Nilai cadangan devisa Indonesia pada Januari 2020 meningkat sebesar USD2,5 miliar dibanding bulan lalu, menjadi USD131,7 miliar, atau senilai 7,5 bulan impor dan pembayaran hutang.
Peningkatan cadangan devisa terutama disebabkan oleh penerimaan dari penerbitan obligasi global, serta penerimaan ekspor migas dan pendapatan valas lainnya.
“Kami berpandangan bahwa cadangan devisa akan terus meningkat karena kebutuhan USD di dalam negeri akan menurun berkat impor minyak yang lebih rendah,” tulis ekonom Indo Premier Kuthfu Ridho dalam kasimpulan risetnya, Jumat (9/2/2020) .
Ia memperkirakan penurunan impor minyak pada tahun 2020 akan terjadi berupa penurunan nilai dan volume, yang secara keseluruhan akan mencapai sekitar 25% pada tahun 2020. Penurunan harga minyak telah mempengaruhi jumlah USD yang dibutuhkan untuk membeli minyak dari luar negeri, sehingga mengurangi permintaan USD di dalam negeri.
Sementara itu, program substitusi B20 dan B30 sebelumnya telah berdampak pada volume minyak yang diimpor (implementasi B30 akan mengurangi volume minyak sebesar 20%), baik nilai maupun volume, akan memastikan apresiasi Rupiah. “Kami perkirakan IDR berada di kisaran Rp13.500 untuk tahun 2020, kecuali ada peristiwa luar biasa,” ungkap Lutfhi.
Dengan level cadangan devisa saat ini yang setara dengan 7,5 bulan impor, lebih tinggi dari standar internasional impor 3 bulan, Lutfhi meyakini ekonomi Indonesia sudah siap, jika terjadi gejolak ekonomi global. “Selain itu, tolok ukur tekanan pasar nilai tukar (EMP) kami menunjukkan tidak ada ancaman langsung terhadap IDR saat ini” lanjut Lutfhi.
Meningkatkan cadangan devisa memastikan stabilitas makro, dan akan mendukung untuk memantapkan iklim investasi, yaitu;
Mata uang yang stabil dan cadangan valas yang lebih dari cukup
Tingkat suku bunga rendah
Regulasi yang ramah bisnis
Stabilitas politik (sdk)