Oleh : Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si.
Tiadalah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi kecuali semua itu berdzikir kepada Allah SWT, bertasbih mengingat dan memuliakan Sang PenciptaNya. Perintah dzikir adalah sesuatu yang utama kepada semua makhluk sebagai bentuk cara mendekat kepada Sang Pencipta dan bentuk ketaatan dalam menjalankan perintah.
Inilah ibadah yang utama. Dengan berdzikir maka akan tersambung hubungan dengan Allah swt, yang dengannya semua akan menjadi hidup, semua menjadi lancar, dan jalan yang dilalui akan menjadi terang benderang, sejahtera.
Dzikir alam semesta ini diabadikan oleh Allah SWT dalam Firman Nya :
تُسَبِّحُ لَهُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ ٱلسَّبۡعُ وَٱلۡأَرۡضُ وَمَن فِيهِنَّۚ وَإِن مِّن شَيۡءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمۡدِهِۦ وَلَٰكِن لَّا تَفۡقَهُونَ تَسۡبِيحَهُمۡۚ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورٗا
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun. (QS. Al-Isra’, Ayat 44)
Alam semesta dengan segala isinya, tanah, air, udara, langit, planet, tetumbuhan, semua hewan, bebatuan dan semuanya berdzikir dan bertasbih pada Allah dengan cara mereka masing-masing. Mereka semua menjalankan ketaatan kepada Sang Penciptanya dengan melakukan segala hal sunnatullah atau yang kita sebut dengan hukum alam. Yaitu bumi berputar pada porosnya adalah hukum alam (sunnatullah), semua planet berjalan pada garis edarnya adalah hukum alam (sunnatullah), tetumbuhan tumbuh dan berkembang sejalan dengan musimnya adalah sebuah hukum alam (sunnatullah). Semua yang ada di langit dan di bumi bergerak sebagaimana sunnatullah dan semua itu adalah bentuk tasbih mereka serta jalan ketaatannya kepada Sang Pencipta alam semesta, itulah fitrah alam semesta.
Jika semua makhluk yang ada di muka bumi berdzikir dan bertasbih sebagai bentuk pengabdian dan ketaatan pada Sang Penciptanya maka segala tindakan manusia yang keluar dari ketaatan sejatinya adalah berlawanan dengan fitrah alam semesta. Bentuk penolakan alam semesta adalah berupa bencana demi bencana, untuk mengingatkan penduduk manusia yang bermukim diatasnya dan bernaung di bawahnya agar segera sadar dan kembali untuk tidak melakukan tindakan penentangan dan kedhaliman atau bahkan kemungkaran. Segala hal yang bertentangan dengan sifat fitrahnya akan mendapatkan penolakan dari wujud fitrah aslinya. Bentuknya bisa berupa sakit, kegalauan, musibah dan berbagai persoalan yang menimpa. Semua itu untuk mengingatkan agar manusia segera kembali kepada fitrahnya yaitu ketaatan dan Pengabdian kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah mencipta dirinya.
Artinya bahwa berbagai persoalan hidup, penyakit atau sakit (fisik atau non fisik, psikis, termasuk luka hati), musibah dan segala apapun yang dihadapi dan menimpa manusia di muka bumi sebenarnya adalah bentuk respon langit dan bumi serta tubuhnya sendiri atas perilaku manusia atau dirinya yang melakukan penentangan atas fitrah yang telah Allah tetapkan. Dengan keberadaan berbagai persoalan itu (sakit, bencana dll) diharapkan manusia sadar atas kesalahan dan penentangannya dan segera kembali kepadaNya, dengan banyak melakukan istighfar dan pertaubatan kemudian berbenah diri melakukan perbaikan (ishah).
Segala apa yang ada di alam semesta baik udara, air, tanah atau tumbuhan, bebatuan dan hewan adalah organisme yang hidup. Sebagai sebuah organisme tentu Mereka membutuhkan kesempatan dan ruang untuk berkembang. Dan agar perkembangannya maksimal sehingga menghasilkan sesuatu yang jauh lebih produktif, maka tentu membutuhkan suasana dan lingkungan yang tepat bagi dirinya (tenang dan damai) untuk keberlangsungan hidupnya. Maka dengan berdzikir, Bertasbih dengan caranya masing-masing, maka makhluk hidup dapat memperoleh ketenangan dan kedamaian, yaitu suasana yang tepat untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak.
