KANAL24, Pekalongan – Gubernur Jateng Ganjar Pranowo terkesan setelah mencicipi kue lopis raksasa di Kelurahan Krapyak, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Rabu (12/6/2019). Kue lopis tersebut dihidangkan untuk menyambut tradisi syawalan di daerah tersebut.
“Saya tidak bisa membayangkan bagaimana makan lopis raksasa. Sing mangan piye. Ternyata, rasane enak sekali. Apalagi dicocol dengan parutan kelapa muda,” kata Ganjar usai menyantap penganan tradisonal tersebut.
Tak tanggung-tanggung, ukuran kue lopis raksasa yang dicicipi Ganjar tersebut memiliki tinggi 200 cm, berat 1.600 kilogram, dan lingkar 250 cm yang diletakkan di depan Taman Pendidikan Al Quran Miftakhul Ulum Krapyak Lor Gang 8.
Pada tradisi syawalan itu, warga membuat dua lopis raksasa. Lopis kedua tingginya 200 cm dan berdiameter 83 cm. Beratnya mencapai satu ton lebih dan diletakkan di Gang 1.
Menurut Ganjar, lopis raksasa dari beras ketan itu memiliki makna filosofis tentang sedekah, kegotongroyongan, keakraban dan keguyuban di tengah kampung yang bisa melupakan perbedaan pilihan pada pemilu lalu. Mereka tidak lagi berpikir kemarin memilih siapa, tetapi kembali dalam satu, yakni kerukunan.
“Ini kreativitas yang bisa menjadi tontonan, dan bisa menarik wisatawan mancanegara. Indonesia bisa menjadi mencontoh kegiatan ini. Membuat lopis, tapi masyarakat memberikannya ikhlas untuk dinikmati warga di luar Krapyak. Tahun depan bisa dikemas kembali. Menjadi satu paket dengan festival balon. Nanti yang memotong lopisnya jangan wali kota atau gubernur, tetapi turis mancanegara yang datang,” pesan Ganjar kepada Wali Kota Pekalongan Mochammad Saelany Machfudz, Wakil Wali Kota Achmad Afzan Arslan dan ribuan warga yang hadir.
Sementara itu dilansir dari Humas Pemprov Jateng, panitia syawalan Ahmad Timbul mengatakan, untuk membuat dua lopis raksasa itu menghabiskan 10 kwintal beras ketan. Proses memasaknya pun membutuhkan waktu tiga hari.
Setelah beras ketan matang, kemudian ditumbuk dan dimasukkan ke dandang raksasa dan dimasak lagi dari pukul 06.00-16.00WIB. Agar bentuk lopis yang menyerupai bedug raksasa tidak berubah, lopis dikemas dengan daun pisang dan potongan bambu kemudian diikat. “Dua lopis raksasa itu kita berikan kepada pengunjung atau warga di luar Krapyak dengan harapan, kita semua mendapatkan keberkahan,” katanya. (sdk)