KANAL24, Malang – Gubernur Bank Indonesia yang juga Ketua Umum ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) Perry Warjiyo Ph.D, senin (3/2/2020) melantik pengurus ISEI cabang malang Periode 2020 – 2023. Bertempat di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya, ke 63 pengurus yang dilantik memiliki latar belakang profesi yang berbeda, yakni akademisi, bisnis atau pelaku usaha, dan government atau pemerintah (ABG). Mereka menduduki beberapa jabatan seperti pengurus inti, pengurus bidang, pengembangan organisasi, dan komisariat.
Sekjen ISEI Pusat Dr. Solikin M. Juhro kepada media mengatakan bahwa pelantikan ini sebagai suatu langkah penguatan ISEI. ISEI kedepan bertekad untuk berkontribusi langsung secara nyata terhadap perekonomian. Cabang di berbagai nusantara menjadi penting sebagai garda terdepan untuk perjuangan pencapaian visi ISEI.
ISEI Malang dikoordinasi dari ISEI Surabaya sebagai koordinator cabang Jawa Timur akan memegang mandat yang sangat penting dalam membangun perekonomian khususnya di Malang raya.
“Komponen ABG ini menjadi pilar penting yang harus saling bersinergi. Dengan adanya tantangan global seperti era digital yang sangat deras memasuki tiap lini kehidupan masyarakat, hal itu harus diantisipasi. Maka, hal itu tidak bisa diselesaikan secara sendiri, kita harus bersinergi menyatukan potensi kita untuk memajukan bangsa ini,” ujar Kepala BI Institute tersebut.
Lanjutnya, arahan dari ketua umum ISEI sudah jelas, ISEI akan mensinergikan program-program yang sudah ada di kampus, yang dimiliki oleh para pelaku usaha dan juga pengambil kebijakan. Intinya program yang nanti dilakukan harus membangun potensi-potensi dan mencari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru, bagaimana UMKM disinergikan dengan digital.
Ketua ISEI Malang Dr. rer.pol. Wildan Syafitri, SE., ME mengatakan bahwa ia dan pengurus lain optimis dapat menjalankan tugas dengan maksimal karena Malang memiliki ekosistem pendidikan yang sangat produktif dan baik sehingga ini menjadi suatu pemicu munculnya ide-ide baru, inovasi untuk membangun perekonomian di Malang Raya.
“Paradigma pembangunan itu sudah berubah, jadi kita sudah pada pembangunan komunitas karena kita tidak bisa bertumpu pada pertumbuhan ekonomi saja. Dengan pembangunan komunitas, kita harus melakukan pertumbuhan ini secara bersama-sama. Ada dua pilar, yang pertama sumberdaya kemudian infrastruktur dan regulasi. Salah satu masalah dari pertumbuhan yaitu investasi, investasi kita ini banyak dihambat oleh regulasi-regulasi yang disisi lain perlu disederhanakan. Selain itu, perlu ada ‘jembatan’ sehingga setiap investasi baik dari kalangan kecil, menengah, maupun besar itu tidak mengalami hambatan,” tandas Wildan. (meg)