Sebagai contoh pada tumbuhan, sebagai organisme hidup, tumbuhan berinteraksi dengan lingkungannya melalui berbagai cara yang kompleks dan penting untuk kelangsungan hidup mereka. Berikut adalah beberapa cara utama tumbuhan berinteraksi dengan sekitar, misal dalam Merespons Rangsangan (Iritabilitas): Pertama, Cahaya (Fototropisme): Tumbuhan tumbuh ke arah sumber cahaya untuk memaksimalkan fotosintesis. Batang menunjukkan fototropisme positif (tumbuh ke arah cahaya), sementara akar menunjukkan fototropisme negatif (tumbuh menjauhi cahaya).
Kedua, Gravitasi (Geotropisme): Akar tumbuh ke bawah mengikuti gaya gravitasi (geotropisme positif) untuk mendapatkan air dan nutrisi, sedangkan batang tumbuh ke atas melawan gravitasi (geotropisme negatif) untuk mendapatkan cahaya.
Ketiga, Air (Hidrotropisme): Akar tumbuh ke arah sumber air untuk memastikan ketersediaan air. Keempat, Sentuhan (Tigmotropisme): Beberapa tumbuhan, seperti tanaman pemanjat, merespons sentuhan dengan tumbuh melilit penyangga. Contoh lain adalah daun putri malu yang mengatup saat disentuh (seismonasti atau tigmonasti).
Kelima, Zat Kimia (Kemotropisme): Pertumbuhan akar dapat dipengaruhi oleh keberadaan zat kimia tertentu di dalam tanah, baik menarik maupun menghindarinya.
Keenam, Suhu (Termonasti): Beberapa bunga membuka dan menutup sebagai respons terhadap perubahan suhu. Ketujuh, suasana Gelap (Niktinasti): Beberapa tumbuhan menunjukkan gerakan tidur daun atau bunga pada malam hari atau saat kondisi gelap.
Bahkan dalam Interaksi dengan organisme lain: Tetumbuhan butuh fotosintesis: Tumbuhan mengambil karbon dioksida dari udara dan air dari tanah, serta menggunakan energi cahaya matahari untuk menghasilkan makanan (glukosa) dan oksigen. Proses ini secara langsung mempengaruhi komposisi atmosfer dan menyediakan makanan bagi hampir semua organisme lain.
Demikian pula dalam penyerbukan: Tumbuhan berbunga berinteraksi dengan hewan seperti serangga, burung, dan kelelawar untuk membantu proses penyerbukan. Tumbuhan menarik penyerbuk dengan warna, aroma, dan nektar, dan sebagai imbalannya, serbuk sari dipindahkan ke bunga lain.
Dan juga dalam Penyebaran Biji: Tumbuhan menghasilkan biji yang kemudian disebarkan oleh angin, air, atau hewan. Beberapa tumbuhan menghasilkan buah yang menarik hewan untuk memakannya, dan bijinya kemudian disebarkan melalui kotoran hewan.
Semua itu akan dapat berjalan dan berproses dengan baik, sehingga menghasilkan sebuah realitas dan hasil yang maksimal, tentu membutuhkan semua kondisi yang mendukung. itulah yang disebut dengan tenang dan damai. Sementara dengan berdzikir dan Bertasbih maka Allah akam menciptakan suasana tenang (suasana ideal untuk bertumbuh kembang) sebagaimana dalam firmaNnya :
{ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ }
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.[Surat Ar-Ra’d: 28]
Jika seluruh makhluk hidup Bertasbih dan berzikir kepada Allah lalu Tidakkah manusia lebih mengutamakan untuk berdzikir kepada Allah, yang dengannya maka berbagai persoalan akan terselesaikan, hidup menjadi tenang dan luka hati akan tersembuhkan. Wallahu a’lam
*) Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si., Dosen FISIP UB, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Tanwir Al Afkar