praktif untuk berusaha mencontoh sifat-sifatNya yang baik mesti dilakukan sesuai kemampuan kita.
#Ketiga: Mengakui kesalahan
Jamaknya, setiap manusia ingin dinisbatkan kepada dirinya adalah selalu benar. Acapkali pada keadaan tertentu apabila melakukan kesalahan. Boro-boro segera berlari mengakui kesalahan dan minta maaf atas tindakan salahnya, namun seringkali malah mengumbar kata, berdebat, guna membuat argumen bahwa tindakannya adalah benar. “Baik, saya yang salah, kawan, mohon maaf ya.” Mudah diucapkan namun sulit dilakukan. Sila cek pada diri kita masing-masing, tidak perlu dijawab. Karena yang jelas fenomena seperti itu sering menghampiri dalam kehidupan kita sehari-hari.
#Keempat: Mendengar dengan sabar
Sebuah artikel yang pernah penulis baca, keberhasilan seorang pemimpin adalah seberapa besar kemampuannya untuk mampu mendengar.
Kita akui bersama, mendengar adalah tindakan yang sulit tidak mudah. Kedua telinga yang ada pada diri manusia membenarkan penjelasan di atas. Tetapi dalam ranah praktik, saya dan Anda kadang sulit bahkan melupakan perilaku yang apik dan bajik ini. Memang lebih enak berbicara ketimbang mendengar! Tak sadar hakekatnya mulut kita hanya satu dan telinga kita ada dua, mudahlah mendengar dahulu daripada berbicara!
#Kelima: Sikap selalu ingin belajar
Hiduplah seakan kita akan mati besok, serta belajarlah seperti akan hidup selamanya, pepatah mengajarkan demikian. Ungkapan ini menjadi garansi mental saya dan juga Anda untuk tidak pernah merasa pintar dan puas, telah berilmu tinggi. Sikap selalu ingin belajar seyogyanya melekat pada diri kita hingga ajal itu datang. Apapun profesi kita hari ini.
Kiranya tulisan sederhana saya pagi ini, bisa menjadi spirit saya dan Anda untuk terus berlari menghasilkan karya-karya gemilang di dalam hidup dan kehidupan ini. Sehingga setelah semuanya itu berakhir dan waktu kontrak hidup kita habis. Kitapun dengan bangga serta bahagia untuk pulang ke kampung keabadian dengan penuh kedamaian jiwa, semoga, amin amin yra.
Penulis Agus Andi Subroto, Kandidat Doktor FEB UB dan praktisi manajemen embongan