Kanal24, Malang – Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat pagi, 11 April 2025, seiring sentimen pasar global yang tertekan oleh eskalasi perang dagang antara AS dan China. Rupiah tercatat naik sebesar 18 poin atau 0,11 persen menjadi Rp16.805 per dolar AS dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.823 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menuturkan bahwa penguatan rupiah terjadi di tengah melemahnya dolar AS yang jatuh ke level terendah sejak Juli 2023. Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran meningkatnya risiko resesi di AS akibat lonjakan tarif impor yang diberlakukan terhadap China.
Baca juga:
IPMAPA Malang Dorong Kemandirian Ekonomi Mahasiswa Papua
“Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS yang anjlok ke level terendah sejak Juli 2023, didorong oleh kekhawatiran resesi di AS akibat perang dagang dan eskalasi tarif antara AS dan China,” ujar Lukman Leong, dikutip dari Antara.
Kekhawatiran pasar meningkat setelah Presiden AS Donald Trump kembali menaikkan tarif impor terhadap China menjadi 145 persen pada Kamis (11/4/2025). Ini merupakan revisi dari tarif sebelumnya yang sudah meningkat dua kali dari 104 persen ke 125 persen. Sebelumnya, China juga membalas kebijakan tarif tersebut dengan menetapkan tarif impor sebesar 84 persen terhadap produk-produk asal AS.
Langkah Trump ini disebut-sebut sebagai reaksi terhadap penundaan tarif resiprokal kepada negara lain selama 90 hari, kecuali China. Meski memberi angin segar sesaat terhadap pergerakan rupiah, kebijakan ini tetap menimbulkan ketidakpastian di pasar global.
“Namun penguatan rupiah diperkirakan terbatas karena pasar ekuitas masih diliputi sentimen risk off,” tambah Lukman.
Selain ketegangan perang dagang, dolar AS juga mendapatkan tekanan dari ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga oleh Federal Reserve. Data inflasi AS bulan Maret menunjukkan tren penurunan, di mana inflasi bulanan tercatat minus 0,1 persen (month to month/mtm), lebih rendah dari sebelumnya 0,2 persen. Sementara itu, inflasi tahunan turun menjadi 2,4 persen (year on year/yoy), dari 2,8 persen sebelumnya.
Berdasarkan polling CME FedWatch, lebih dari 50 persen pelaku pasar kini memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 75 hingga 100 basis poin dalam waktu dekat.
Dampak dari penundaan tarif juga sempat terlihat pada perdagangan Kamis (10/4/2025), ketika rupiah menguat 50 poin atau 0,29 persen ke posisi Rp16.823 dari sebelumnya Rp16.873. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis Bank Indonesia juga mencatat penguatan signifikan rupiah menjadi Rp16.779 per dolar AS dari Rp16.943 sehari sebelumnya.
Pengamat mata uang Ibrahim Assuabi menilai bahwa meskipun kekhawatiran resesi AS sedikit mereda karena adanya penundaan kebijakan tarif timbal balik, pasar tetap mencermati langkah-langkah lanjutan Presiden Trump. Menurutnya, ketidakpastian ekonomi global masih tinggi, terutama akibat perubahan arah kebijakan dagang AS yang sulit diprediksi.
“Perang dagang yang meningkat dengan Tiongkok tetap menjadi hambatan ekonomi bagi AS, mengingat China adalah mitra dagang utama. Pasar masih sangat waspada terhadap agenda kebijakan Presiden Trump yang cenderung berubah-ubah,” ujar Ibrahim.
Sementara itu, Presiden Trump dalam pernyataan resminya menyatakan bahwa tarif terhadap China akan tetap berlaku tinggi sebagai bentuk sanksi atas “kurangnya rasa hormat” terhadap pasar dunia. “Tarif yang dibebankan ke China akan dinaikkan menjadi 125 persen, berlaku segera. Mudah-mudahan mereka menyadari bahwa hari-hari menipu negara lain sudah berakhir,” tegas Trump.
Baca juga:
Insentif PPN 6 Persen untuk Tiket Pesawat Ekonomi Lebaran
Tarif 10 persen akan diberlakukan kembali untuk negara-negara lain yang sebelumnya dikenai tarif resiprokal, kecuali Meksiko dan Kanada yang masih dikenakan tarif 25 persen untuk beberapa sektor sesuai perjanjian USMCA (Perjanjian AS-Meksiko-Kanada).
Dengan mempertimbangkan seluruh dinamika ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS untuk jangka pendek diperkirakan akan bergerak dalam kisaran Rp16.700 – Rp16.900, tergantung perkembangan lebih lanjut dari ketegangan dagang AS-Tiongkok dan sikap kebijakan moneter The Fed. (nid)