Oleh: dr. Ayunda Dewi Jayanti JP, Dosen FK UB
Ramadhan memang menjadi satu momen yang sangat sayang dilewatkan. Tak terkecuali untuk para ibu hamil. Seringkali ibu yang sedang hamil bertanya apakah mereka boleh melakukan ibadah puasa ramadhan sebulan penuh. Para ahli pun memiliki pendapat pro dan kontra, namun ada beberapa hal yang perlu ibu hamil siapkan jika memang ingin berpuasa ramadhan. Simak hal-hal berikut.
Pertimbangan kesehatan yang utama
Selama ramadhan kita akan membatasi asupan makan dan minum selama lebih dari 12 jam. Pada dasarnya ibu hamil mendapat keringanan untuk tidak menjalankan ibadah puasa. Pasalnya ibu hamil memiliki risiko dengan asupan makanan yang kurang optimal dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin yang berdampak untuk jangka panjang ke depannya. Ibu hamil yang memiliki masalah frekwensi makan sedikit berakibat pada risiko kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir rendah. Jika berat badan bayi lahir rendah akan meningkatkan risiko kardiovaskular, diabetes, obesitas, hingga gangguan fungsi kognitif ke depannya.
Namun, sebuah studi menyebutkan bahwa ini bergantung dari seberapa lama paparan puasanya dan juga trimester kehamilannya. Puasa selama trimester pertama dipercaya berkaitan dengan dengan penurunan berat badan. Selain itu, berat plasenta, prediktor lain dari keluaran kesehatan dilaporkan lebih rendah pada ibu hamil yang berpuasa di trimester dua atau tiga.
Baca juga:
Studi metaanalisis yang dilakukan Jecelyn D et al. tahun 2018 yang dimuat di BMC Pregnancy and Childbirth menyebutkan bahwa data riste yang sudah ada belum cukup untuk dilakukan systematic review dimana sedikit informasi yang dapat dianalisis. Belum ada guideline standard dan juga riset-riset yang sudah ada tidak menemukan hubungan signifikan antara puasa ramadhan dan luaran kehamilan. Studi lebih lanjut dibutuhkan untuk menganalisis efek puasa terhadap keluaran indikator kesehatan lain khususnya pada berbagai tahap mulai dari periode perikonsepsi, trimester 1,2, dan 3. Termasuk juga dampak menyeluruh terhadap ibu hamil dan janin.
Konsulkan kepada tenaga kesehatan yang merawat
Hingga data yang lebih valid dan definitif tersedia, klinis, tenaga kesehatan tidak dapat memberikan rekomendasi yang tegas tentang puasa ramadhan dan konsekuensinya pada ibu dan janin. Kondisi ibu hamil secara keseluruhan menjadi pertimbangan utama dalam menentukan diijinkannya seorang ibu hamil untuk berpuasa. (*)