Oleh : Dr. Akhmad Muwafik Saleh, M.Si*
Sabar adalah Kalimat yang mudah diucap namun berat dalam pelaksanaannya karena memang sifat dasar manusia adalah suka terburu-buru dan ingin segera cepat keluar dari masalah dan sesegera mungkin menemukan solusi. Sementara sabar adalah kesediaan untuk berdiam sejenak dan menikmati prosesnya atas setiap persoalan, masalah, problem yang dialami.
Sabar adalah suasana psikologis saat pertama kali merespon suatu masalah, suatu respon cepat perdana saat ditimpa masalah atau ujian, musibah yang ditampilkan oleh diri seseorang. Karena respon cepat diawal sikap adalah bentuk dari sejujur-jujurnya sikap seseorang. Apakah seseorang termasuk orang yang bersabar atau tidak, dapat dilihat pada sikap awal saat diterpa masalah.
Jadi sesungguhnya sikap sabar adalah konstruksi pikiran yang memberikan landasan bagi seseorang dalam mengambil suatu tindakan yaitu tentang bagaimana harusnya dia bersikap saat menghadapi suatu persoalan. Konstruksi berpikir ini bisa dibangun baik yang bersumber dari pemikiran filsafat ataupun dari pemahaman atas sumber Wahyu.
Bagi seseorang yang beriman, maka tentu setiap pengambilan sikapnya dalam menghadapi suatu masalah, haruslah didasarkan dan lebih mengutamakan dan mendahulukan atas informasi sumber Wahyu sebagai konsekuensi atas keimanan yang diyakini.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memberikan berbagai konsep tentang bagaimana harusnya seseorang dalam menghadapi masalah serta berbagai informasi bagi seorang mukmin tentang jaminan Allah atas suatu persoalan yang dihadapi. Semua informasi tentang konsepsi masalah dan jaminan solusi secara indah Allah swt paparkan dalam alquran. Bahkan orang yang bersabar dengan kehadiran masalah diberi jaminan kegembiraan. Betapa banyak ayat yang menjelaskan tentang hal demikian.
{ وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ }
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,[Surat Al-Baqarah: 155]
Bagi orang yang bersedia bersabar atas ketetapan Allah maka jaminan Allah berupa kabar gembira, kehidupan yang bahagia dan menyenangkan nantinya dibalik dan pasca musibah atau ujian yang dihadapi dan sudah barang tentu kelak di akhirat. Inilah Firman Allah :
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
(Surat Al-Baqarah: 156)
Bahkan dalam firman Allah ini dijelaskan bahwa sifat sabar adalah bentuk sikap kepasrahan atas segala keputusan Allah. Yaitu sikap seseorang yang mengembalikan pada keyakinan bahwa segala sesuatu apapun tidaklah mungkin terjadi kecuali semua itu adalah atas kehendak Allah. Sementara dirinya adalah makhluk ciptaan dan Allah SWT adalah Sang Pencipta yang berkuasa atas dirinya, pemilik hidupnya sehingga terserah atau suka-suka Allah akan memperlakukan apapun atas dirinya sebagai makhluk.
Penerimaan yang utuh dan sempurna atas ketetapan Allah swt inilah yang akhirnya dapat mengundang belas kasih Allah swt sehingga mampu mengantarkannya pada derajat yang tinggi sebagai kekasih Allah swt
أُوْلَٰٓئِكَ عَلَيۡهِمۡ صَلَوَٰتٞ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٞۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ
Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Surat Al-Baqarah: 157)
Konstruksi berpikir seperti inilah yang sejak awal disampaikan oleh Allah SWT agar hambaNya tidak bersedih hati saat menghadapi masalah, musibah, ujian, cobaan dsb. Allah SWT memerintahkan bersabar yang artinya saat mendapati masalah maka pertama kali sikap yang harus diambil adalah bersikaplah tenang, tidak perlu panik. Cukup tenangkan pikiran, diam, atur napas dengan penuh tenang agar pikiran tetap jernih sehingga memudahkan menemukan solusi.
Saat seseorang bersikap sabar, maka dia sedang masuk dan mengaktifkan gelombang otak yang sangat potensial yaitu gelombang alfa dan beta. Suatu gelombang otak yang sangat efektif untuk menyelesaikan masalah, problem solving. Suatu keadaan di saat seseorang dalam suasana tenang, damai, bahagia, tentram, super learning, deep thinking, suasana khusyu’. Gelombang otak ini berada dalam ruang bawah sadar seseorang ( unconsious mind ), yaitu sebuah potensi sangat besar dalam diri seseorang yaitu 88% dari potensi diri seseorang.
Artinya Apabila seseorang berada dan memanfaatkan potensi besar ini, maka tentu akan mudah menyelesaikan berbagai persoalan. Sebaliknya, seseorang yang mengandalkan rasionalitas logika, dia berada dalam gelombang otak beta yang potensinya adalah 12% saja. Sehingga apabila seseorang menghadapi masalah dengan rasional, maka yang tercipta adalah kegelisahan, tidak tenang, cemas, ragu. Berpeluang masuknya penyakit, stres. Dan tentu hal ini menutup jalan solusi bagi masalah.
Sehingga tepat kiranya Allah SWT menegaskan bahwa seseorang yang bisa bersabar yaitu orang yang mampu mengoptimalkan potensi besarnya 88%, potensi bawah sadarnya, maka tentu akan mudah menyelesaikan masalah. Demikianlah Allah menyampaikan dalam Alquran melalui firmanNya agar menjadikan sabar dan salat sebagai penolong, jalan keluar atas masalah.
وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ
Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,[Surat Al-Baqarah: 45]
*) Dr. Akhmad Muwafik Saleh, M.Si., Dosen FISIP UB, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Tanwir al Afkar Tlogomas Malang.