KANAL24, Jakarta – BUMN infrastruktur tengah menginventarisasi daftar proyek-proyek strategis yang bisa ditawarkan kepada Indonesia Investment Authority (INA) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI). Di antaranya adalah PT Jasa Marga Tbk, PT Waskita Karya Tbk, PT Wijaya Karya Tbk, PT Hutama Karya Tbk, dan PT Adhi Karya Tbk.
PT Jasa Marga Tbk (JSMR) menyiapkan sembilan ruas jalan tol, Hutama Karya menawarkan Tol Trans Sumatera dan Waskita juga menawarkan 11 ruas tol kepada INA.
Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal merinci, Sembilan ruas tol potensial Jasa Marga yang ditawarkan ke Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia itu antara lain, Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi sepanjang 61,7 kilometer (km) dengan kepemilikan 55%, Jakarta Cikampek II Elevated sepanjang 36,4 km dengan kepemilikan 80%, Semarang-Batang sepanjang 75 km dengan kepemilikan 40%, Gempol-Pandaan sepanjang 13,6 km dengan kepemilikan 40%, dan Pandaan-Malang sepanjang 38,9 km dengan kepemilikan 60%.
Kemudian, ruas Gempol-Pasuruan sepanjang 34,2 km dengan kepemilikan 99%, Balikpapan-Samarinda sepanjang 98,9 km dengan kepemilikan 67%, Manado-Bitung sepanjang 39,9 km dengan kepemilikan 65%, dan Bali Mandara sepanjang 9,7 km dengan kepemilikan 65%.
“Sembilan ruas tol potensial tersebut merupakan bagian dari 21 ruas yang masuk dalam strategi asset recycling. Dari 21 ruas ini, sebanyak 18 ruas tol masuk kategori aset brown field yang dioperasikan secara penuh maupun parsial. Aset brown field telah menghilangkan dua risiko utama, yakni risiko pembebasan lahan dan risiko konstruksi. Sekarang hanya tinggal risiko trafik dan tarif,” kata Donny pada webinar bertajuk “Siapkah BUMN Infrastruktur Optimalkan Dana LPI”, melansir Investordaily Senin (8/3/2021).
Donny menjelaskan, risiko tariff pada aset brown field bisa diminimalisasi dengan adanya penyesuaian tarif setiap dua tahun sekali sesuai dengan peraturan pemerintah.
Sementara itu, risiko trafik juga dapat dikurangi lantaran negara berkembang memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan. Pada aset yang ditawarkan ke INA untuk tahap pertama, lanjut dia, sebenarnya bisa disesuaikan atau tidak terbatas pada sembilan ruas saja. Pihaknya pun siap mengundang investor lain, baik domestic maupun internasional yang berminat mengakusisi ruas jalan tol perseroan.
“Tahun ini, kami targetkan ada dua hingga tiga anak usaha jalan tol dengan indikasi nilai divestasi Rp 1,5- 3 triliun. Mengenai aset yang mana, itu yang menarik bagi SWF,” jelas dia.
Sejak 2017, Jasa Marga sebenarnya telah melakukan asset recycling dan terus melanjutkan penjajakan dengan calon investor strategis, mulai dari perusahaan jalan tol di Asia, hingga para pengelola dana pensiun asal Eropa. Tahun ini, kehadiran SWF dinilai semakin mempermudah penawaran aset jalan tol ke para calon investor tersebut.
“Banyak investor yang melihat ruas-ruas Trans Jawa dan greater Jakarta, kerena dari sisi trafik lebih besar. Tapi bukan berarti aset tol kami yang lain tidak menarik. Meskipun ada yang trafiknya masih sedikit, masa konsesinya bisa lebih panjang sampai 50 tahun,” kata Donny.(sdk)