Pandemi virus corona (COVID-19) yang telah melanda seluruh dunia telah menyebabkan perubahan signifikan dalam kehidupan manusia. Pencarian Nielsenn telah mengidentifikasi enam ambang batas yang melacak tren perilaku konsumen di seluruh dunia negara-negara telah dipengaruhi oleh virus tersebut. Perilaku konsumen dalam mencari informasi pun ikut berubah. Pencarian informasi dilakukan oleh konsumen paling banyak melalui sosial media sebanyak 80 %, lalu menonton berita di televisi sebanyak 77 %, dan mesin pencarian online 56%. Mengikuti kebijakan tinggal di rumah di Indonesia untuk mencegah penyebaran COVID-19, 30% responden berencana untuk berbelanja online lebih sering. Ini juga mempengaruhi menonton TV, dimana rating TV meningkat tajam dari 2,6% pada 8 Maret menjadi 13,6% pada 15 Maret. Peningkatan tertinggi terlihat pada pemirsa yang berusia lebih muda, dengan angka rating meningkat 23% untuk anak usia 5-9 tahun dan meningkat 22% untuk 15-19 tahun.
Karena pandemi ini “ekonomi rumah” di negara – negara Asia mengalami kebangkitan dikarenakan konsumen lebih banyak tinggal di rumah karena khawatir terhadap virus dan mengalihkan pengeluaran mereka untuk memenuhi gaya hidup baru ini. Di Indonesia, 50% konsumen telah mengurangi hiburan di luar rumah, dan 46% mengurangi makan di luar. Di sisi lain, 49% konsumen lebih sering memasak di rumah, dan ini telah mendorong pertumbuhan penjualan bahan baku dan produk segar, Di Indonesia, banyak pembeli beralih ke gerai-gerai Ritel Modern untuk sebagian besar produk persiapan dapur, meskipun ada beberapa perbedaan di antara segmen konsumen dan wilayah. Pada skala nasional, konsumen Kelas Atas lebih banyak berbelanja di Hypermarket / Supermarket daripada konsumen lain, hal ini dapat disebabkan karena konsumen menganggap belanja di Hyper market atau Super market lebih aman karena memiliki protocol Kesehatan yang jauh lebih ketat jika di bandingkan dengan pasar- pasar tradisional.. Sementara itu, tren di Jakarta sekitarnya berbeda, di mana tidak hanya konsumen Kelas Atas, tetapi juga konsumen Kelas Menengah dan Bawah lebih banyak berbelanja di Hypermarket / Supermarket. Selain persediaan barang dapur, kesehatan dan kebersihan telah menjadi perhatian utama bagi konsumen di tengah pandemi saat ini.
Dari riset pemasaran yang di sampaikan oleh Nielsen, 2020, ini menunjukan bahwa perilaku Konsumen sangat berubah-ubah, tergantung bagaimana keadaan ekonomi, Kesehatan, dan lain- lain. Sesuai dengan riset pemasaran yang di sampaikan Nielsen, karena adanya pandemi ini perilaku konsumen sangat berubah , contoh dari yang biasanya belanja langsung ke pusat perbelanjaan menjadi belanja online dari rumah. Perilaku konsumen juga ikut berubah dalam hal pencarian informasi , cara membeli barang, dan jenis barang apa yang di beli juga berubah menurut riset pemasaran Nielsen, 2020. Oleh karena perilaku konsumen yang sangat berubah-ubah para marketer harus juga harus terus mengikuti perkembangan pasar untuk dapat memutuskan apa yang mereka butuhkan untuk membuat produk yang dia pasarkan berhasil atau laku di pasaran.
Menurut saya dari hasil riset pemasaran ini, suatu perusahaan harus bisa adaptif, sama hal nya dengan perilaku konsumen. Perusahaan harus dengan cepat menanggapi keadaan yang ada di pasar, seperti contoh nya seperti dalam kasus pandemi ini, perusahaan harus dengan cepat mengalihkan produksi mereka ke barang- barang yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat seperti bahan-bahan makanan dan barang barang kebersihan. Jika perusahaan tidak mengikuti permintaan yang sedang ada di pasar, seperti menjual barang- barang yang tidak terlalu dibutuhkan saat masa karantina ini, bukan tidak mungkin barang mereka tidak ada yang membeli dan bisa menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan. Perusahaan juga harus dapat memprediksi kira-kira berapa stok yang perlu dialokasikan untuk suatu jenis barang sesuai dengan keadaan pasar. Contoh memprediksi barang yang harus di alokasikan adalah perusahaan harus mengurangi produksi barang-barang seperti baju, sepatu, dan lain-lain kemungkinan besar penjualan mereka akan sangat rendah, alasan nya karena orang- orang lebih memilih untuk membeli barang yang mereka perlukan terlebih dahulu seperti makanan, alat kebersihan, alat kesehatan, dan lain-lain ( dalam kasus pandemic seperti ini ).
Selain mengikuti perminataan yang ada di pasar, perusahaan juga harus tepat dalam memnentukan sarana promosi apa yang akan mereka pakai. Dalam riset pemasaran ini disebutkan jika media sosial dan televisi lebih sering digunakan dalam masa pandemi ini. Maka dapat disimpulkan promosi dengan menggunakan papan- papan reklame di jalan seperti yang dilakukan perushaan-perusahaan pada biasa nya akan kurang efektif karena masyarakat dibatasi untuk keluar rumah. Maka akan lebih baik jika dana yang semula digunakan untuk menyewa papan reklame di alokasikan untuk promosi di media sosial. Para marketer harus terus mengumpulkan data untuk sarana promosi ini karena sarana promosi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam menentukan suatu produk akan laku di pasaran atau tidak.
Kesimpulan yang dapat diambil dari riset pemasaran yang dikutip oleh Nielsen adalah perusahaan dan terutama seorang marketer harus terus mengikuti perkembangan yang ada di pasar, tujuan nya adalah agar keputusan yang harus diambil seperti produk apa yang harus dijual, berapa stok untuk suatu barang yang harus di alokasikan dan sarana promosi apa yang harus di pakai tepat sasaran dan membuat produk akan laku di pasaran. Inovasi juga akan sangat di perlukan untuk memenangi persaingan di pasar karena adanya perilaku konsumen yang selalu berubah – ubah .Jika perushaan tidak cepat dalam mengatasi perilaku konsumen yang berubah-ubah karena keadaan yang selalu berubah juga, akan sulit bagi perusahaan itu untuk tetap memiliki penjualan yang tinggi dan menjadi perusahaan yang berhasil dalam jangka waktu yang lama.
Penulis : Jason Christopher Budiman, Mahasiswa Jurusan Manajemen FEB UB